Meraba bentala dalam bunga tidur huru-hara
Melihat terciptanya awal cempera
Ruang ini keji dan tak bena
Kelimun singgasana dibuat gelap mata
Alhasil berjuta kali rakyat meneriakan angkara murka
Tetapi mereka tetap berpangku tangan tanpa logika
Sudah lama memasang mata dan terbuka
Sayang makhluk apatis senantiasa hirap akan peka
Melirik jengah, menunggu mati
Ingin berharap, apa daya sudah didamik kenistaan
Lantaran obsesi busuk menganak pinak
Mengungkung dalam arus kekuasaan bak ternak
Hakikatnya tanah ini berhias arogansi tanpa batas
Acuh akan jerit lolong jelata penuh nahas
Tak luput nasib sang penerus turut diretas
Membuahkan masa depan bentala lantas kandas
Muda mudi terdorong nafsu hingga hilang akal sehat
Haus sensasi buta akan curahan beribu nikmat
Waras seakan diperjual belikan menggadai akhirat
Dentum disko bak nirwana penuh berkat
Linting ganja dipuja bagai dewa
Jelaganya bergelung menggeluncak jiwa
Candu akan luka berkedok tawa
Bak imigran gelap menyelusup menuntut nyawa
Di sudut metrapolitan manusia seharga udang
Terkemas ruang setara jahanam penuh remang
Tak pandang bulu semua diganyang
Ereksi nihil kemanusiaan, diidamkan begitu riang
Bukalah nayanikamu wahai pemuda, singkap cakrawala nan kelam
Curahkan adorasi, benahi tata kehidupan yang mulai tenggelam
Merakit bangsa mendongkrak negeri
Guna terwujud nasionalisme yang terpatri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H