Mohon tunggu...
Reisa Silvia
Reisa Silvia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 PGSD UPR

Masih belajar, mohon maaf bila ada kekurangan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pengetahuan Dasar Estetika Seni Rupa dan Perkembangannya

20 April 2024   18:13 Diperbarui: 20 April 2024   18:15 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/langit-langit-hias-di-gereja-abad-pertengahan-dengan-lampu-gantung-dan-lukisan-fresco-491652

Estetik merujuk pada kesan seni atau keindahan yang terkait dengan objek atau konsep, baik benda nyata maupun abstrak. Sementara estetika, sebagai bidang studi atau filosofi, memperdalam segala aspek yang berkaitan dengan seni dan pertanyaan yang muncul dari keindahan itu sendiri. 

Meskipun secara umum, estetika dianggap sebagai cabang filsafat yang mempertimbangkan fenomena keindahan dalam alam dan seni, pandangan ini terkadang dianggap terlalu terbatas. Asal kata "estetika" dari bahasa Yunani, "aisthetika," mengacu pada apa pun yang dapat dirasakan melalui indera, sehingga estetika sering diinterpretasikan sebagai aplikasi dari pengalaman indera.

Menurut pandangan umum, estetika dipahami sebagai subdisiplin dalam filsafat yang mengkaji aspek keindahan. Namun, Louis Kattsof mengemukakan bahwa estetika lebih dari sekadar itu. Baginya, estetika merupakan cabang filsafat yang mendalami struktur dan peran keindahan, terutama dalam konteks seni. Estetika dan ilmu tidak dapat dipisahkan karena saat ini ada kecenderungan untuk menganggapnya sebagai ilmu seni, dengan menekankan aspek empiris dari filsafat. Sebagai bidang ilmu, estetika terus berkembang, menghasilkan pengkajian yang semakin mendalam dan beragam.

Ada dua aliran pandangan mengenai keindahan, yakni subjektif dan objektif. Menurut pandangan subjektif, keindahan terletak pada persepsi individu yang mengamatinya. Sementara itu, menurut pandangan objektif, keindahan terdapat dalam karakteristik intrinsik objek yang diamati. Dalam konteks pandangan klasik Yunani tentang hubungan antara seni dan keindahan, pendapat dari dua ahli di bawah ini sangat mendukung keterkaitan tersebut: Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh atribut objektif dari bentuk. Sedangkan Lipps berpendapat bahwa keindahan dipengaruhi oleh kondisi perasaan subjektif atau preferensi individu.

Plato menganggap seni, yang saat ini dianggap sebagai karya indah, sebagai bentuk imitasi. Seni imitatif tersebut harus memperlihatkan keteraturan dan proporsi yang tepat. Sementara itu, Aristoteles melihat estetika sebagai bagian dari "poetics"/puitika yang terutama berfokus pada kontribusi terhadap teori sastra daripada estetika secara umum. Pada prinsipnya, Aristoteles dan Plato memiliki pandangan yang serupa, yaitu bahwa seni adalah sebuah proses produktif yang meniru alam.

Pada Abad Pertengahan, dianggap sebagai masa yang gelap yang menghambat kreativitas seniman karena pengaruh agama Kristen yang berkembang dan kuat dalam masyarakat dianggap sebagai pembatas bagi seniman. Seni pada masa tersebut sering kali diarahkan untuk melayani kepentingan gereja dan aspirasi rohani. Gereja percaya bahwa seni harus mencapai keanggunan visual yang sempurna, yang disebut idealisasi. Manusia dipandang sebagai titik pusat dalam penciptaan, di mana segala karya seni kembali kepada manusia sebagai subjek utamanya, konsep ini dikenal sebagai pandangan anthroposentris.

https://www.pexels.com/id-id/foto/langit-langit-hias-di-gereja-abad-pertengahan-dengan-lampu-gantung-dan-lukisan-fresco-491652
https://www.pexels.com/id-id/foto/langit-langit-hias-di-gereja-abad-pertengahan-dengan-lampu-gantung-dan-lukisan-fresco-491652

Aspek-aspek harmonis alam dalam manusia termasuk pengertian moral yang menilai tindakan manusia, serta pemahaman tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni serta alam. Immanuel Kant, seperti Hume, berargumen bahwa keindahan tidaklah menjadi kualitas objektif dari suatu objek. Suatu objek dianggap indah jika bentuknya menciptakan keseimbangan yang harmonis antara imajinasi dan pemahaman (akal). 

Penilaian terhadap selera memiliki makna subjektif dalam konteks ini. Semua yang indah dianggap sebagai ideal, yang merupakan hasil dari aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran dibagi menjadi dua bagian: teoretis, yang mencakup logika dan estetika, dan praktis, yang mencakup ekonomi dan etika.

Menurut Croce, estetika adalah domain pengetahuan yang bersifat intuitif. Intuisi ini adalah hasil dari imajinasi yang ada dalam pikiran seniman. Teori ini menyamakan seni dengan intuisi, sehingga menempatkan seni sebagai bentuk pengetahuan yang terbentuk dalam pikiran, dan sebagai cara untuk merekreasikan karya seni dalam pikiran penikmatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun