Mohon tunggu...
Reinardus Arielle Hadi Gunawan
Reinardus Arielle Hadi Gunawan Mohon Tunggu... Animator - Siswa

Hanyalah NPC

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gelar Tinggi Belum Tentu Mempengaruhi Perilaku

26 September 2024   10:01 Diperbarui: 26 September 2024   10:01 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

https://www.hukumonline.com/berita/a/hasbi-hasan--hakim-bergelar-profesor-tersandung-kasus-hukum-lt64b2122d2557a/

Kesadaran bahwa semua gelar-gelar yang baik dan sulit untuk didapatkan belum tentu dapat mengubah kebudayaan atau perilaku seseorang. Semua gelar tersebut diperlukan kerja keras dari seseorang sehingga namanya menjadi besar dan dapat dipercaya oleh semua orang yang memerlukan jasanya, namun manipulasi gelar karier masih bisa terjadi terhadap seseorang.

Hasbi Hasan, seorang hakim yang juga bergelar profesor, baru-baru ini ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus hukum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hasbi, yang sebelumnya memiliki karier cemerlang di bidang akademik dan kehakiman, menjabat sebagai Sekretaris Mahkamah Agung (MA).

Penetapan Hasbi sebagai tersangka dan penahanannya oleh KPK menodai reputasinya. Ketua MA, Muhammad Syarifuddin, menyatakan bahwa proses hukum akan berjalan sesuai aturan yang berlaku, menekankan bahwa kasus ini berada sepenuhnya di tangan penegak hukum.

Menurut saya, perlu adanya kesadaran bahwa semua gelar-gelar yang didapatkan oleh Hasbi Hasan tidak mudah untuk didapatkan. Semua gelar tersebut diperlukan kerja keras dari beliau. Sehingga namanya manjadi besar dan dapat dipercaya oleh semua orang yang memerlukan jasanya.

Namun sayangnya nama beliau harus tercoreng dengan kasus suap sebesar 11,2 miliyar. Seharusnya beliau menolak karena dapat mempertahankan nama baiknya itu. Namun mau bagaimana lagi, jika Hasbi Hasan lebih memilih untuk menyia-nyiakan semua kerja kerasnya itu. Beliau sudah tidak dapat dipercaya lagi hanya karena kasusnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun