Mohon tunggu...
REGORIUS YOSMINDA
REGORIUS YOSMINDA Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Membaca dan Menulis Untuk Keabadian

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Bung Elvis Jehama dan Visi Besar Kemanusiaan

25 Agustus 2023   07:03 Diperbarui: 25 Agustus 2023   07:05 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari ini, duskurus politik di Kecamatan Kota Komba dan Kota Komba Utara kian asyik, seru dan bernas. Orang-orang yang bermukim di kecamatan ini intens mendiskusikan tentang visi besar dari Bung Elvis Jehama-mantan senator jalanan yang siap menjadi senator parlemen.

Visi besar Bung Elvis Jehama adalah; "Merangkul orang miskin, melindungi orang terpinggirkan dan membangunkan orang yang apatis terhadap politik." Mantan senator jalanan itu siap mengedepankan visi kemanusiaan dalam kerja-kerja politiknya di senator parlemen. Visi kemanusiaan sudah menjadi political will dari seorang lelaki sederhana bernama Bung Elvis Jehama. Visi besar itu menjadi bargaining power dalam perjuangan politiknya di tahun 2024 mendatang.

Tidak keliru jika saya mengatakan bahwa visi besar itu menjadi 'pembeda' antara Bung Elvis Jehama dengan calon anggota legislatif yang lain. Tidak keliru jika saya mengatakan bahwa visi besar itu juga menjadi "sintesa" dari anggota legislatif yang sebelumnya. Bung Elvis Jehama lahir di tengah kejenuhan masyarakat Kota Komba dan Kota Komba Utara terhadap beberapa figur legislatif lama yang kurang peka, peduli serta kurang dekat dengan rakyat. Bung Elvis Jehama juga dinilai sebagai sosok orang muda yang sederhana, dekat dengan rakyat, peka, peduli dan siap mengedepankan kerja kemanusiaan seperti yang terkandung dalam visi besarnya itu.

Visi Besar Kemanusiaan

Setelah reformasi dilahirkan, kita mulai mengenal demokrasi yang langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil. Meskipun, perjalanan demokrasi kita belum stabil. Masih terdapat gangguan, ketegangan, ancaman dan lain sebagainya. 

Tetapi, semua ancaman, gangguan dan lain-lain merupakan bagian dari proses pendewasaan berdemokrasi. Kita harus melihatnya dengan kepala yang dingin dan hati yang panjang sabar. Hingga sekarang ini, demokrasi sudah melahirkan banyak pemimpin bangsa yang luar biasa. Namun, tidak semua pemimpin yang lahir dari proses demokrasi mampu menjaga asa, merawat semangat, dan menegakkan nilai-nilai luhur demokrasi dan Pancasila.

Di banyak tempat, kita mendengar ada pemimpin terjerat kasus hukum karena melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme, jual beli jabatan, money politik dan lain sebagainya. Banyaknya pemimpin yang terjerat kasus korupsi, jual beli jabatan, money politik dan lainnya itu menjadi salah satu bukti bahwa demokrasi kita belum matang, demokrasi kita belum dewasa. Potret buram seperti itu sedang dipertontonkan kepada kita semua. Di dalam demokrasi yang belum matang, pemilih emosional lebih besar daripada pemilih rasional.

Demokrasi yang belum matang dan dewasa juga akan melahirkan tipe pemimpin yang tidak peka dan peduli terhadap kepentingan umum tetapi sebaliknya-menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang banyak.

Padahal, rakyat merupakan pemilik kedaulatan tertinggi dan sah. Rakyat yang memberikan legitimasi kepada pemimpin. Setiap pemimpin yang terpilih wajib mempertanggungjawabkan legitimasi yang diberikan oleh rakyat. Namun, kenyataan seringkali beberapa dengan ekspektasi. Realitas seringkali berbanding terbalik dengan harapan. Pemimpin yang terpilih seringkali mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin publik. Pemimpin terpilih lebih mewakili kepentingan pribadi, golongan dan kelompok tertentu. Pemimpin yang terpilih seringkali melakukan tindakan yang mencederai hati rakyat seperti korupsi, hedonisme dan lain-lain.

Selain karena pemimpin yang ada lahir dari proses demokrasi yang belum dewasa, menguapnya nasionalisme dari seorang pemimpin, budaya hedonis, dan lainnya sebagainya mampu memberikan efek negatif yang besar terhadap kerja-kerja politik seseorang. Lebih dari itu, banyaknya kepentingan yang tumpang tindih, praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang masih merajalela serta lingkaran oligarki yang kuat menjadi 'penyakit' yang dapat menghambat visi besar kemanusiaan seperti; "Merangkul orang miskin, melindungi orang terpinggirkan dan membangunkan orang yang apatis terhadap politik." Padahal, negara sudah mengamanatkan bahwa orang miskin dan terlantar dipelihara oleh negara.

Tahun 2024 merupakan tahun politik yang baik untuk kita semua. Momentum 2024 harus kita lihat sebagai momen yang tepat untuk melakukan perubahan pilihan politik. Figur muda yang energik, peka, peduli, kaya gagasan, kuat argumentasi dan dekat dengan rakyat menjadi salah satu barometer yang baik dalam menentukan pilihan politik di tahun 2024.

Realitas hari ini dan hari-hari sebelumnya menjadi referensi yang baik dalam menyambut tahun pemilu 2024. Absennya pemimpin yang dekat dengan rakyat, yang siap kerja untuk rakyat dan yang tidak mengambil jarak dengan rakyat menjadi bahan refleksi kita bersama. Kita harus menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan yang rasional seperti melihat rekam jejak dari calon pemimpin, track record, visi, misi, ide, gagasan dan hal-hal logis lainya. Jika kita memilih berdasarkan pertimbangan emosional, maka potret buram demokrasi terus "menghantui" kita semua.

Jikalau kita mengedepankan pertimbangan rasional dalam memilih figur legislatif tahun 2024, maka sosok Bung Elvis Jehama diyakini sebagai sosok yang pas dan tepat. Visinya yang baik, track record yang terbukti, serta prestasi yang lainnya menjadi bukti kuat untuk mendorong Bung Elvis Jehama duduk di kursi parlemen Kabupaten Manggarai Timur. Orang muda yang satu ini merupakan prototipe pemimpin masa depan Kota Komba dan Kota Komba Utara khususnya dan Kabupaten Manggarai Timur umumnya.

**

Ketang, 25 Agustus 2023

Penulis: Regorius Yosminda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun