*Pukul 09:00
Keluarga dari mas Satya akhirnya pun datang, dan sudah berkumpul di ruang keluarga. Tetapi Safwa masih belum mau untuk keluar kamar dan masih takut untuk keluar bertemu dengan keluarga mas Satya. Akhirnya pun setelah di panggil oleh ibu Safwa pun memutuskan untuk keluar kamar. Mereka mulai perbincangan mengenai perjodohan yang akan berlangsung dengan cepat.
"Maaf sebelumnya, boleh saya ajak Safwa untuk berbicara sebentar? Tanya Satya kepada kedua orang tua Safwa
" Silahkan nak Satya, buatlah pendekatan kalian terlebih dahulu agar tidak canggung" Jawab bunda Safwa
*Di halaman depan rumah Safwa
"Mas yakin sama perjodohan ini emangnya? " Tanya Safwa yang masih ragu dengan perjodohan
"Kalau semisalnya emang kamu gak mau kita bilang sekarang ke kedua orang tua kita dan masalah selesai jangan sampai perjodohan ini berlanjut sampai ke pernikahan" Pernyataan Satya dengan nada ketus
"Loh bukannya waktu ketemu di taman tadi mas bilang mau menolak dan memilih kabur dari perjodohan, kenapa sekarang jadi terima semuanya dan seakan-akan aku yang salah disini?" Ujar Safwa yang tidak mau kalah juga dengan nada yang sedikit tinggi
"Saya tidak menyalahkan kamu, hanya tidak mau mengecewakan ibu saya itu saja" Saut Satya dengan nada yang mulai rendah
"Aku juga mau bahagiain ayah dengan bisa hidup mandiri, mas jangan egois gitu dong" Jawab Safwa yang masih kesal
"Hah... Yaudah begini saja, bagaimana kalau semisalnya kita Terima perjodohan ini tapi dengan syarat kita gausah ikut campur urusan masalah pribadi" Satya menghela nafas panjang
"Yaudah deh demi bisa kerja di Jakarta" Dengan rasa kecewa dan kalah akhirnya Safwa mengalah
*3 bulan berlaluÂ
Safwa dan Satya menjalankan aktivitas nya masing-masing, layaknya seorang wanita dan pria karir yang sibuk akan kerjaan mereka. Kebetulan mereka ini satu kantor, hanya beda divisinya saja, tetapi di perusahaan ini tidak boleh ada yang namanya pasangan suami-istri, jika sampai ada dari mereka ketahuan akan dikeluarkan karena melanggar peraturan. Sampai mereka pun jarang sekali berkomunikasi satu sama lain walaupun satu kamar pun mereka tidak pernah ngobrol atau membahas sesuatu.
Dengan seiring berjalannya waktu akhirnya Satya dan Safwa pun ada perkembangan di dalam hubungan mereka, sudah mulai bercerita dan ngobrol walaupun awalnya banyak sekali konflik yang terjadi, bahkan kesibukan yang awalnya hanya di aktivitas soal pekerjaan saja sekarang bisa saling komunikasi bagaimana keseharian mereka di kantor. Satya pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Safwa ke taman di hari weekend untuk melihat senja.
*Di Taman
"Kamu tau mengapa banyak orang menyukai senja?". Tanya Satya
"Karena senja itu menyenangkan dan dia berani melukis langit dengan warna jingga, tetapi senja bisa pergi seenaknya lalu kembali semaunya" Jawab Safwa
"Walaupun senja gak pernah singgah sampai fajar, kehadirannya tetap ditungu-tunggu kan?". Tanya Satya kembali