Film “Tare Zamee Par” Membuat Pendidik Menyadari Pendidikan Yang Seharusnya
[caption id="attachment_229555" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustras"][/caption]
Sinopsis
Saat saya menulis artikel ini, mungkin mata saya masih belum selesai bengkaknya, semalaman saya menangis tersedu-sedu melihat sebuah film india, bukan karena cerita patah hati, atau cerita perselingkuhan, atau cinta yang tak direstui, namun cerita yang amat apik menceritakan kisah seorang anak yang bernama ihsan tentang keterbatasannya dalam belajar, ihsan mengalami gangguan belajar yang disebut dengan disleksia, yaitu suatu kondisi kesulitan belajar yang membuat seseorng kesulitan untuk membaca dan menulis. Kondisi tersebut yang membuat ihsan menerima banyak tekanan, hinaan, dan cemohan dari keluarga, teman, maupun guru-guru, yang tak mau membuka hati, memandang dengan ego dan ketidakpedulian, ihsan berusaha mencoba bertahan, dengan sikap pembangkangan, tidak patuh, tidak mau membaca dan menulis, karena sekeras apapun ia membaca ia tak akan pernah luput dari cacian bodoh dan pemalas. Beruntung pada suatu ketika ihsan mulai merasa ketakutan, tidak lagi mampu mengenali dunianya, mengenali apa sesungguhnya yang dihadapinya, bagaimana ia harus menyelesaikannya, ia merasa amat depresi dan kehilangan benteng pertahanannya, ada seorang guru mengerti apa yang menjadi jeritan hatinya, dan mau membuka hati untuk peduli yaitu pak guru Niko yaitu tokoh yang diperankan oleh Amir Khan. Pak guru Niko itu membuka lagi kotak semangat ihsan, dan mengajarkan bagaimana membaca dan menulis, pak Niko membantu anak malang itu menemukan mutiara yang terpendam, potensi yang amat luar biasa.
Refleksi
Film ini membuat kita menyadari, bahwa pendidikan harus penuh dengan ketulusan, kepedulian yang tulus, karena dengan begitu kita dapat membantu anak menemukan potensinya, seringkali kita menuntut anak harus dapat mencapai nilai yang memuaskan, tanpa peduli bagaimana tipe belajar yang tepat untuknya, dan tanpa mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi, seperti pada cerita dalam film ini, guru-guru menuntut murid harus mampu mengikuti semua kegiatan belajar mengajar dikelas, tanpa harus tahu, apa yang jadi kendala dari murid-muridnya, alih-alih peduli atau menggali yang menjadi masalah murid, guru malah menghukum, dan mencaci, memberi label malas atau bodoh sehingga alih-alih anak semakin baik, anak-anak akan semakin kehilangan kepercayaan dirinya dan malah merusak masa depannnya. Film ini juga membuat kita menyadari dalam bahwa sebagai orang tua harus benar-benar tulus memahami, dan menyelami apa yang menjadi kendala anak, mendidik anak itu bukan dengan cara otoriter dan menghakimi, namun dengan hati dan benar-benar peduli yang tulus. Pada intinya dengan menonton film ini kita dapat tahu pendidikan apa yang seharusnya kita terapkan pada anak-anak kita baik kapasitas kita sebagai pendidik maupun orang tua, dalam film ini banyak kisah inspratif yang didapat mungkin tak kalah bila dibandngkan dengan film 3 idiot yang juga diperankan oleh Amir Khan, yang bertema tentang pendidikan dan amat memotivasi kita.
Saran saya film ini layak ditonton, saya sangat tersentuh dengan film ini saya harap teman-teman juga begitu, warning sedia TISSU...hehehe
sedikit saya sertakan kutipan filmnya
Semoga Bermanfaat
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H