"Kamu tidak perlu tahu alasannya. Aku ingin menikmati senja kali ini denganmu." Timpal Alvi sembari mendekatkan dirinya kepada Eli.
"Siappp, Alvi. Aku tidak bertanya lagi. Maaf jika pertanyaaku tidak berkenan di hatimu." Jawabku pelan.
Setelah mendengar jawaban dari Alvi. Eli tidak melanjutkan obrolan. Padahal, masih banyak pertanyaan yang tumbuh di dalam kepala Eli. Tetapi, Eli memilih untuk tidak mengucapkan semua pertanyaan itu dan memilih untuk mengurungkannya dalam-dalam. Eli yakin bahwa harus ada jeda di setiap perjalanan hidup. Begitupun dengan Alvi, harus ada jeda diantara kebisingan hidupnya.
Saat senja sudah pergi ke peraduan dan malam mulai melebarkan sayapnya, Alvi tetap setia duduk di samping Eli. Sesekali, Alvi menyandarkan kepalanya di bahu Eli yang kuat dan kokoh. Sementara itu, tangan kanannya memeluk Eli dengan erat. Alvi ingin menghabiskan malam di taman bersama Eli sembari melihat bintang-bintang yang tumbuh dan menghiasi angkasa Golo Tolang. Alvi tetap menatap bintang yang tumbuh di atas langit-langit Golo Tolang dengan tekun, teliti dan tertib.
Ketika jam sudah menyentuh jantung malam, saat kopi yang ada di genggaman Eli sudah paripurna di seduh, Eli meminta Alvi untuk pulang ke rumahnya. Eli tidak ingin melihat Alvi sedih karena mendapat teguran keras dari ayahnya. Di rumah, ada ayah dan ibu yang setia menunggu kedatangan Alvi dengan hati yang lapang dan panjang sabar. Alvi harus segera pulang.
"Vi (panggilan kesayangan Eli untuk Alvi), kita pulang yah. Udah larut malam." Ucap Eli pelan.Â
"Okee, Eli." Timpal Alvi semangat. Raut wajahnya tampak riang.Â
"Antar aku ke rumah yah." Pinta Alvi melanjutkan.
"Siap, Vi." Jawabku singkat.
Dari taman, Eli dan Alvi berjalan menuju parkiran motor. Dalam perjalanan menuju parkiran motor yang jaraknya cukup jauh dari taman, Alvi menggenggam tangan Eli dengan kuat. Alvi dan Eli berjalan beriringan. Keduanya tampak guyup, rukun dan damai. Sesampainya di parkiran motor, Eli langsung menghidupkan mesin motor Supra kesayangannya dengan cepat dan dengan segera bergegas pergi menuju rumah Alvi. Dalam perjalanan pulang ke rumah Alvi, di bawah langit-langit Golo Tolang yang penuh restu dan doa, Eli mengendarai sepeda motor kesayangannya dengan kecepatan yang sedang. Agar perjalanan pulang tidak membosankan, Eli sesekali bercerita tentang pengalamannya hidupnya yang membuat Alvi tertawa. Malam itu, Eli merasakan keteduhan, kedamaian dan ketenangan hati. Sedangkan Alvi merasakan hal yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Jika alam dan waktu merestui, aku akan menikmati senja bersama Alvi untuk yang kedua kalinya" Ucap Eli dalam hati.