Pertama kali mendengar istilah pranata mangsa, apa yang terbayang dibenak teman-teman ya? Bisa jadi sebagian dari kita berpendapat bahwa  pranata mangsa merupakan peninggalan sejarah nenek moyang berupa  sistem penanggalan kalender yang di gunakan oleh petani sejak ribuan tahun yang lalu yang tidak relevan lagi diterapkan di zaman modern saat ini.Â
Masyarakat zaman dulu berprinsip pada Ilmu Titen-Niteni atau mencermati setiap tanda-tanda kejadian alam yang berlangsung untuk menentukan mangsa. Petani dapat memahami Pranata mangsa berdasarkan kejadian atau situasi alam yang dialami, yang terkait dengan usahataninya.
Secara umum pranata mangsa terbagi menjadi empat musim (mangsa), yaitu: musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (mareng), musim kemarau (ketiga), dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh).Â
Dengan menerapkan sistem pranata mangsa ini visi dari masyarakat dahulu untuk menciptakan negara dengan semboyan "gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, cukup sandang pangan papan" dapat tercapai.Â
Namun di era modern ini, pemanasan global memang tak dapat dipungkiri dan menjadi  factor pemicu relevansi penerapan kalender pranata mangsa dipertanyakan. Pemanasan global mempengaruhi perilaku alam menjadi menyimpang sehingga sulit petani dalam mencermati alam dan merunut kembali pranata mangsa. Namun demikian kita tidak bisa begitu saja menerima begitu saja pendapat kaum milenial kalau pranata mangsa sudah tidak relevan tanpa di buktikan dengan fakta-fakta ilmiah, sebenarnya pranata mangsa masih relevan (bisa jadi bergeser waktunya) tetapi perlu di sesuaikan dengan kondisi saat ini. Salah satu caranya adalah dengan menyatukan pranata mangsa dengan ilmu teknologi yang berkembang saat ini.
Di era digitalisasi ini (era Zaman Now) pemanfaatan teknologi dan informasi berupa sistem informasi geografis (SIG) yang canggih dapat digunakan kembali untuk mengukur, menganalisis dan memanfaatkan kembali relevansi pranata mangsa yang masih mungkin diterapkan oleh petani. Dengan demikian petani diharapkan tinggal membuka software pranata mangsa, memasukan data, munculan peta kesuaian lahan dan prediksi tanam berdasarkan pranata mangsa, apakah mungkin hal ini bisa dilakukan?Â
Jawabannya mungkin teman teman, salah satu pusat studi Sistem Informasi Pemodelan dan Mitigasi Tropis (Simitro) milik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) telah membuktikannya. Yuk kita berkenalan sedikit tentang pranata mangsa modern yang menghasilkan peta kesesuaian lahan tentang komoditas pertanian.
Tampilan diatas software yang disebut Pranata Mangsa UKSW. Pranata Mangsa UKSW adalah perangkat yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sebaran data serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) di sekitar lingkungan teman-teman, sebaran data curah hujan, sebaran nilai Kebasahan dan Tingkat Kekeringan serta kalender tanam pada lahan pertanian menggunakan kearifan lokal pranata mangsa.Â
Sekarang teman teman sudah dapat membuktikan melestarikan kearifan lokal bisa diharmonisasikan dengan era modern zaman sekarang. Hasil dari output software pranata mangsa UKSW dapat digunakan untuk evaluasi lahan dan kecocokan tanaman yang akan dibudidayakan.Â
Dengan software canggih ini teman-teman hanya perlu memasukan data yang diperlukan software, kemudian software akan mengolah, menganalisi, sehingga menghasilkan informasi yang sangat membantu kita dalam melakukan program tanam apa yang cocok pada musim tanam selanjutnya.Â