Mohon tunggu...
REKSA WIDURI
REKSA WIDURI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Marketing Manager

Hi, my name is Reksa Widuri, a seasoned professional with extensive expertise in Sales, Marketing, and Business Development, and I am a Master of Communication student at Atma Jaya University Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu Kontemporer: Pemimpin Tidak Harus Rasional Seperti Ahok?

27 September 2023   13:39 Diperbarui: 27 September 2023   13:44 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nusantara.rmol.id/read/2016/06/16/250137/marah-marah-lagi-ahok-larang-wartawan-meliput-di-balaikota

Jika kita mendalami gaya kepemimpinan para pemimpin terkemuka, kasus Basuki Tjahaja Purnama, yang biasa disapa Ahok, Merupakan sosok yang menarik untuk dikaji. pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta, kemudian sekarang menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), pada buku yang berjudul "Reframing Organization" karya Lee G. Bolman dan Terrence E. Deal edisi ke-6 yang diterbitkan pada tahun 2017, kepemimpinan dipahami sebagai cara individu mempersuasi individu lain dengan tujuan tertentu, dan dalam proses kepemimpinannya seringkali seseorang berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tujuannya tercapai (Bolman & Deal, 2017). 

Ahok menunjukkan orientasi kepemimpinan yang berfokus pada efisiensi, rasionalitas, dan hasil. Dengan visi kemajuan, Ahok berupaya merombak birokrasi dan infrastruktur. Dengan melakukan reorganisasi lembaga-lembaga pemerintah, menghilangkan peran-peran yang berlebihan, dan meminta pertanggungjawaban pejabat, Ahok berupaya menyederhanakan operasi dan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Pendekatannya yang tanpa basa-basi dan berbasis data memberikan wawasan tentang bagaimana pemimpin dapat mencapai tujuan ambisius dan mendorong perubahan. 

Berdasarkan survei penilaian sifat kepemimpinan oleh Poltracking, tegas dan berwibawa menjadi karakter Ahok yang paling menonjol dibanding kandidat lain, dan memperoleh pilihan 82 persen dari total responden dan untuk karakter ramah dan santun justru dianggap sebagai kelemahan dari Ahok.

Dari hal ini dapat kita pahami bahwa menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, banyak rintangan yang yang harus dilalui hingga menjadi pemimpin yang ideal. Sifat seorang pemimpin berbeda-beda, namun pemimpin yang ideal memiliki sikap tegas, tetapi baik, harus memiliki pola logis dan pengertian. dari kriteria tersebut, kemudian muncul sebuah pertanyaan di kepala "Apakah Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok sudah termasuk pemimpin yang ideal ?".

Sebelum pembaca menarik kesimpulan lebih lanjut terkait ideal atau tidaknya, kita haruslah paham terlebih dahulu jenis-jenis gaya kepemimpinan yang ada dan kemudian menganalisanya, berikut adalah beberapa jenis gaya kepemimpinan, (1) Structural Frame (Kerangka Struktural), menekankan rasionalitas, analisis, logika, fakta, dan data. (2) Human Resource Frame (Kerangka Sumber Daya Manusia), menekankan pentingnya manusia. percaya tentang pentingnya pembinaan, partisipasi, motivasi, kerjasama tim, dan hubungan yang baik. (3) Symbolic Frame (Kerangka Simbolik), percaya penting memberikan visi dan inspirasi, yang menggunakan simbol-simbol, menceritakan kisah-kisah, dan membingkai pengalaman dengan berbagai cara yang memberi orang harapan dan makna. (4) Political Frame (Kerangka Politik), percaya bahwa pemimpin hidup di dunia yang penuh konflik dan sumber daya yang langka, memobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk melakukan advokasi, membangun basis kekuatan, sekutu, jaringan, dan koalisi. Pada Artikel ini, penulis akan membahas dan mengeksplorasi gaya kepemimpinan Ahok secara mendalam menurut Jose Zolner's Four Frame of Leadership dan perspektif penulis. 

Reformasi Jakarta 

Structural frame berfokus pada struktur, proses, peran dan aturan organisasi. kerangka ini menekankan kejelasan peran dan tanggung jawab, hirarki formal, serta desain sistem dan proses yang efisien (Bolman & Deal, 2017, h. 48).

Sebagai Gubernur Jakarta, Ahok menerapkan beberapa reformasi untuk meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas pemerintahan. Untuk memperlancar operasional, Ahok melakukan reorganisasi lembaga-lembaga kota dan memotong birokrasi. Ia mengurangi jumlah lembaga dari 42 menjadi 34 dan memberhentikan pegawai negeri yang berkinerja buruk.

Ahok juga memperkenalkan teknologi baru dan sistem berbasis data untuk meningkatkan transparansi dan mengekang korupsi. Dia meluncurkan aplikasi ponsel pintar bernama Qlue yang memungkinkan warga melaporkan permasalahan secara langsung kepada pemerintah. Laporan-laporan tersebut dilacak secara publik sehingga masyarakat dapat melihat kapan permasalahan telah diselesaikan. Ahok menggunakan data dari aplikasi untuk mengevaluasi kinerja lembaga dan membuat keputusan penganggaran. Untuk mengatasi masalah infrastruktur besar-besaran di Jakarta, Ahok membentuk satuan tugas khusus untuk mempercepat penyelesaian proyek. Dia menyederhanakan proses perizinan, mengurangi waktu persetujuan dari beberapa bulan menjadi hanya beberapa hari. Ahok juga melakukan renegosiasi beberapa proyek infrastruktur yang terhenti agar pembangunannya bisa berjalan kembali. Selama masa jabatannya, Jakarta melihat kemajuan dalam inisiatif yang telah lama tertunda seperti sistem angkutan cepat massal, revitalisasi taman umum, dan proyek mitigasi banjir.

Dari sudut pandang structural frame, Ahok adalah pemimpin yang mampu membuat kemajuan nyata dalam mengatasi tantangan paling mendesak di Jakarta. Gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan berbasis data menjadi model reformasi sektor publik melakukan penyelarasan dan efisiensi solusi yang memperjelas peran dan tanggung jawab.

Terhubung Dengan masyarakat Gerakan Simbolik

Symbolic Frame menekankan pentingnya budaya organisasi, simbol dan makan. Solusi yang diberikan ketika adanya masalah dalam organisasi akan selalu melibatkan penceritaan, ritual, dan upaya untuk membentuk budaya dan narasi organisasi (Bolman & Deal, 2017, h.241).

Salah satu contohnya adalah kunjungan mendadak Ahok ke kantor-kantor pemerintah dan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah. Kunjungan mendadak ini memungkinkan Ahok untuk melihat secara langsung bagaimana pelayanan publik diberikan dan mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditingkatkan. Gerakan simbolis lainnya adalah praktik blusukan atau temu sapa masyarakat secara dadakan yang dilakukan Ahok. Ahok akan mengunjungi lingkungan pemukiman, pasar, dan kawasan komunitas lainnya untuk berbicara langsung dengan warga mengenai keprihatinan dan kebutuhan mereka. Interaksi tatap muka ini menunjukkan komitmen Ahok untuk terlibat dengan masyarakat dan memahami sudut pandang masyarakat. Melalui blusukan, Masyarakat mengapresiasi pendekatan langsung Ahok.

Secara keseluruhan, kepemimpinan simbolis Ahok dan kesediaannya untuk terlibat langsung dengan masyarakat sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat. Dengan memprioritaskan visibilitas, aksesibilitas, dan transparansi, Ahok menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang mendengarkan suara warga dan memperhatikan kebutuhan serta kekhawatiran mereka dengan serius.

Manuver Politik Mengelola Oposisi

Political frame ini menunjukkan bahwa para pemimpin bersaing memperebutkan kekuasaan dan sumber daya, dengan memperhatikan dinamika kekuasaan, konflik dan pembangunan koalisi (Bolman & Deal, 2017, h.184).

Ahok mampu mengatasi oposisi dan memajukan agenda reformasinya. Keterampilan dan manuver politiknya yang mahir sangat penting bagi kemampuannya mendorong perubahan sebagai pemimpin Jakarta. Dari sudut pandang political frame, ini menunjukkan bahwa Ahok berusaha untuk terus meningkatkan hubungannya dengan koalisi atau oposisi baik yang tergabung dari individu dan kelompok kepentingan lainnya, berikut beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh Ahok saat menjabat sebagai gubernur. 

