Mungkin kita masih ingat masa kecil kita. Biasanya orang tua kita mengajak menyanyi. Saat bermain dengan teman sebaya, dulu biasa kita menyanyi lagu anak-anak bersama. Ketika di Taman Kanak-kanak kita sering menyanyikan lagu dengan guru kita. Teringat betapa seru dan asyiknya dunia anak-anak. Anak-anak akan ceria dan senang saat menyanyi. Riuhnya bangku TK jadi berwarna. Mereka bergembara dengan lagu-lagu anak yang dikenalkan oleh guru.
Ketika sudah di bangku Sekolah Dasar biasanya anak-anak lebih kurang untuk waktu menyanyi. Biasanya saat belajar seni ada guru yang mengisi dengan seni suara atau menyanyi. Banyak juga guru yang begitu kreatif menciptakan lagu yang sesuai dengan temanya.Â
Tak jarang kadang guru mengarang lagu dengan mengganti lirik lagunya. Berharap dengan menyanyi anak lebih senang belajar. Lebih mudah mengingat karena mendengarkan  lagu. Teringat ketika guru menyanyi lagu nama anggota badan dalam Bahasa Arab. Mungkin kalo kita mengajak anak membaca dan menghafal  anggota tubuh dalam Bahasa Arab tidak semudah saat kita rangkum dalam lagu. Sebuah terobosan yang bagus.
Ketika di era 90-an sering sekali lagu anak-anak tampil di layar TV. Â Sebut saja beberapa penyanyi cilik masa itu. Ada Sherina, Joshua, Agnes, Eza Yayang dan masih banyak lagi. Dengan lirik yang ringan mereka menyanyi tentang alam, binatang atau kehidupan.Â
Dengan musik yang ceria dan lirik yang sederhana anak-anak semangat menyanyi. Anak-anak saat itu benar-benar merasakan masa yang indah. Mereka menikmati lagu anak-anak di masanya. Mereka bisa menyanyikan lagu sesuai usianya.
Namun jaman sudah berubah. Dengan perkembangan tehnologi anak-anak bisa dengan mudah memutar lagu yang mereka suka. Bahkan kecanggihan tehnologi tidak hanya bisa mendengarkan musik atau lagu. Mereka juga bisa menonton penyanyinya. Misal saja dengan membuka youtube, anak-anak bisa menyaksikan penyanyi idolanya. Mereka bisa menyanyikan lagu kesukaannya.
Namun ini tidak semua bisa dianggap tepat bagi anak-anak. Kadang kemajuan tehnologi menjadi keprihatinan kita. Ketika anak-anak dengan bebas menjelajah dunia maya. Ketika anak-anak bebas menonton konten yang mungkin kurang sesuai dengan usianya. Ketika mereka menjelajah dunia maya sendiri tanpa ada pendampingan orang tua. Tentunya ini harus jadi perhatian kita. Jadi keprihatinan kita, sebagai guru. Bila dampak tehnologi kurang tepat bagi usia anak-anak.
Teringat ketika lagu  "Despasito"nya Justin Beiber booming. Hampir semua anak kecil kenal lagu itu. Mereka hafal liriknya. Mereka dengan semangat dan lancar menyanyikannya. Padahal mungkin mereka tidak mengerti apa arti dari lirik lagu yang dinyanyikan. Kadang di TV sering tayang lagu-lagu cinta. Lagu-lagu dengan lirik yang kurang tepat untuk anak-anak.
Tentunya penting bagi orang tua untuk bisa mendampingi anak-anaknya. Seperti apa lagunya. Seperti apa video klipnya. Karena kadang muncul konten yang seharusnya belum patut ditonton oleh anak-anak.
Sering kita lihat anak-anak lebih kenal lagu-lagu dewasa. Mereka hafal teks lagu dewasa yang sedang hits. Tapi mereka kadang tidak kenal dengan lagu anak-anak jaman kita dulu. Mungkin perlu jadi perhatian kita para pendidik untuk senantiasa mengenalkan lagu anak. Agar lagu-lagu anak yang ceria tidak hanya tinggal kenangan.Â
Guru bisa juga membuat lagi dengan merubah lirik dalam tema yang dipelajari. Sehingga pelajaran jadi lebih menarik. Anak-anak jadi makin asyik belajar. Kreativitas guru sangat penting. Agar anak-anak bisa menikmati lagu sesuai usianya. Terus berkarya sang pendidik. Ciptakan kreasi yang lebih pas untuk anak-anak. Terutama anak-anak di bangku sekolah dasar. Selamat berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H