Sejarah Pariwisata Dunia
Pariwisata telah ada sejak manusia mulai melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat. Selama perjalanan, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan makanan, tempat tinggal, dan hiburan. Motivasi untuk melakukan perjalanan dapat berupa kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti mencari nafkah atau berdagang, atau kebutuhan untuk rekreasi dan hiburan.Â
Dengan meningkatnya peradaban manusia, dorongan untuk melakukan perjalanan semakin kuat dan kebutuhan yang harus dipenuhi semakin kompleks (Suwena & Widyatmaja, 2017). Sepintas United World Tourism Organization (UNWTO) dalam (Suwena & Widyatmaja, 2017) menyebutkan bahwa perkembangan pariwisata atau sejarah pariwisata berdasarkan tiga jaman yaitu, jaman kuno, Jaman Pertengahan, dan Jaman Modern.
Jaman Kuno
Dalam mengetahui sejarah pariwisata kita dapat telusuri kembali ke zaman prasejarah. Pada masa itu, manusia purba melakukan perjalanan untuk mencari makan, mencari tempat tinggal yang baru, atau untuk berburu. Perjalanan pada zaman kuno yang dilakukan oleh manusia purba tersebut dapat dianggap sebagai bentuk awal dari pariwisata, di mana manusia purba selalu bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain atau nomaden, mencari tempat perlindungan dan tempat sementara yang lebih nyaman serta aman (Ismayanti, 2020). Seiring waktu Manusia purba mengembangkan cara hidup mereka seiring dengan perkembangan zaman. Mereka mulai bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan, berdagang untuk memenuhi kebutuhan lainnya, dan mengembangkan pengetahuan dan kepercayaan baru. Mereka juga sering berpindah tempat untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Fenomena perjalanan di Asia yang dilakukan manusia disebut sebagai "Silk Road" atau Jalur Sutera. Jalur Sutra adalah jaringan rute perdagangan yang membentang sepanjang ribuan kilometer dari Barat ke Timur di benua Asia. Jalur ini menghubungkan peradaban Barat dan Timur dan menjadi sarana pengenalan kebudayaan terpenting di dunia pada saat itu. Jalur Sutra dimulai dari Tiongkok dan membentang ke barat hingga ke Eropa.
Jalur ini melewati berbagai negara, termasuk Tiongkok, India, Persia, Arab, dan Romawi. Penamaan jalur sutra disebabkan kegiatan perdagangan dengan komoditas utama kain sutra yang dilakukan oleh para pedagang Cina pada masa dinasti Han pada tahun 206 sebelum Masehi hingga 220 Masehi (Ismayanti, 2020). Jalur Sutra memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan pariwisata. Jalur ini membantu memperkenalkan budaya dan sejarah dari berbagai negara kepada masyarakat dunia. Hal ini mendorong perkembangan pariwisata di berbagai negara yang dilewati oleh Jalur Sutra.
Jaman Pertengahan
Perjalanan wisata telah dimulai sejak abad ke-13, ditandai dengan perjalanan Marco Polo dari Venesia ke Tiongkok. Perjalanan ini diikuti oleh perjalanan Pangeran Henry dari Portugal, Christopher Columbus dari Spanyol, dan Vasco da Gama dari Portugal. Pada abad pertengahan khususnya Eropa, pariwisata masih terbatas pada orang-orang kaya dan berkuasa. Mereka melakukan perjalanan untuk tujuan religius, politik, atau pendidikan. Misalnya, para peziarah Kristen melakukan perjalanan ke Tanah Suci untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Fenomena ini dikenal sebagai "Grand Tour", di mana para bangsawan muda melakukan perjalanan ke Italia, Yunani, dan Turki untuk mempelajari seni dan budaya.
Grand Tour adalah perjalanan tradisional melalui Eropa yang dilakukan oleh anak bangsawan saat mereka beranjak dewasa. Perjalanan ini biasanya dilakukan oleh bangsawan atau orang muda kaya dari Eropa Utara, terutama Inggris, untuk melengkapi pendidikan mereka (Britannica, 2023). Grand Tour merupakan bentuk perjalanan dari sekitar tahun 1550 hingga 1850. Dalam sejarah pariwisata Grand Tour sangat penting karena perjalanan ini mewakili perjalanan untuk tujuan pendidikan dan rekreasi, bukan untuk tujuan perdagangan atau militer. Grand Tour berkontribusi besar pada evolusi budaya, sosial, arsitektur, gastronomi, politik, dan artistik negara asal para pelancong ini.
Pada pertengahan abad ke-17, pariwisata masih merupakan aktivitas yang terbatas bagi kalangan elite (Isdarmanto, 2017). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Waktu yang dibutuhkan untuk berwisata masih lama, karena transportasi masih terbatas.
- Biaya yang dibutuhkan untuk berwisata masih besar, karena fasilitas akomodasi dan transportasi masih mahal.
- Keamanan perjalanan masih kurang terjamin.
- Sarana dan prasarana pariwisata masih sederhana.
Namun, setelah Revolusi Industri, keadaan tersebut mulai berubah. Kemajuan teknologi transportasi, khususnya kereta api, membuat perjalanan menjadi lebih cepat dan terjangkau. Hal ini menyebabkan pariwisata menjadi lebih populer, tidak hanya di kalangan elite, tetapi juga di kalangan kelas menengah.
Jaman Moderen
pariwisata baru berkembang sebagai kegiatan ekonomi pada awal abad ke-19, dan sebagai industri internasional pada tahun 1865. (Crick, 1989; dan Graburn dan Jafari, 1991). Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada abad ke-18 dan 19 merupakan titik balik dalam perkembangan pariwisata.
Revolusi Industri di Inggris, yang dimulai pada tahun 1760, telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk perkembangan pariwisata dan perubahan dalam pola hidup serta budaya (Mutiarawati Fajariah dan Djoko Suryo, 2020). Perubahan-perubahan ini mendorong perkembangan pariwisata modern. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan Revolusi Industri mendorong perkembangan pariwisata modern:
- Peningkatan pendapatan dan waktu luang: Revolusi Industri menyebabkan peningkatan pendapatan dan waktu luang bagi masyarakat. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan perjalanan untuk rekreasi.
- Pengembangan teknologi transportasi: Revolusi Industri menyebabkan pengembangan teknologi transportasi, seperti kereta api dan kapal uap. Hal ini membuat perjalanan menjadi lebih mudah dan terjangkau.
- Penyebaran informasi: Revolusi Industri menyebabkan penyebaran informasi, termasuk informasi tentang tempat-tempat wisata. Hal ini mendorong minat masyarakat untuk melakukan perjalanan.
kemajuan teknologi produksi dan teknik penerbangan semakin mendorong perkembangan pariwisata. Hal ini menyebabkan biaya perjalanan menjadi lebih murah dan terjangkau, sehingga semakin banyak orang yang dapat berwisata. Perkembangan terbaru dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (package tour). Perjalanan paket adalah layanan perjalanan yang mencakup transportasi, akomodasi, dan kegiatan wisata. Perjalanan paket memudahkan wisatawan dalam merencanakan dan melaksanakan perjalanan, sehingga menjadi lebih populer.
Pariwisata modern dimulai pada abad ke-20, dimana pada abad ini terjadi peningkatan jumlah wisatawan secara signifikan. Revolusi industri 5.0 akan membawa ancaman dan peluang baru bagi sektor pariwisata dalam konteks paradigma Revolusi Industri, terutama dalam bidang transportasi, pemasaran, harapan wisatawan, dan jenis layanan. Analisis data besar, sistem cloud, internet of things, dan simulasi dapat menyebabkan perubahan radikal dalam pengiriman layanan dan pemasaran di industri pariwisata. Digitalisasi produk, data besar, dan komputasi awan akan mempermudah pemahaman dan pemenuhan kebutuhan individual pelanggan dengan lebih akurat (Gl&Gl,2018). Berikut adalah beberapa ancaman dan peluang yang dapat timbul dari Revolusi Industri 5.0 bagi sektor pariwisata:
Ancaman
- Hilangnya pekerjaan: Teknologi baru dapat menggantikan banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia di industri pariwisata. Hal ini dapat menyebabkan pengangguran dan ketidakstabilan sosial.
- Peningkatan privasi: Teknologi baru dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data pribadi wisatawan. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan keamanan.
- Monopoli perusahaan besar: Perusahaan besar dapat memanfaatkan teknologi baru untuk memperkuat posisinya di pasar dan menyulitkan usaha kecil untuk bersaing.
- Ketergantungan pada teknologi: Industri pariwisata akan menjadi sangat bergantung pada teknologi. Hal ini dapat menyebabkan masalah jika terjadi gangguan teknologi.
Peluang
- Personalisasi layanan: Teknologi baru dapat digunakan untuk mempersonalisasi layanan bagi wisatawan. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan wisatawan dan mendorong mereka untuk kembali lagi.
- Efisiensi operasional: Teknologi baru dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional bisnis pariwisata. Hal ini dapat menghemat biaya dan meningkatkan profitabilitas.
- Pengembangan produk dan layanan baru: Teknologi baru dapat digunakan untuk mengembangkan produk dan layanan pariwisata baru. Hal ini dapat menarik wisatawan baru dan meningkatkan daya saing industri.
- Jangkauan pasar yang lebih luas: Teknologi baru dapat digunakan untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Hal ini dapat membantu bisnis pariwisata untuk meningkatkan pendapatan mereka
Saat ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi berbagai negara, pariwisata sering disebut sebagai "passport to development", "new kind of sugar", tool for regional development, "invisible export", "I" dan sebagainya (Pitana, 2002). kita mengharapkan bahwa pariwisata berkembang, tumbuh dan berkelanjutan sebagaimana mestinya agar dapat bermanfaat bagi semua umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H