  • Membentuk Aliansi

Ahok secara aktif membentuk aliansi dengan partai-partai politik dan tokoh-tokoh berpengaruh untuk mendapatkan dukungan mereka. Dengan mendapatkan dukungan dari para politisi dan tokoh masyarakat yang memiliki pandangan reformis, Ahok mampu memajukan kebijakannya meski menghadapi keberatan. Misalnya saja, Ahok yang bersekutu dengan Partai Nasdem dan reformis penting seperti Sofyan Djalil dan Ruhut Sitompul, mendapatkan dukungan mereka atas program-programnya.

  • Mengkooptasi Musuh

Ahok juga mengkooptasi calon musuh dengan memberi mereka posisi di pemerintahannya. Misalnya, Ahok menunjuk saingan politik dan pesaingnya pada Pilgub 2012, Fauzi Bowo, sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Langkah ini membantu menetralisir Fauzi sebagai lawan dan mengamankan kerjasamanya.

  • Menggalang Dukungan Publik

Ahok secara aktif menggalang dukungan masyarakat terhadap agenda reformasinya melalui media sosial dan keterlibatan publik. Dengan menyampaikan langsung kepada warga Jakarta dan menjelaskan perlunya perubahan, Ahok mampu menggalang dukungan rakyat yang memperkuat posisinya melawan lawan politik. Dukungan masyarakat menjadi penyeimbang penting yang memungkinkan Ahok untuk terus melakukan perubahan yang tidak disukai oleh beberapa kelompok elit.

Berinvestasi pada Sumber Daya Manusia 

Human Resource Frame menunjukkan bahwa pemimpin berfokus pada kebutuhan manusia, hubungan dan budaya organisasi. Pemimpin harus melihat masalah sebagai sesuatu yang berkaitan dengan motivasi, pemberdayaan, dan hubungan (Bolman & Deal, 2017, h.118)

Ahok merekrut,pemberdayaan, dan mempromosikan berdasarkan prestasi, bukan ikatan pribadi. Dia mempekerjakan individu-individu berkualifikasi tinggi untuk menduduki posisi-posisi kepemimpinan utama, dan menilai mereka berdasarkan kompetensi dan keahlian. Misalnya, Ahok menunjuk para ahli dengan latar belakang teknis sebagai direktur di instansi seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum.

Untuk memperkuat kapasitas organisasi, Ahok merestrukturisasi lembaga-lembaga kota dan memperkenalkan insentif berbasis kinerja. Dia menggabungkan lembaga-lembaga yang tumpang tindih dan mengalokasikan kembali sumber daya untuk meningkatkan efisiensi operasional. Ahok juga menaikan gaji dan kemajuan karier PNS dengan kinerja dan kontribusi mereka. Hal ini meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja.


Instagram @basukibtp
Instagram @basukibtp
Penutup

Ahok menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin yang efektif dan efisien. tindakan yang dicerminkan merupakan pemimpin dengan sikap yang dominan pada structural frame dan simbolik pada masa jabatannya menunjukkan bagaimana seorang pemimpin struktural dapat mencapai banyak hal, Hal ini dibuktikan dengan cara kerjanya yang membenahi, bukan mengganti aturan atau kebijakan yang ada.Dengan berfokus pada tugas, sasaran, dan hasil, ia mampu mencapai banyak hal dan mendorong reformasi yang sulit. Namun, gayanya yang blak-blakan, tegas dan fokus pada efisiensi dibandingkan hubungan. kemungkinan besar berkontribusi pada kejatuhannya, Ahok memberikan kisah peringatan bagi para pemimpin tentang pentingnya memahami audiens Anda, membangun koneksi, dan memilih kata-kata dengan bijak. Pemimpin yang efektif perlu menyeimbangkan berbagai orientasi kepemimpinan agar sesuai dengan situasi yang berbeda. 

Daftar Pustaka

Bolman, L. G., & Deal, T. E. (2017). Reframing organizations: Artistry, Choice, and Leadership (6th ed.). Jossey-Bass: New Jersey.

Tempo.co (2017). Ahok Pemimpin Paling Tegas dan Berwibawa. Dilansir dari https://pilkada.tempo.co/read/842072/survei-poltracking-ahok-pemimpin-paling-tegas-dan-berwibawa pada 26 September 2023.

Katadata.co.id (2017). Poltracking: Ahok Paling Tegas Namun Kurang Santun. Dilansir dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/08/poltracking-ahok-paling-tegas-namun-kurang-santun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun