Mohon tunggu...
Reizy Bulu
Reizy Bulu Mohon Tunggu... -

Buah Hati Lama, menyukai prosa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita dalam Hari

8 Juni 2017   12:52 Diperbarui: 9 Juni 2017   10:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita dalam perjalanan pulang minggu malam itu, tapi kamu selalu meminta berkeliling dan lagi-lagi aku mengiyakannya. Hari ini sekedar ku lewati jalan yang sama, terasa sekali dingin udara malam. Oh ! Bukan udara malam yang membuatnya begitu dingin ternyata. Kau yang membuatnya begitu dingin, kau yang pergi tiga bulan lalu dan berkabar akan membuat banyak anak dengan orang lain.

Aku menjemput mu setiap jum'at, aku selalu terlambat dan kamu selalu membuka pintu itu dengan wajah kesal. Ya, menurutku seperti itulah bertemu, ada rasa aman dan hangat ketika aku menatap kau disana, sekalipun wajah kesalmu sejurus menyertai. 

Masih jum'at kala itu, tiga puluh dua kilometer adalah jarak yang selalu terasa singkat jika di hari jum'at. Tapi akan menjadi menyebalkan jika di hari senin. Bukan karna jaraknya, tapi karna saat pulang aku harus sendiri. Sebenci itu aku sendiri tanpa kamu, bahkan untuk hal sekecil itu. Aku pikir cinta itu hal yang aneh, seolah hidup tak bisa di pegang lagi jika rindu telah dibatasi.

Sabtu adalah hari yang bersemangat, mengambil setumpuk kain dan mengantarkannya ke pengerajin membuatku bahagia. Bahagia karna wajahmu yang tersenyum senang menceritakan ratusan kain terjual begitu cepat. Dan setelahnya kita habiskan dengan memakan begitu banyak makanan sambil bercerita begitu banyak hal yang kau suka dan apa yang aku suka. Pernah ku baca dari buku temanku, seperti itulah cinta, kita dapat menceritakan banyak hal yang kita sukai, walau berbeda tapi kita tetap bahagia.

Hari-hari kerja adalah hal yang juga ku benci, tapi tetap ku  jalani, karna aku tau rindu yang bertumpuk ini begitu indah datangnya di hari jum'at. Sialnya timbunan lemak ini membuatku tertidur cepat kerap kali dan itu membuatmu kesal. Tapi kamu selalu jadi tempat terbaik ku untuk bersandar. Oh ! Bukan hanya kamu, tapi kita !  Kita saling bersandar ketika ada beberapa hal yang sungguh menjadi sela di antara mulut, hati dan kehidupan ini. Dan kita menjadi lega ketika saling bercerita dan bersandar. Seolah ada beban yang baru saja kita lepaskan.

Dan beberapa kebelakang ini, hari-hari begitu berat terasa, bagaimana hari-hari mu disana ?  Apakah dia menanyakan apa kau bahagia hari ini..

Banjarmasin, 8 Juni 2017
Ketika kita dalam hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun