Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perundingan Abu Bakar dengan Kaum Anshar tentang Suksesi Pimpinan Islam Pasca Rasulullah SAW

27 Oktober 2019   03:25 Diperbarui: 27 Oktober 2019   23:42 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak lama setelah Rasulullah wafat, sebagian kelompok dari umat Islam di Madinah mengadakan pertemuan tertutup untuk menentukan siapa pemimpin yang berhak menggantikan Rasulullah.

Perjumpaan tersebut terbatas hanya untuk pimpinan -- pimpinan kalangan Anshar. Mereka melakukan pertemuan temporal hingga akhirnya beraklamasi untuk menunjuk Saad bin Ubadah, seorang nomor satu dari Bani Khazraj.

Sayangnya, ketika pertemuan Saad sendiri sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang prima, kendati demikian para peserta yang berhadir dalam ruangan tetap bersepakat untuk mengangkat Saad sebagai pemimpin.

Kekhalifan dalam Islam menghajatkan satu khilafah dan bukan khilafah yang terpecah-pecah, sedangkan orang Arab waktu itu tak akan mengakui kepemimpinan selain orang Quraisy. Mayat rasul seharusnya segera dikuburkan, namun mendengar perkara yang sangat membahayakan kondisi umat, maka Abu Bakar dan Umar beserta Abu Ubaidah bergegas menuju tempat berkumpulnya orang-orang Anshar tersebut.

Maka, keadaan tersebut tidak bertahan lama, hingga pada akhirnya sahabat Abu Bakar bergabung ke dalam majelis, suasana perkumpulan berubah drastis. Memang saat itu, setibanya tiga orang sahabat di tempat itu, mereka baru saja selesai menyatakan pilihannya terhadap Sa'ad bin Ubadah dan mneyatakan sumpah setianya, dan tampaknya orang-orang Madinah tidak bisa lagi diajak kompromi.

Dengan pembicaraan yang sangat pendek namun mengandung makna mendalam dan pesan yang kuat, Abu Bakar memperingatkan kaum Anshar  untuk mengenali secara jernih realitas sosial dan keterbatasan situasi.

Abu Bakar dengan penuh takjub menghargai pengabdian mereka untuk dakwah Islam, kesetiaan dan kesungguhan mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan, dan dedikasi mereka yang tak terhingga terhadap Rasulullah semasa hidup beliau, namun disaat yang bersamaan Abu Bakar juga menyelipkan pesan tegas agar dapat dipahami bersama, bahwa orang-orang Quraisy tidak akan sekali-kali pernah mentaati orang yang bukan dari kalangan mereka, sebelumnya Rasulullah adalah seorang keturunan Quraisy, pamannya bernama Abu Tholib dulunya termasuk orang yang berpengaruh dan terpandang diantara kaumnya. Salah satu faktor mengapa Quraisy mengistemewakan kaumnya bahwa mereka adalah kaum pelayan pertama Ka'bah sejak zaman dahulu.

Kepercayaan yang diberikan kaum muslimin kepada Abu Bakar tidaklah meleset. Dia berhasil memenangkan hati dan memahamkan rasional segala peserta di dalam ruangan tersebut. Integritasnya diakui dan tak ada seorangpun mencelanya. Kelancaran dan kefasihannya dalam berargumen berhasil mengubah pandangan-pandangan orang Madinah saat itu.

Sebagaimana diplomasi berlangsung, seorang diplomat harus lihai dan mahir dalam merangkai kata-kata. Demi menguasai lawan bicara dan berhasil mengarahkan pesan tepat sasaran, maka kalimat yang disampaikan bukan terlalu dilebih-lebihkan, tetap terkesan menyanjung lawan  dan lebih indah lagi ketika semuanya disampaikan berdasarkan memang atas realita, bukan ocehan-ocehan kosong dan fiktif. Penyampaian kalimat yang tidak berdasar kenyataan justru berpotensi besar membuat lawan tersinggung, jika sudah demikian, maka tujuan untuk mencapai suatu target akan sangat sulit.

Oleh karena itu, Abu Bakar berkata Diakhir ucapannya "Wahai saudara-saudaraku kaum Anshar, tak seorangpun yang mengingkari ketinggian derajat kalian semua dalam bidang agama dan keagungan pengorbanan kalian dalam Islam. Kalianlah yang Allah pilih sebagai pembantu-Nya untuk Rasulullah dan untuk agama. Kepada kalianlah Allah mengutus Rasul-Nya saat dia berhijrah, dan dari kalianlah mayoritas sahabat-sahabat Rasulullah begitupula istri-istrinya. Jadi, posisi kalian berada tepat setelah sahabat-sahabat yang masuk Islam paling awal. Makan akan sangat tepat dan adil jika kami duduk sebagai 'Amir (pemimpin) dan kalian sebagai Wazir (Perdana Menteri). Kalian tidak terhambat dengan apa yang kalian rencanakan dan kami tidak akan melakukan apapun kecuali setelah berkonsultasi dengan kalian."

Usai menyampaikan pidatonya, Abu Bakar bukan berarti percaya diri untuk mencalonlan dirinya sendiri sebagai kandidat kuat pemimpin islam yang menandingi Saad bin Ubadah dari Anshar. Beliau berharap penuh, pemimpin yang akan terpilih tetap harus dimusyawarahkan dan hasil akhir ditentukan melalui pemilihan.

Untuk itu, terdapat dua orang kandidat agar diupayakan untuk berimbang. Abu Bakar meminta Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai perwakilan dari Quraisy yang tergolong paling awal masuk Islam dan bereputasi tinggi agar maju untuk dipilih siapa yang berhak menjadi Pemimpin dan Perdana Menteri.

Dua orang petinggi kaum Anshar , yaitu Zaid bin Tsabit dan Basyir bin Sa'ad menyambut baik ucapan Abu Bakar dan segera menyerukan kepada orang-orangnya agar menyudahi perselisihan.

Menariknya, dua nominasi yang diajukan Abu Bakar malah berbalik mendukung penuh Abu Bakar sebagai pemimpin, mereka sangat yakin Abu Bakarlah orang yang tepat karena dia lebih dekat dan sering bersama Rasulullah ketika berada di gua Tsur, pernah memimpin shalat saat Rasulullah masih hidup, dan orang pertama yang menyambut Rasullah berdakwah dan memeluk islam tanpa ada keraguan padanya.

Lantas, Umar dan Abu Ubaidah segera meminta Abu Bakar untuk memberikan tangannya agar keduanya bisa menyatakan sumpah setia (bai'at) kepadanya. Sebelum mereka, ternyata Basyir bin Sa'ad telah mendahului sumpah setianya kepada Abu Bakar. Setelah itu, segenap suku-suku berbondong-bondong menyatakan sumpah setia mereka kepada orang pemimpin pertama setelah kepergian Rasulullah SAW.

Krisis suksesi telah berhasil dilewati oleh umat muslim. Terbukti kecerdasan seorang pemimpin untuk menenangkan situasi adalah hal mutlak. Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran ialah, seorang diplomat atau perunding harus bisa mengolah kata dan menyelesaikan masalah tidak hanya bertumpu dengan emosional, tapi harus berimbang dengan menggunakan sisi rasional.

Jika diperhatikan, kaum Anshar saat itu dikuasai oleh pengaruh emosional dengan mengatakan bahwa darah mereka sudah banyak tumpah untuk kemajuan Islam, melalui mata pedang mereka tertanamlah keimanan-keimanan. Perasaan bahwa apa yang telah mereka korbankan harus diganti dengan posisi jabatan, bahwa segala penderitaan dan kepayahan mereka ketika berjuang mesti dibalas dengan tampuk kekuasaan.

Abu Bakar tampil memukau disebabkan dia bisa mengkombinasikan sisi rasional dan emosional juga. Abu Bakar berhasil memahami, bahwa secara rasional dan realita orang Quraisy tidak akan mematuhi pemimpin non-Quraisy, jika hal ini terjadi, perpecahan ditubuh umat tidak akan terelakkan lagi.

Kemudian dia berbicara dari hatinya yang paling dalam dengan mengatakan bahwa mengangkat pemimpin dari Quraisy sungguh bukan berarti mengingkari atau mengkhianati perjuangan dan pengorbanan kaum Anshar, namun hal itu dilakukan untuk keselamatan dan kesatuan umat yang diharapkan tetap solid kohesivitasnya setelah kepemimpinan Rasulullah.

Perundingan tersebut menghasilkan keuntungan di kedua pihak. Saking terpercayanya Abu Bakar, malahan dia yang balik dikuatkan posisinya agar memimpin umat. Begitulah, ketika seorang diplomat telah dipandang sangat dipercaya dan mempunyai integritas tinggi, apa yang ia usahakan bisa terakomodasi dan orang menaruh kepercayaan padanya bahkan lebih dari percaya kepada diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun