Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diplomasi Aqidah Nabi Musa A.S. dengan Fir'aun (Part 1)

28 Oktober 2019   17:50 Diperbarui: 28 Oktober 2019   18:02 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesir adalah daratan tersubur di benua Afrika. Bersamaan dengan ini, Mesir pernah melewati masa rezim yang membawa jauh masyarakatnya dari ajaran-ajaran Islam. Rezim penguasa di Mesir dipimpin oleh satu penguasa agung yang disebut dengan Fir'aun. Para penguasa yang bergelar Fir' aun menyeru seluruh rakyatnya untuk menyembahnya dan menolak Tuhan selain menuhankan dirinya. Fir' aun kemudian memerintahkan rakyat Mesir saat itu untuk membangun piramid setinggi-tingginya sebagai bentuk penyembahan kepada dirinya. Berdirilah beberapa piramid yang menjulang ke langit dan patung-patung berhala disekitarnya.

Beberapa tahun dalam periode pemerintahan Fir' aun, beredar ramalan dari kalangan Bani Israel bahwa akan ada seorang laki-laki perkasa yang lahir dari mereka akan menumbangkan kekuasaan Fir' aun. Saat itu orang-orang Bani Israel mendapati diri mereka sebagai bangsa yang dieksploitasi oleh Fir' aun untuk mengerjakan konstruksi-konstruksi berat di Mesir, salah satunya ialah piramida. Informasi ini akhirnya sampai ke telinga Fir'aun.

Tentunya Fir' aun merasa posisinya akan terganggu di kemudian hari. Ia takut tampuk kekuasaan Mesir akan diambil oleh orang lain, disamping lelaki ini akan membawa pesan membawa umat kembali ke ajaran-ajaran Islam yang mengesakan Allah SWT. Oleh karena itu dia mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap laki-laki yang lahir dari rahim seorang ibu tanpa terkecuali. Namun, para ekonom saat itu, memberikan pandangan kepada Fir' aun jika semua bayi laki-laki dibunuh, maka tidak akan ada yang bisa menjadi pekerjanya di masa mendatang, ahli ekonomi kemudian menyarankan agar perintah tersebut hanya dilaksanakan di tahun pertama. Fir' aun kemudian mempertimbangkannya dan pada akhirnya menyetujui usulan tersebut.

Melalui pertolongan Allah, Musa dihanyutkan di sungai Nil oleh sang ibu. Musa kemudian ditemukan oleh Asiya, istri Fir' aun ketika sedang mengambil air di sungai. Asiya lantas membawanya sampai ke istana. Pada awalnya, Fir' aun tidak ingin menerima Musa sebagai anak angkatnya. Namun, Asiya meminta kepada sang suami, dan akhirnya Fir' aun menjadikan Musa sebagai anak angkatnya.

Tahun demi tahun telah berganti, hingga sampai pada masa Musa telah menjadi seorang dewasa. Saat itu ia mendapat wahyu dan perintah untuk pertama kali dalam dirinya dari Allah SWT di lembah yang suci, ialah bukit Thuwa. Disana Allah meneguhkan hatinya untuk menyerukan kepada orang-orang kafir yang telah mendustakan ajaran-ajaran ketauhidan sebelumnya. Musa mendapati tiga oposisi hebat dalam perjalanan dakwahnya. Pertama sang Raja yang kafir, ialah Fir' aun, kedua seorang politikus busuk bernama Haman, dan ketiga dialah Qarun, seorang pebisnis rakus.

Tulisan ini menitikberatkan kepada upaya diplomasi Musa kepada Fir' aun yang bertujuan agar Fir' aun tidak lagi mengeksploitir para pekerja bani Israil, mematikan orang dengan sekehendaknya, dan sudah tentu melepaskan pikiran bahwa mengakui dirinya sebagai Tuhan.

Proses Diplomasi antara Musa dan Fir' aun         

  •            

Ketika Musa berhadapan dengan Fir'aun, terjadilah dialog diantara keduanya. Musa mengajukan permintaan terlebih dahulu kepada Fir' aun dengan mengatakan: "Wahai Fir' aun lepaskanlah orang-orangku, bangsaku, yakni Bani Israel!" Percakapan mereka diabadikan oleh Allah SWT dalam AL-Qur' an:

Allah SWT menceritakan sebagian dialog antara Musa dan Fir'aun dalam surah as-Syuara' sebagaimana firman-Nya:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): 'Datangilah kaum yang lalim itu, (yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa mereka tidak bertakwa? Berkata Musa: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.' Allah berfirman: 'Janganlah takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). Maka datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah: 'Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami.' Fir'aun menjawab: 'Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu, dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.' Berkata Musa: 'Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, hemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. " (QS. as-Syu'ara: 10-21)

Kemudian bangkitlah emosi Nabi Musa ketika Fir'aun mengingatkan bahwa ia telah berbuat baik kepada Musa. Musa bangkit dan berbicara kepadanya:

"Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil." (QS. asy-Syu'ara: 22)

Musa ingin berkata kepadanya, apakah engkau mengira bahwa nikmat yang engkau berikan kepadaku lalu engkau merasa telah berbuat baik padaku, di mana aku adalah salah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil? Apakah nikmat ini sebanding dengan cara-caramu memperlakukan bangsa yang besar ini di mana engkau memperbudak mereka; engkau memperkerjakan mereka dengan cara yang semena-mena. Jika ini memang demikian maka logika mengatakan bahwa kita seimbang: tiada yang berutang dan tiada yang meminjam. Jika tidak demikian maka siapa yang memberikan bagian yang lebih besar?

Alhasil masalahnya adalah dakwah di jalan Allah SWT, yaitu satu urusan yang aku tidak membawa kepadamu dari diriku sendiri. Aku bukan utusan dari bangsa Bani Israil. Aku bukan juga utusan dari diriku sendiri tetapi aku adalah seorang utusan dari Allah SWT. Aku adalah utusan Tuhan Pengatur alam semesta. Sampai pada tahap ini Fir'aun mulai memasuki pembicaraan lebih serius: Fir'aun bertanya:

"Siapakah Tuhan semesta alam itu?" (QS. asy-Syu'ara': 23) Musa Menjawab:

"Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antaranya keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." (QS. asy-Syu'ara': 24)

Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?" (QS. asy-Syu'ara': 25)

Musa berkata dan tidak mempedulikan ejekan Fir'aun itu:

"Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu. " (QS. asy-Syu'ara': 26)

Fir'aun berkata kepada mereka yang datang bersama Musa dari Bani Israil: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila." Musa kembali berkata dan tidak memperhatikan tuduhan Fir'aun dan ejekannya:

"Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal. " (QS. asy-Syu'ara': 28)

Allah SWT menceritakan sebagian dialog yang terjadi antara Fir'aun dan Musa dalam surah as-Syu'ara':

"Fir'aun bertanya: 'Siapakah Tuhan semesta alam itu?' Musa Menjawab: 'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya.' Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: 'Apakah kamu tidak mendengarkan?' Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.' Fir'aun berkata: 'Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar oranggila.' Musa berkata: 'Tukanyang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.'" (QS. asy-Syu'ara': 23-28)

Allah SWT mengingatkan dalam surah Thaha sebagian dari peristiwa pertemuan antara Fir'aun dan Nabi Musa. Allah SWT berfirman:

"Maka datanglah kamu kedua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: 'Sesungguhnya kami berdua adalah utnsan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.' Berkata Fir'aun: 'Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa.' Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk hejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.' Berkata Fir'aun: 'Maka bagaimanakah headaan-keadaan umat-umat yang dahulu? Musa menjawab: 'Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan salah (pula) lupa.'" (QS. Thaha: 47-52)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun