Kegiatan menulis bagi sebagian orang menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bahkan ada yang begitu menikmati dan merasakan bahkan menulis adalah passion baginya. Untuk bisa menulis tentu setiap orang melewati proses dalam perkembangannya. Dengan berlatih dan terus konsisten menulis, seseorang akan menjadi mahir dalam menulis.
Namun banyak juga yang beranggapan bahwa menulis itu tidak mudah. Tak mudah untuk menelorkan ide-ide yang bisa membantunya lancar dalam menulis. Tak jarang mereka berkata, di mana mereka akhirnya mandeg menulis karena kekurangan ide.
Untuk bisa menulis tentu butuh belajar, semangat, komitmen, dan juga komunitas. Seperti yang saya alami di saat-saat awal belajar menulis. Dan sampai saat inipun masih terus belajar dengan teman-teman literat yang sudah senior.
Seperti kebanyakan orang, sayapun juga pernah dan sering mengalami pasang surut dalam mengembangkan ide menulis. Tak jarang ide dan semangat menulis hilang. Motivasi menulis yang saya sematkan terkadang lebur hingga meredupkan semangat untuk menulis.
Seperti saat ini, ketika sudah sekitar dua bulan kesenangan menulis hanya sekedar angan-angan. Ide-ide yang bertumpuk di angan, rasanya juga cuma melayang di awang-awang. Ketika hati sudah niat mau menulis, beberapa alenia tertata rapi, berbaris indah namun juga terhenti tanpa ending.
Apa yang menyebabkan hal seperti itu muncul dalam diripun, tidak bisa saya pahami. Kadang dalam sendiri saya coba mengevaluasi diri, menanyakan pada hati apa yang menjadikan diri ini kurang semangat untuk melanjutkan tulisan ini.
Sempat terlintas dalam benak, mungkin ini yang menjadikan saya tiba-tiba kurang semangat dalam menulis. Ketika saya menulis, saya merasa tulisan saya kurang berbobot, tidak seperti teman-teman lain yang bisa menyajikan karya yang begitu berbobot. Ketika saya membaca tulisan orang lain, saya merasa banyak kurang. Saya berpikir, banyak orang lain yang tertarik dengan tulisannya. Tulisan teman itu lebih bagus dan banyak memberi manfaat bagi yang membacanya. Itu sempat muncul dan menjadikan saya merasa sedikit minder. Hingga tak terasa sudah sekitar dua bulan macet menulis.
Sebagai orang yang sedang belajar menulis, tak jarang muncul juga alasan lain. Di mana ini menjadi pembenaran untuk mendukung alasan di atas. Seperti sedang sibuk, banyak tugas kantor, lagi sibuk ngurus anak, urusan keluarga, banyak tugas sekolah dan ngurus murid, atau apa saja yang seolah mensahkan alasan macet menulis.Â
Nah, ini merupakan sebuah virus yang harus segera diatasi. Di sinilah saatnya untuk mengevaluasi diri. Jangan biarkan virus itu lama-lama bersemanyam dalam diri kita. Kembali bangkitkan motivasi menulis. Lantas bagaimana untuk bisa membangkitkan semangat menulis yang hampir redup itu. Saya sendiri saat ini, sambil menulis masih mencari-cari apa yang bisa menumbuhkan kerinduanku di sini.
Beberapa saat terbayang ke masa lalu, ketika saya bertemu komunitas menulis Rumah Virus Literasi (RVL). Komunitas menulis yang didirikan oleh Bapak Dr. Much. Khoiri, M.Si. Di sini awal pertemuanku dengan insan-insan literat. Awal mula semangatku muncul dan berani untuk menulis. Komunitas yang mengajariku banyak akan keberanian menulis. Awal pertama aku kenal dan bisa belajar menulis di blog. Awal pertama aku berani menulis di Kompasiana. Awal pertama saya berani berkumpul dengan sahabat literat, para penulis hebat. Awal pertama aku menemukan banyak guru yang saya merasa kagum bisa duduk diantara beliau-beliau.