Mohon tunggu...
Kiki_S.Rejeki
Kiki_S.Rejeki Mohon Tunggu... Guru - Teaching by learning always

Penuh semangat dan menjadi diri sendiri yang bersahaja. Terus belajar menjadi hamba yang lebih baik dan membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nikmati Hidup dan Temukan Kebahagiaan yang Sesungguhnya

8 Agustus 2023   22:58 Diperbarui: 8 Agustus 2023   23:02 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup Bahagia adalah Pilihan: Nikmati Hidup dengan Rasa Syukur dan Temukan Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Hidup bahagia adalah pilihan. Setiap orang tentu ingin menikmati hidup bahagia.

Dalam perjalanannya manusia selalu berusaha menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Padahal kebahagiaan yang sesungguhnya ada dekat dengan kita.

Lantas bagaimana cara menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Bagaimana Islam memaknai bahagia itu.

Setiap manusia dilahirkan dalam takdirnya masing-masing. Seseorang tak sanggup memilih kepada siapa dan di mana pinginya dia dilahirkan di bumi.


Semua terjadi karena ketentuanNya. Tak bisa kita meminta harus lahir ke bumi di tengah keluarga ningrat, keluarga raja, konglomerat atau sang jutawan.


Dan ketika kehidupan di bumi dimulai, di situlah awal perjalanan harus dijalani. Yang harus manusia tempuh dengan segala pernak-pernik kehidupan yang menyertainya.

Dalam sepanjang perjalanan kehidupan itu tentunya banyak cerita yang mewarnai pula. Ada sedih, tawa, tangis, canda dan segala peristiwa yang membumbui kisah perjalanan seseorang.


Tentunya kita tidak pernah tahu peristiwa atau cerita apa yang akan kita alami ke depan. Kadang apa yang ada di depan mata ternyata tidak seperti harapan kita. Bisa jadi itu adalah hal yang tidak kita sukai. Adakalanya itu hal yang menyenangkan atau mungkin yang kurang mengenakkan.

Dari perjalanan hidup itu kadang orang mengatakan rasa bahagia atau suka. Kadang orang merasakan sedih dan merasakan hidup dalam gundah. Atau mungkin merasa tertekan dan hidup dalam kekhawatiran.

Lantas seperti apa sich yang dimaksud dengan bahagia itu sendiri. Bagaimana tolak ukur bahagia itu?  Untuk menilai suatu kebahagiaan tentunya tidak bisa kita sama ratakan pada setiap individu.

Untuk menuju makna bahagia saja setiap orang akan mempunyai pandangan yang berbeda. Sudut pandang seseorang tentang bahagia yang seseungguhnya juga sangat bervariasi. Bisa jadi menurut orang lain bahagia, buat kita bukan bahagia.

Karena pada dasarnya bahagia itu relatif. Bahagia itu tidak bisa diukur dengan kasat mata, berupa materi, tampilan fisik, besar penghasilan, ketenaran atau semacamnya. Bahagia itu relatif, tergantung setiap individu menikmatinya.

Mungkin kita pernah mendengar orang yang kaya raya, namun mengakhiri hidupnya dengan tragis. Dengan sepucuk surat yang menceritakan betapa dia menderita dan tersiksa. Banyak beban yang membuatnya tertekan.

Atau seorang selebritis yang merasa sangat stres. Ketenarannya membuat dia tertekan dan merasa tidak nyaman. Dia merasa tidak bisa menikmati hidupnya dengan bahagia dan nyaman.

Di sisi lain kita melihat orang dengan kesederhanaannya merasakan hidup yang dijalani dengan penuh kebahagiaan. Mereka menikmati dan mensyukuri hidup dengan bahagia.

Bahagia Menurut Islam
Lantas bagaimana Islam mengajarkan kita dalam memaknai kebahagiaan?

Pada hakikatnya kebahagiaan atau kesedihan itu, manusia sendiri yang menghadirkannya. Memang Allah menciptakan adanya rasa bahagia dan sedih agar manusia menyadari nikmat dan bisa terus bersyukur.


Mungkin ketika sedang lapang manusia merasa bahagia dan menganggap ini suatu nikmat. Di sini saatnya manusia bisa bersyukur dan berbagi nikmat yang Allah titipkan padanya.


Di kala sempit manusia mungkin merasa sedih. Di sini manusia harus menyadari betapa kecilnya kita. Ternyata kita lemah dan butuh tempat untuk mengadu. Saatnya bersimpuh, menunduk di hadapan sang khaliq.


Adanya rasa bahagia dan sedih yang menghiasi hidup kita harusnya menjadikan kita makin dekat dengan Tuhan. Sang pencipta dan menguasai kehidupan kita. Tak ada yang perlu kita sombongkan.


Semua yang kita mulai, baik harta, benda, ilmu, pangkat, jabatan, kesehatan dan lainnya itu tidak bisa jadi parameter kebahagian. Memang benar manusia perlu itu, tak bisa dipungkiri. 

Namun semua itu bukan satu-satunya ukuran kebahagiaan.
Semua yang kita punya di dunia ini bukankah hanya titipan. Dan semua itu hanya bersifat sementara. 

Ada satu nasehat bijak yang mungkin bisa kita resapi. Bahagia itu ada di dalam hati. Ya, ada di dalam hati orang yang mau bersyukur. 

Jadi apapun yang Allah telah siapkan di hadapan kita, selama kita mensyukuri disitulah bahagia datang.

Rasa syukur itu akan bisa hadir mengisi hati, jika seseorang menikmati pemberianNya. Jadi apapun yang ada di hadapannya selalu dinilai sebagai kenikmatan dan disyukurinya. Tak ada iri ataupun dengki melihat kenikmatan orang lain.

Selalu ikut bahagia melihat kebahagiaan dan keberuntungan orang lain. Dengan pandai bersyukur, maka di sinilah hati akan terus diselimuti rasa bahagia. Yuk, senyum dan bersyukur, lalu nikmati kebahagiaanmu hari ini. Salam bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun