Mohon tunggu...
Reihan Rahadian
Reihan Rahadian Mohon Tunggu... -

menggali, melawan, tersenyum.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Parade Kekerasan Aparat 2012

21 Desember 2012   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang tahun 2012, beragam berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh aparat, baik polisi maupun tni, menjejali media-media: tv, koran, portal-portal berita online dan lainnya. Karena telah sebegitu terbiasanya kita dengan tindakan brutal yang sarat kekerasan oleh aparat, kita seolah sudah menganggap wajar jika ada polisi atau tni yang memukuli mahasiswa berdemo, pemuda-pemuda yang ditangkap karena balapan liar, pencuri, dan 'pengganggu keamanan' yang lain. Di Cianjur, salah satu contohnya. Barisan mahasiswa yang melakukan aksi damai dibubarkan secara membabi buta oleh polisi. Anak-anak muda itu dihajar, dikejar, dan dikalahkan oleh sepasukan penegak hukum. Polisi menyatakan, bahwa tindakan mereka diperlukan karena mahasiswa merusak fasilitas umum. Dan sampai hari ini, saya belum menemukan berita bahwa polisi pelaku tindak kekerasan di Cianjur sudah diadili. Polisi yang membubarkan aksi damai Mahasiswa Cianjur dengan jalan kekerasan. Sumber gambar dari sini. Di Pekanbaru, serombongan anak muda yang dilabeli 'geng motor' dihajar juga dengan semena-mena oleh aparat. Sebelumnya, black campaign tentang geng motor memang berhasil mengidentikkan istilah ini dengan balapan liar, pelaku kekerasan, dan pelanggar keamanan. Lalu, di layar tv, terang-terangan aksi kekerasan oleh aparat ditayangkan. Publik pun seolah mengamini saja. Tidak ada yang protes dan mengkritik tindak kekerasan yang dilakukan polisi, karena yang jadi korban adalah 'geng motor'. seolah memang mereka layak untuk dianiaya oleh aparat keamanan. Polisi yang melakukan aksi tabrak lari terhadap seorang pendemo di Jakarta juga tidak dijatuhi hukuman, setidaknya tidak ada berita tentang tindak lanjut soal peristiwa ini. Si mahasiswa ditabrak dengan mobil operasional polisi hingga terpelanting beberapa meter. Alih-alih mengambil tindakan untuk mengusut dan mengadili, kepolisian malah mengeluarkan pernyataan macam-macam untuk dijadikan pembenaran atas tindakan kekerasan itu. Penyebar video tabrakan itu malah jadi orang yang diincar polisi. Masih segar dalam ingatan saya, peristiwa bentrokan antara polisi dan mahasiswa UNPAM yang menolak kehadiran Nanan Sukarna di kampus mereka. Karena Nanan Sukarna dianggap sebagai simbol tokoh aparat kepolisian yang korup. Polisi pelaku tindakan kekerasan di dalam peristiwa ini juga melenggang tanpa mendapatkan ganjaran. Pembiaran terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan. Personel-personel penegak hukum dan pemelihara ketertiban di Indonesia tidak akan menjadi lebih cerdas jika terus-terusan dianggap wajar melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap publik yang seharusnya mereka ayomi, lindungi, dan layani. Pada akhirnya, jika pembiaran seperti ini terus dilakukan dan tidak ada tindakan tegas yang melindungi publik dari kekejaman aparat, lama-kelamaan aparat keamanan semuanya akan memiliki mental tidak jauh berbeda dengan koboi palmerah. Mudah terpicu untuk melakukan tindak kekerasan, sedikit-sedikit mengacungkan senjata dan suka menganiaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun