Mohon tunggu...
Kiki_S.Rejeki
Kiki_S.Rejeki Mohon Tunggu... Guru - Teaching by learning always

Penuh semangat dan menjadi diri sendiri yang bersahaja. Terus belajar menjadi hamba yang lebih baik dan membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adab Berhutang dan Niatkan Ta'awun atau Tolong Menolong

29 Juni 2023   05:40 Diperbarui: 29 Juni 2023   05:46 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri adab pinjam meminjam

Dalam kehidupan bersosial pastilah setiap orang membutuhkan bantuan orang lain. Bisa bantuan keluarga, kerabat ataupun teman. Tak jarang karena kondisi seseorang harus meminjam atau berhutang pada orang lain. Bagaimana adab berhutang yang baik? Bagaimana agar seseorang bisa amanah saat bermuamalah? Bagaimana adab pinjam meminjam agar selalu berujung indah.

Manusia memang merupakan makhluk sosial. Di mana manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Meskipun mereka orang yang kaya sekalipun, pastilah suatu saat akan memerlukan bantuan orang lain. Setidaknya ketika seseorang meninggal, tentulah butuh bantuan orang lain untuk menguburkannya.
Baik disadari atau tidak kehadiran manusia lain dalam kehidupan seseorang tentulah ada adabnya. Dalam berhubungan dengan masyarakat sehari-hari, adakalanya seseorang membutuhkan bantuan orang lain. Bagaimana bila karena kondisi seseorang harus minta bantuan orang untuk pinjam uang atau berhutang.

Mungkin di antara pembaca ada yang pernah mengalami hal ini. Karena kondisi dan keadaan hingga terpaksa kita harus meminjam uang ke teman atau kerabat. Atau mungkin kita yang kedatangan tamu atau teman yang butuh bantuan untuk pinjam uang.

Tentunya itu hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat. Mungkin karena hubungan keduanya yang sudah dekat, saling kenal baik, atau memang sudah berteman. Rasanya akan aneh bila seseorang yang kurang kenal, atau baru kenal sekali, tiba-tiba meminjam uang kepada kita atau sebaliknya.

Islam juga membolehkan dalam utang-piutang selama aktivitas pinjam meminjam ini tidak melanggar syariat. Misalkan pinjam meminjam uang, pinjam meminjam barang dan sebagainya. Ini bisa jadi aktivitas tolong menolong (taawun).
 Islam mengajarkan kita agar ringan menolong orang lain, terlebih kepada saudara sesama muslim. Memberi pinjaman pada orang yang membutuhkan juga merupakan tolong-menolong.

Namun sayangnya kadang ada saja masalah yang timbul setelah proses pinjam-meminjam berlangsung. Bila si peminjam punya etikat baik dan amanah dalam membayar pinjamannya sich tak masalah. Tapi bagaimana bila si peminjam kemudian mengulur-ulur mengembalikan uang atau enggan membayar utangnya. Dan yang lebih menyedihkan lagi biasanya akibat hutang, seorang teman bisa saja jadi berpisah. Atau tetangga yang dulunya dekat, tiba-tiba menjauh berlagak tidak kenal ketika ditanya tentanga hutanagnya.

Nah, dalam hal pinjam meminjam uang atau berhutang tentunya ada adab-adab yang harus diperhatikan. Di sini saya ingin memberikan beberapa etikat baik bagi peminjam atau orang yang berhutang, di antaranya:
1. Usahakan hanya terpaksa meminjam uang karena memang benar-benar membutuhkan.

Mungkin untuk pengingat kita semua, bahwa mendapat pinjaman uang itu terasa indah di awalnya. Namun ingat bahwa beberapa waktu kemudian, sesuai kesepakatan kita harus amanah dan bertanaggung jawab untuk menggembalikan atau membayar hutang.
2. Meminjamlah dengan santun tanpa terkesan memaksa.

Bila terpaksa berhutang haruslah kita meminjam dengan santun dan tetap berbaik sangka pada yang punya uang. Bisa jadi orang yang kita pinjami saat itu juga kebetulan sedang membutuhkan uang. Sehingga dia tidak bisa membantu meminjami uang. Bila seperti ini, sebagai orang yang mau meminjam tidak perlu marah. Harus berpikir positif bahwa memang sekarang belum bisa membantu. Tetap jalin pertemanan dengan baik, jangan mengurangi kedekatan dalam berteman bila tidak mendapatkan pinjaman
3. Amanah saat tiba waktunya membayar hutang.

Ketika seseorang sudah menolong kita, dan kita sudah menjanjikan akan membayar hutang, kita harus bertanggung jawab. Ketika kita berjanji untuk membayar, di situ amanah sudah ada di pundak, jadi harus menepati janji.
4. Sampaikan dengan baik bila belum bisa menepati waktu akan membayar hutang.

Lantas bagaimana bila waktu yang kita janjikan ternyata meleset, dan belum bisa membayar hutang. Sebagai wujud tanggung jawab dan menjaga amanah, seorang peminjam harusnya mengabari yang meminjamkan uang. Memberi kabar dan menyampaikan maaf karena belum bisa membayar hutang seperti yang dijanjikan. Bisa juga datang ake rumah yang meminjami uang, silaturahmi dan sampaikan alasannya kenapa belum bisa membayar hutangnya.
5. Tetap jalin silaturahmi dengan baik

Mungkin kita sering mendengar seseorang yang akhirnya berkelahi atau retak hubungan hanya karena  masalah uang. Bahkan ada juga orang yang awalnya rajin bermain ke rumah temannya, namun ketika ada transaksi hutang, jadi jarang lagi main ke rumah temannya. 

Mungkin sungkan atau malu karena masih punya hutang. Sehingga hubungan pertemanan yang selama ini dirajut dengan indah, jadi rusak karena masalah hutang. Ini sangat disayangkan.
Untuk mengingatkan kembali pada saudaraku yang mungkin saat ini masih berhutang pada orang lain, jagalah selalu silaturahmi. Ketika kalian belum bisa membayar hutang, sampaikan saja dengan baik. Minta maaf dan meminta waktu lagi untuk bisa mengembalikan uangnya.

Untuk yang meminjami juga harus sabar dan menerima alasannya. Tetap berbaik sangka padanya. Ingatlah Allah akan memberi pahala kepada seorang muslim yang menolong saudaranya. Dan pahala itu akan mengalir selama masa menunggu uang dikembalikan. Di sinilah ujian kesabaran kita. Tak perlu menggerutu atau mengumpat apalagi sampai berghibah. Bahkan seharusnya kita mendo'akan orang yang meminjam tersebut. Do'akan yang baik-baik dan ikhlas. Semoga dia dilapangkan rizkinya, dan diberi kemudahan untuk bisa melunasi hutang-hutangnya.

Jadi pada dasarnya dalam hal hutang piutang masing-masing harus memperhatikan ini. Bagi si peminjam harus amanah. Sedang bagi yang meminjami uang hendaknya sabar dan ikhlas. Bahkan ada ilmu mulia yang kita bisa terapkan bila kita meminjami orang. Ikhlaskan saja, anggap saja itu taawun dan bagian sedekah kita. Tidak usah berharap dikembalikan. Jadi ketika dikembalikan, Alhamdulillah, itu berarti masih rejeki kita, kalo tidak dikembalikan kita tidak akan kecewa. Semoga bermanfaat dan kita senantiasa bisa menolong sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun