Mohon tunggu...
reina aqila
reina aqila Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

imigran gelap yang haus akan diksi, menyusup dalam larik bait, dan menjadikannya sajak klasik. masuklah dan mari menyelami mahkota sastra. aku, kamu, dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Simpang Dua

3 Januari 2023   15:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   15:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menuju barat kereta melesat laju

Menjamah gelap yang kian menyuluh subuh

Bising akan hiruk pikuk insan mengeja cakap

Dikemas tunggang langgang portir menjerit riuh

Gulir rodanya berderit seolah kering tertawa

Melihat wajah getir mencumbu gundah gelisah

Memantul pudar dalam siluet kaca jendela

Menghiasi perjalanan runyam tak terarah

Tertambat pada sebuah persimpangan

Tidak ada tuntutan atas dua pilihan

Bergeming menyulam mimpi

Atau beranjak meramu harsa

Guratan malam nampak usang

Bagaikan hati penuh gersang

Mendorong kalbu saling berbincang

Perihal hidup yang begitu malang

Manakala sendu mulai menjarah

Disanalah gulir roda hilang tak terarah

Melambai pada bongkahan angan dan cita

Yang terlampau aksa dari kata nyata

Hidup ini tak pernah salah

Hanya takdir yang membuatnya basah

Perkara kisah yang nampak singkat

Dikemas kenangan yang mengikat

Angin bergelung mendekap rindu

Menorah harsa menuai harmoni merdu

Kutitip asa pada semesta

Semoga hidup berjalan aman sentosa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun