Jika anda masih meragukan visi dan keberpihakan Jokowi pada anak muda dan jiwa angkatan muda, silakan cek berbagai kegiatan yang dibuat di era Jokowi. Dari mulai Kaki Lima Night Market, Jakarta Night Festival saat tahun baru, Jakarta Night Religius Festival saat Idul Adha, sampai dibukanya akses selebar-lebarnya pada pemanfaatan Monas sebagai sarana Pekan Raya Jakarta tandingan terhadap PRJ di Kemayoran yang mahal, elitis dan tak terakses oleh rakyat jelata.
Semua acara itu menjelaskan mengertinya Jokowi terhadap kebutuhan anak muda yang memang gemar dan biasa nongkrong, kongkow-kongkow dan bersosialisasi. Ada banyak orang, kelompok sampai pejabat publik yang justru mencurigai acara-acara kongkow. Mereka cenderung menganggap acara-acara seperti itu sebagai hura-hura yang tidak penting, dan kadang malah menggunakan dalil-dalil agama untuk mengekangnya.
Simak juga bagaimana Jokowi selalu mendukung pembangunan infrastuktur yang menyediakan layanan internet secara gratis. Dari mulai Tehcno Park, Taman Balekambang, sampai sepanjang Jl. Slamet Riyadi, misalnya, semua punya fasilitas internet gratis. Di Jakarta pun demikian, Jokowi sudah dan selalu mengupayakan adanya fasilitas layanan internet gratis di ruang-ruang publik seperti taman-taman.
Anak muda di era sekarang sangat lekat dan butuh internet. Internet menjadi kebutuhan primer. Sebagaimana acara kongkow dan nongkrong-nongkrong, ada sangat banyak orang yang juga mencurigai internet. Bagi mereka dengan pikiran sempit, internet kerap diidentikkan dengan prilaku buruk, seperti pornografi. Kebijakan sensor yang diterapkan oleh pemerintah sekarang, yang menterinya berasal dari partai yang mendukung Prabowo, menjelaskan dengan baik kecurigaan yang dalam terhadap internet.
Sensor secara pukul rata, seperti yang dilakukan pada layanan video vimeo, misalnya, juga menjelaskan betapa negara selama ini cenderung tidak percaya bahwa anak-anak muda punya kemampuan untuk memilah mana yang baik dan buruk. Anak muda dipukul rata sebagai kelompok sosial yang harus serba diatur, dikontrol dan dikendalikan.
Blokir terhadap vimeo ini juga menjelaskan kurang pahamnya negara terhadap pentingnya internet dalam industri kreatif. Ada banyak sekali film, klip dan materi-materi audio-visual yang bagus dan bermutu di layanan Vimeo. Ini referensi yang penting bagi para pelaku ekonomi kreatif, juga tempat yang baik untuk memajang karya-karya mereka.
Ekonomi kreatif, juga segala hal yang menjunjung tinggi kreatifitas, tidak akan pernah kompatibel atau nyambung dengan cara berpikir atau sikap-sikap intoleran yang serba demen melakukan sensor internet, intimidasi terhadap penayangan film, teror terhadap konser musik dan pembakaran buku.
Kebebasan sipil dan demokratisasi bukan hal yang patut dipertentangkan dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Kebebasan sipil dan kesejahteraan bukanlah opsi yang harus saling meniadakan satu sama lain. Kebebasan sipil, kemerdekaan berekspresi dan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat adalah tugas konstitusional yang wajib dipenuhi oleh siapa pun yang memimpin negeri ini.
Anak muda, sebagai generasi yang jelas penuh dengan daya kreatif, harus sangat cermat untuk menjatuhkan pilihan. Jangan pilih capres yang tidak pro-kebebasan sipil dan ekonomo kreatif. Jangan pilih capres yang didukung oleh kelompok-kelompok intoleran yang sudah terbukti sering mengancam ekspresi dan karya-karya kreatif anak-anak muda.
x
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H