Mohon tunggu...
Christopher Reinhart
Christopher Reinhart Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Christopher Reinhart adalah peneliti sejarah kolonial Asia Tenggara. Sejak 2022, ia merupakan konsultan riset di Nanyang Techological University (NTU), Singapura. Sebelumnya, ia pernah menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek, Belanda (2021); asisten peneliti di Universitas Cardiff, Inggris (2019-20); dan asisten peneliti Prof. Peter Carey dari Universitas Oxford (2020-22).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Legitimasi Kekuasaan Raja-raja di Asia Tenggara

24 Agustus 2020   21:40 Diperbarui: 14 April 2022   06:21 3108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Penyambutan Raja dan Permaisuri Siam di Pendopo Keraton Surakarta" (Koleksi KITLV, 1927)

Dengan demikian, terlepas dari berbagai dugaan dan kemungkinan lainnya, sejarawan dapat memandang bahwa yang diungkapkan Sri Sultan di atas bukanlah sebuah pernyataan yang sama sekali tidak berdasar, melainkan sebuah fakta psikologis yang harus dimaknai sesuai konteksnya---dan memang tidak dapat dipaksakan untuk diterima oleh seorang sejarawan sebagai fakta keras dalam sejarah.

Tidak ada yang salah ketika Sri Sultan menyatakannya dengan kapasitasnya sebagai seorang raja mengingat itulah cara seorang raja di Asia Tenggara menyatakan legitimasi kekuasaan. Namun, Sri Sultan tentu harus tetap dipandang sebagai seorang raja dan bukan seorang pakar sejarah.

Dengan demikian, pernyataan Sri Sultan tidak dapat serta merta dipandang sebagai sejarah, tetapi lebih sebagai pernyataan kultural. Inilah pentingnya seorang sejarawan mempelajari pola pikir dan semangat zaman dari objek bahasannya -untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena-fenomena yang tidak diperkuat sumber dokumenter tetapi dipercaya oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, pengertian sejarawan terhadap mentifact sebenarnya dapat menjembatani sifat empirik studi sejarah dengan alam pikiran masyarakat dengan tetap membawa misi untuk mengisahkan kisah sejarah yang kritis dan logis.

Daftar Sumber dan Bacaan Lanjutan

  • Azwar, Pocut Haslinda Muda. 2011. Sulalatus-salatin: Sejarah Melayu. Jakarta: Pustaka Tun Sri Lanang.
  • Carr, E. H. 1976. What is History. London: Penguin.
  • Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.
  • Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  • McDowell, W.H. 2002. Historical Research. London: Longman.
  • Moertono, Soemarsaid. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau. Jakarta: Obor.
  • Moore, Jerry D. 2009. Marshall Sahlins: Culture Matters in Visions of Culture: An Introduction to Anthropological Theories and Theorists. California: Altamira.
  • Reid, A., 2014. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Pustaka Obor.
  • Rowse, A. L. 1946. The Use of History. London: Hodder and Stoughton.
  • Suwannathat-Pian, K., 2003. Asia Tenggara: Hubungan Tradisional Serantau. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Penulis

Christopher Reinhart adalah peneliti bidang sejarah kuno dan sejarah kolonial wilayah Asia Tenggara dan Indonesia. Sejak tahun 2019, menjadi asisten peneliti Prof. Gregor Benton pada School of History, Archaeology, and Religion, Cardiff University. Sejak tahun 2020, menjadi asisten peneliti Prof. Peter Carey.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun