Pandangan Buddhis yang demikian ini sejatinya tidak terlepas dari konsepsi Sakyamuni yang menyatakan bahwa kehidupan adalah suatu hal yang hanya sementara. Di tengah kesementaraan itu kualitas seseorang harus menunjukkan peningkatan dan keagungan. Perwujudan ini menjadi sementara karena energi semesta yang membangun kehidupan sama-sama hadir pada dua golongan perwujudan tadi.
Bentuk perasa atau ujo menampakkan hidup secara dinamis dan bentuk tanpa rasa atau hijo menampakkan hidup secara statis. Hal ini secara jelas memberikan pengetahuan bagi kita bahwa sekalipun terdapat dua bentuk, sejatinya keduanya adalah sama-sama berkehidupan. Filsafat Buddhis dengan demikian menghargai kedua macam wujud itu.
Catatan
Pandangan yang saya tuangkan dalam esai ini bertumpu pada pandangan Buddhisme Nichiren Shoshu yang mulanya dibabarkan oleh Nichiren Daishonin.
Daftar Sumber
Anesaki, Masaharu. 1949. Nichiren: The Buddhist Prophet. Cambridge: Harvard University Press.
Daishonin, Nichiren. 1999. The Writings of Nichiren Daishonin. Tokyo: Soka Gakkai International.
Ikeda, Daisaku. 1974. Buddhism: The Living Philosophy. Tokyo: Minato-ku.
Ikeda, Daisaku. 1982. Life: An Enigma, a Precious Jewel. Tokyo: Kodansha International.
Ikeda, Daisaku. 1989. Buddhisme: Falsafah Hidup (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: PT. Indira.
Shinohara, Koichi. 1981. Religion and Political Order in Nichiren's Buddhism. Tokyo: Nanzan University.