Mohon tunggu...
reina aqila
reina aqila Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

imigran gelap yang haus akan diksi, menyusup dalam larik bait, dan menjadikannya sajak klasik. masuklah dan mari menyelami mahkota sastra. aku, kamu, dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelimun Singgasana

2 Januari 2023   18:33 Diperbarui: 2 Januari 2023   19:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Meraba bentala dalam bunga tidur huru-hara

Melihat terciptanya awal cempera

Ruang ini keji dan tak bena

Kelimun singgasana dibuat gelap mata

Alhasil berjuta kali rakyat meneriakan angkara murka

Tetapi mereka tetap berpangku tangan tanpa logika

Sudah lama memasang mata dan terbuka

Sayang makhluk apatis senantiasa hirap akan peka

Melirik jengah, menunggu mati

Ingin berharap, apa daya sudah didamik kenistaan

Lantaran obsesi busuk menganak pinak

Mengungkung dalam arus kekuasaan bak ternak

Hakikatnya tanah ini berhias arogansi tanpa batas

Acuh akan jerit lolong jelata penuh nahas

Tak luput nasib sang penerus turut diretas

Membuahkan masa depan bentala lantas kandas

Muda mudi terdorong nafsu hingga hilang akal sehat

Haus sensasi buta akan curahan beribu nikmat

Waras seakan diperjual belikan menggadai akhirat

Dentum disko bak nirwana penuh berkat

Linting ganja dipuja bagai dewa

Jelaganya bergelung menggeluncak jiwa

Candu akan luka berkedok tawa

Bak imigran gelap menyelusup menuntut nyawa

Di sudut metrapolitan manusia seharga udang

Terkemas ruang setara jahanam penuh remang

Tak pandang bulu semua diganyang

Ereksi nihil kemanusiaan, diidamkan begitu riang

Bukalah nayanikamu wahai pemuda, singkap cakrawala nan kelam

Curahkan adorasi, benahi tata kehidupan yang mulai tenggelam

Merakit bangsa mendongkrak negeri

Guna terwujud nasionalisme yang terpatri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun