Dalam dunia kerja, baik pria maupun wanita memiliki hak untuk bekerja sesuai bidangnya guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun, di beberapa sektor, terutama industri teknologi, ketidaksetaraan gender masih sering terjadi. Salah satu contoh yang mencolok adalah perbedaan gaji antara pria dan wanita, dimana pria cenderung mendapatkan gaji lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini menunjukkan adanya bias gender di lingkungan kerja.
Selama beberapa dekade terakhir, program mentoring telah menjadi salah satu cara efektif dalam mendukung pengembangan karir dan peningkatan keterampilan di berbagai bidang. Program ini dirancang untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, dan relasi kepada individu yang ingin memajukan jalur karir mereka. Namun, dalam perkembangannya, program mentorship khusus dikembangkan untuk mengatasi kesenjangan yang dihadapi oleh kelompok tertentu, termasuk program yang berfokus pada satu gender, baik laki-laki maupun perempuan.
Contoh kasus yang menyoroti isu ini adalah U*****t, sebuah perusahaan penerbit game, yang memiliki syarat dalam program mentorshipnya yang menyatakan bahwa pendaftar harus perempuan atau non-binary. Hal ini menimbulkan kritik karena dianggap melakukan diskriminasi terhadap laki-laki, sehingga melanggar prinsip kesetaraan gender yang seharusnya dipegang.
Selain diskriminasi terhadap perempuan, diskriminasi terhadap laki-laki juga terjadi. Kasus di yang sebelumnya disinggung, kasus U*****t menjadi contoh nyata di mana program mentorship yang diselenggarakan hanya menerima pendaftar perempuan atau non-binary, sehingga mengesampingkan pria. Hal ini menciptakan permasalahan dalam prinsip kesetaraan gender yang diupayakan di lingkungan kerja.
Masalah yang muncul karena peristiwa gender bias pada mentorship program
Berdasarkan peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu muncul dua rumusan masalah yang bisa diangkat, berikut adalah rumusan masalah :
- Mengapa bias gender terjadi dalam rekrutmen pada industri IT?
- Bagaimana program mentoring dapat dirancang untuk mendukung kesetaraan gender tanpa menciptakan bias atau diskriminasi baru di tempat kerja?
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang cocok untuk menjawab pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana" melalui bedah pustaka dan observasi langsung. Penelitian ini berfokus pada eksplorasi konteks sosial, pengalaman individu, serta pemahaman subjektif mengenai gender, kesenjangan karir, diskriminasi, dan inklusivitas.
Untuk mendapatkan data yang relevan, penelitian ini akan melakukan Observasi terhadap literatur yang sudah ada terkait rekruitasi mentorship, untuk menentukan kelayakan penerimaan program mentorship, apakah harus berdasarkan gender tertentu . Proses analisis data akan dilakukan dengan cara meneliti hasil observasi dengan data dari sumber-sumber terpercaya.
Sebagai tambahan, penelitian ini juga akan mengkaji dan mempelajari berbagai studi literatur yang relevan dengan topik yang dikaji yaitu mengenai isu isu gender bias untuk membantu argumen sekaligus menjelaskan permasalahan yang dihadapi.
Hasil Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dari berbagai literatur dan artikel yang tersedia dari internet maupun buku.
Dikutip dari artikel yang berjudul ‘Rendah, Keterwakilan Perempuan dalam Profesi Teknik Digital’, yang ditulis oleh Metrini Geopani, “Cara pandang masyarakat yang menganggap bahwa bidang teknik bukanlah pilihan karir yang cocok untuk perempuan. Jadi, ketika kita bicara representasi perempuan di pendidikan STEM ini sangat rendah, itu akan berlanjut ke pekerjaan-pekerjaan di bidang STEM,” 28/01/2021
kutipan diatas berarti mengatakan bahwa bias gender di industri IT tatau STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) salah satunya merupakan karena stereotype masyarakat terhadap gender tertentu yang bekerja di bidang STEM tadi. hal ini juga berarti gender bias di bidang IT bisa terjadi karena biasnya pandangan perusahaan terhadap salah satu gender karena stereotype yang berasal dari masyarakat yang menyatakan perempuan tidak cocok berkarir di bidang STEM, selain itu peluang dan pendidikan perempuan untuk berkontribusi di bidang STEM ini rendah juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa gender bias terjadi di bidang IT tadi.