Mohon tunggu...
Reinhard Efraim Situmeang
Reinhard Efraim Situmeang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Telkom

Seorang mahasiswa yang suka berbagi tentang pemikirannya di sebuah blog yang berkaitan dengan teknologi dan fenomena sosial di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah bias gender pada program mentorship pada industri game

3 Januari 2025   00:28 Diperbarui: 3 Januari 2025   00:57 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gender bias dalam industri game

Dikutip dari artikel “PENGARUH DIVERSITAS DAN INKLUSI TERHADAP KREATIVITAS DAN KINERJA” yang ditulis oleh Hilma Farhani, “Praktik Manajemen SDM untuk Mengelola Diversitas dan Inklusi mengatakan: praktik manajemen SDM yang efektif dalam mengelola keberagaman dan kesetaraan di tempat kerja. Ini termasuk kebijakan rekrutmen yang inklusif, pelatihan kepekaan budaya untuk anggota tim, program mentorship lintas-budaya, serta promosi budaya kerja yang menghargai perbedaan (Satriawan, 2024). ”

Pengaruh Diversitas terhadap Kreativitas Tim: Banyak penelitian menunjukkan bahwa diversitas dalam tim dapat secara positif mempengaruhi kreativitas tim. Dengan adanya perbedaan dalam latar belakang, pengalaman, perspektif, maupun jenis kelamin, tim cenderung menghasilkan ide-ide yang lebih inovatif dan solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah (Mustari et al., 2024).

Artikel yang dikutip secara tidak langsung menyatakan bahwa dalam proses kelayakan penerimaan kerja maupun penerimaan mentorship, tidaklah diperlukan untuk menspesifikasikan gender. Hal ini karena keberagaman gender, pengalaman, dan latar belakang memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan kreativitas tim kerja. Dalam konteks perusahaan, pendekatan yang inklusif ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih dinamis dan inovatif, yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan secara keseluruhan di pasar.

Masalah isu gender sebelumnya mungkin saja menjadi salah satu penyebab penurunan saham U*****t yang signifikan, mencapai hampir 80% dalam lima tahun terakhir, mencerminkan masalah yang lebih dalam terkait kreativitas dan produktivitas perusahaan. Salah satu isu yang muncul adalah penerapan program mentorship yang berfokus pada gender tertentu, seperti wanita dan non-biner, yang dapat berdampak negatif pada dinamika tim dan inovasi, dimana pada tim bidang kreatif dan industri hiburan dibutuhkannya banyak perspektif dan pengalaman dari banyak orang yang beragam tanpa memandang apapun (inclusive).

Analisa

Dari hasil pengumpulan data dari studi literatur yang sudah kami lakukan, kami dapat menganalisa bahwa masalah  bias gender tidak menonjol di Indonesia tetapi, masalah tersebut menonjol sebagai masalah global, terutama di negara barat. Kita ambil contohnya pada perekrutan mentorship program yang disediakan oleh U*****t, Didalamnya terdapat masalah bias gender yang jelas, yaitu mengkhususkan program tersebut hanya untuk non-binary dan wanita saja. Seharusnya program mentoring tidak hanya dikhususkan untuk gender yang spesifik saja melainkan harus mencakup semua gender, contohnya program mentorship “PhD Class Persiapan Kuliah S3 di luar nergi” yang diselenggarakan oleh Studentnesia.org Di Indonesia yang tidak menspesifikan gender untuk mengikuti program mentorship.

Kesimpulan

Bias Gender terjadi dalam rekrutmen di industri IT terjadi karena beberapa faktor. diantaranya, Sektor teknologi sering kali didominasi oleh laki-laki, yang menciptakan persepsi bahwa pekerjaan di bidang ini lebih cocok untuk pria. Hal ini menyebabkan perempuan merasa kurang percaya diri dan menghadapi lebih banyak tantangan untuk diterima.Banyak perekrut memiliki stereotip bahwa perempuan kurang cakap dalam bidang teknis, yang mempengaruhi keputusan mereka selama proses seleksi. Penelitian menunjukkan bahwa nama yang terdengar "maskulin" lebih disukai dibandingkan nama "feminin," meskipun kualifikasi pelamar sama.Ketidakadaan peran perempuan dalam posisi kepemimpinan membuat calon pelamar perempuan merasa tidak memiliki panutan, yang dapat mengurangi motivasi mereka untuk melamar.Proses Rekrutmen yang Tidak Sensitif Gender: Banyak perusahaan belum menerapkan praktik rekrutmen yang bebas dari bias, seperti penggunaan deskripsi pekerjaan yang tidak mencerminkan tugas sebenarnya atau proses seleksi yang tidak terstruktur, yang dapat merugikan pelamar perempuan.

Program mentoring dapat dirancang untuk mendukung kesetaraan gender dengan memperhatikan beberapa aspek seperti, mentor yang tidak bias gender, melatih kesadaran bias, fokus pada pelatihan keterampilan  dan pengembangan karir dan bukan gender, mengevaluasi apakah program mentoring tersebut menyinggung masalah bias gender atau tidak, dan tidak usah menspesifikan gender untuk.

Bias gender adalah permasalahan global yang mungkin belum semua negara bisa mengatasi atau memiliki solusi untuk permasalahan tersebut terutama dalam bidang mentorship.  Di indonesia permasalahan bias gender tidak menonjol seperti negara-negara di barat. Khususnya pada program mentorship atau dalam pelatihan di bidang kerja, posisi dan persyaratan untuk mengikuti program tersebut secara mayoritas tidak dibatasi dengan gender yang spesifik sehingga di indonesia gender bias bukan menjadi masalah yang sangat serius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun