Â
Tak mengherankan memang, ketika sang pria, Lawrence Anthony meninggal dunia (tepatnya 02 Maret 2012) akibat serangan jantung. Dua hari setelah kematiannya kelompok gajah liarnya muncul di depan rumah. Kawanan gajah ini telah berjalan perlahan-lahan selama beberapa hari, menempuh jarak sekitar sembilan belas kilometer dari habitatnya, berjalan dalam satu barisan teratur dengan tujuan menuju rumah Sang aktivitis & penyelamat lingkungan itu. Mereka bertahan selama dua hari dua malam di sana, sebuah ungkapan turut berdukacita yang menyentuh hati dan emosi istri si penulis buku ‘Elephant Whisperer’ itu. Gajah-gajah Afrika ini sepengetahuan istri Lawrence belum pernah dibawa sang suami ke rumah mereka. Inilah ungkapan selamat jalan dari para sahabatnya untuk sang Legenda yang telah berbagi kebaikan dan menyelamatkan kehidupan satwa dari ancaman kepunahan.
Â
Â
Seandainya Lawrence Anthony masih hidup, kita mungkin dapat membaca goresan tulisan beliau di buku selanjutnya yang berkisah tentang kehidupan gajah-gajah liarnya dan tentunya mungkin cerita sedih dibalik perasaan duka, akibat kematian dan rasa terharu yang mendalam karena berpisah dengan para sahabatnya. Sayang seribu sayang, ternyata pria tersebut harus berpulang dan meninggalkan mereka semua.
Â
Gajah dan manusia dapat bersahabat, tentunya jalinan persahabatan seperti ini menimbulkan adanya kesamaan dan kemiripan di antara keduanya. Pernah berkunjung ke kebun binatang dan melihat aksi lucu gajah-gajah yang sedang bermain bola atau mewarnai lukisan di atas kanvas ? Kita pasti berdecak kagum. Selain itu, seorang pakar dari WWF-Indonesia pernah berujar demikan, “Gajah memiliki karakter yang mirip manusia, mereka tidak mudah menyerah terhadap keadaan“. Hidup bersama di bumi dengan ancaman kelangsungan hidup yang nyata di masa akan datang. Akibat eksploitasi alam yang terlalu berlebihan, lahan hutan-pun kian bertambah sempit, perubahan iklim akibat pemanasan global, dan sebagainya, mungkinkah dapat dikembangkan sebuah kearifan dan kerjasama antara manusia – satwa ? Atau malah sebaliknya ketika alam sudah semakin rusak, saat kelaparan sudah merajalela karena ketiadaan pangan, bukan hanya daging satwa saja yang menjadi sasaran untuk bertahan hidup, manusia-pun akhirnya saling memperebutkan daging sesamanya hanya untuk sekedar menghilangkan rasa lapar ? Semoga hal yang mengerikan seperti ini dapat terhindarkan dan tidak pernah terjadi di alam Bumi yang kita cintai dan rumah masa depan untuk anak cucu kita kelak.
Â
Selamat Hari Gajah Sedunia 2015 dan Salam Kompasiana.
Â