Bootcamp adalah salah satu program Newmont Nusa Tenggara (NNT), perusahaan tambang tembaga dan emas, yang tujuannya mengajak jalan-jalan para peserta yang lolos seleksi untuk melihat secara langsung jeroan tambangnya, menengok program-program SR (Social Responsibility) yang telah dan sedang dilakukannya, mempelajari pengelolaan lingkungannya, dan yang paling asoy, menjelajahi lokasi-lokasi wisata yang ada di Sumbawa, GRATIS! Gue ikut bootcamp batch 3. Setiap tahun ada 2 batch, dan kali ini, sebagian peserta dipilih dari geng ACI-Detikcom (Gue, Odre, Titiw, Bram, Farchan, Harris, Yudi). Memang sudah nasib, yang namanya trip-trip gratisan, pasti selalu ada perwakilan anak ACI disana. Cerita tentang perjalanan kami secara runut bisa juga dibaca di blog Farchan, Mas Harris, Titiw, dan Muthia. Lengkap, datanya banyak, dan sangat berisi. Nah, gue mau cerita yang ringan-ringan aja. ***** Sebenarnya gue sadar, diluar sana banyak orang yang bakal nyinyir, nyindir, dan nyisir mendengar tentang trip ini. Jalan-jalan ke tambang. Tambangnya Newmont pulak. Sepuluh tahun yang lalu, perusahaan tambang ini pernah menggemparkan Indonesia dan dunia dengan kasus Buyat-nya. Sejak saat itu, setiap kali mendengar kata Newmont, orang pasti akan teringat dengan Buyat, limbah tailing yang dibuang ke laut, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Meskipun Newmont diputus tidak bersalah oleh pengadilan negeri Manado pada tahun 2007, tetap saja stigma itu sudah terlanjur melekat. Yang namanya tambang pasti merusak lingkungan. Pasti. Dampak negatif terhadap lingkungan akan selalu mengiringi setiap kegiatan pertambangan di muka Bumi ini. Tapi teknologi mampu meminimalisir dampak lingkungan yang akan terjadi, dan itu yang pengen gue liat dari trip ini. Melihat langsung agar bisa berkomentar dengan bertanggung jawab, bukan hanya mengkritik dengan modal data Wikipedia, hasil Googling, atau cerita orang. Dengan dasar itu gue berangkat ke Sumbawa, membuka diri untuk menerima segala bentuk informasi yang akan gue dapat selama 8 hari mengikuti Bootcamp. Kesimpulan gue? Newmont sangat bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan yang masuk batas wilayah ekologisnya. Air asam tambang yang berbahaya itu ditampung, diolah, lalu digunakan untuk proses pengolahan mineral (tembaga dan emas) di pabrik (concentrator). Kebutuhan air lainnya dipasok oleh air laut, dan semuanya digunakan berulang-ulang sehingga tidak ada yang dibuang ke lingkungan. Tailing, limbah padat sisa pengolahan, ditempatkan di kedalaman 125 meter dengan jarak 6 km dari bibir pantai lalu langsung mengalir ke palung sedalam lebih dari 3.000 meter. Massa jenis tailing ini lebih besar daripada air, sehingga dia akan mengendap dan menjadi sedimen di dasar laut. Pemantauan kualitas air laut dilakukan secara periodik, dan hasilnya menunjukkan semua parameter berada di bawah baku mutu kualitas air laut. Metode penempatan tailing di bawah laut ini punya ijin dari pemerintah, jadi kalo ada yang heran kenapa bisa limbah tambang dibuang ke laut, tanya aja sama yang ngasih ijin. Selain itu? Areal bekas tambang ditanami kembali dengan vegetasi asli, dikombinasikan dengan pohon kayu dan buah lainnya. Proses reklamasi lahan langsung dilakukan setelah sebuah areal telah selesai ditambang atau tidak terpakai lagi. Sampah organik seperti sisa-sisa makanan diolah menjadi kompos yang digunakan untuk pembibitan pohon. Sampah anorganik seperti plastik dan kertas didaur ulang. Limbah B3 ditampung di TPS B3 dan diserahkan kepada pihak ketiga. Mereka bahkan punya incenerator sendiri! Intinya, pengelolaan lingkungan di NNT dilakukan dengan sangat baik dan profesional. Ketika gue nanya tentang kadar arsenik alami yang kemungkinan masih terdapat pada tailing, gue dikasih jawaban dalam bentuk data pemantauan periodik yang menunjukkan bahwa kadar arsenik di titik penempatan tailing berada jauh dibawah baku mutu. Selain pengelolaan lingkungan yang profesional, gue juga kagum dengan program Social Responsibility yang dilakukan NNT. Sekolah, puskesmas, jalan, gedung serba guna, gedung olahraga, fasilitas air bersih, dan berbagai fasilitas lainnya untuk kebutuhan masyarakat dibangun. Beasiswa ditebar untuk anak-anak berprestasi. Industri kecil disupport, pelatihan untuk menjadi wiraswasta dilakukan, dll. Ah banyak lah pokoknya. Hidup kita saat ini dikelilingi dengan berbagai benda yang berasal dari bongkahan batu di berbagai lokasi pertambangan dunia. Handphone, TV, flash disk, perhiasan, lampu, kabel, printer, komputer, laptop, pisau, sendok garpu, tusuk gigi, eh itu kayu. Kemana-mana kita naik kendaraan yang materialnya berasal dari hasil tambang. Realistis aja deh. Tambang gak mungkin ditutup. Tambang gak mungkin berhenti. Yang mungkin adalah mendesak tambang untuk bertindak profesional, membuka diri terhadap publik, bertanggungjawab terhadap lingkungan, dan masyarakat sekitarnya. Mungkin apa yang gue liat belum 100 % dari isi perut NNT. Tapi, setidaknya gue sudah punya cukup gambaran untuk bercerita mengenai apa yang terjadi disana. Gue sudah melihat, apa yang tersembunyi di balik kulupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H