Mohon tunggu...
Regita Putri Cahyani
Regita Putri Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI

I'll do the best, and Allah will do the rest.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Matematika Dapat Meningkatkan Tingkat Kreativitas Belajar Seorang Siswa?

15 Juli 2022   10:32 Diperbarui: 15 Juli 2022   10:36 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesulitan Belajar Matematika

Sulit? Menyerah! Yasudah! Tidak Tahu! Yang penting selesai! Lupa rumusnya... Mungkin ini adalah perkataan yang sering kita dengar saat belajar dan mengerjakan soal matematika. Tentunya kesulitan dalam pembelajaran matematika sendiri sudah menjadi momok persoalan selama bertahun-tahun, bahkan bisa dikatakan sejak dahulu hingga sekarang dan belum terselesaikan. Sebenarnya yang menjadi permasalahan utama yakni tidak lepas dari mindset mereka akan matematika itu sendiri, ketika mereka baru saja melihat angka, variabel, dan segala pengoperasian matematika, mereka akan berpikir pasti itu sulit. Bahkan, ketika mereka diminta untuk mengerjakan beberapa soal matematika, mereka akan menyerah dan tidak mau mencobanya.

Selama ini, peran orang tua sebenarnya juga turut andil dalam permasalahan ini. Sejak kecil anak-anak mereka dituntut untuk bisa berhitung, ketika sudah pandai berhitung anak diwajibkan melakukan sejumlah pengoperasian matematika. Dan para orang tua juga terlalu berpekpektasi dan menuntut bahwa anak mereka harus bisa matematika. Ketika anak mereka belum menguasainya, maka para orang tua akan mengulangi persoalan matematika yang sama yang belum dikuasai setiap hari. Tentunya hal ini akan memunculkan pertanyaan pada diri anak “mengapa aku harus bisa berhitung sih?”. Penanaman mindset seperti inilah yang menjadi persoalan utama siswa dalam belajar matematika. Mengingat bahwa pada dasarnya siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga tentunya hal ini yang akan menyebabkan pola pikir yang berbeda pula, dan akan menghasilkan tingkat kreativitas siswa yang pastinya berbeda.

Pentingnya Matematika

Matematika  merupakan  ilmu  universal  yang  dapat  diterapkan dalam kehidupan  sehari-hari.  Matematika  juga  berperan  penting bagi  perkembangan ilmu pengetahuan serta melayani ilmu lain dalam penemuan, pengembangan, dan operasionalnya. Pentingnya matematika  dalam  berbagai  aspek  kehidupan  diatur dalam Sistem Pendidikan Nasional yang menerangkan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (UU  Nomor 20 Tahun 2003).

Mengingat pentingnya matematika, inilah yang menjadikan matematika sebagai mata  pelajaran yang wajib dipelajari dari sekolah dasar hingga sekolah tingkat atas. Hal ini tentunya sesuai dengan apa yang dikatakan bahwa, melalui pembelajaran matematika, siswa  diharapkan  memiliki  kemampuan  logis,  analitis,  sistematis, kritis  dan  kreatif,  serta  memiliki  kemampuan  bekerja  sama (Depdiknas,  2006).

Kurikulum yang dipakai sebagai Standar Pendidikan Nasional yaitu Kurikulum 2013 atau K-13 yang mengedepankan pendidikan berkarakter dengan empat aspek penilaian, yaitu keterampilan, pengetahuan, sosial, dan spiritual. Pelaksanaan K-13 dalam pembelajaran matematika diharapkan mampu membangun dan mengembangkan karakter dan kepribadian siswa yang positif, serta kemampuan siswa, berdasarkan muatan yang sudah ditetapkan. Muatan yang terdapat pada mata pelajaran matematika bertujuan untuk membekali siswa agar mampu berpikir secara sistematis, kritis, kreatif, logis, dan analitis, serta dapat bersikap positif.

Sehubungan dengan pentingnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika maka kemampuan ini harus senantiasa dimiliki oleh siswa karena membantu untuk melatih siswa menemukan masalah sendiri, serta dapat menggunakan imajinasinya dalam mengemukakan macam-macam gagasan atau kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan yang dihadapi siswa dalam matematika atau dalam kehidupan sehari-hari. Artinya kemampuan berpikir kreatif matematika diperlukan agar siswa dapat menemukan ide-ide baru dan gagasan sendiri untuk memecahkan suatu masalah.


Berpikir Kreatif dan Faktor Penyebabnya

Menurut (Riyadi, 2014: 351) Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam bidang lainnya merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu dikembangkan terutama dalam menghadapi era informasi dan suasana bersaing semakin ketat. Individu yang diberi kesempatan berpikir kreatif akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi tantangan. Pentingnya pengembangan kreativitas bagi siswa juga telah tertulis dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor. 22 tahun 2006 tentang standar isi khususnya untuk pembelajaran matematika.

Namun pada kenyataannya kreativitas siswa masih kurang mendapat perhatian dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika. Kreativitas siswa yang kurang diperhatikan dan diapreasiasi dalam proses pembelajaran ini menyebabkan siswa tidak mau bahkan takut untuk melakukan suatu hal yang baru. Padahal kreatif bukan hanya kemampuan untuk menghasilkan produk saja melainkan kemampuan menciptakan sebuah solusi yang tidak terpaku pada satu jawaban benar pun dapat dikatakan kreatif.

Faktor yang membuat siswa sulit untuk berpikir kreatif yaitu guru hanya memberikan soal-soal rutin atau dengan kata lain guru hanya memberikan soal sesuai yang ada pada buku paket yang menjadi pedoman belajarnya, tidak menyajikan masalah-masalah yang dapat membuat siswa berpikir kreatif dan siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah yang dapat membuat siswa berpikir kreatif. Sehingga pada akhirnya siswa sulit untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Pernyataan ini cukup relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ronal Sidu pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa rata-rata tertinggi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terdapat pada aspek “kelancaran” sebesar 61,35%. Kemudian aspek “keluwesan” sebesar 60,35%. Sementara rata-rata terendah terdapat pada aspek “kebaruan” dengan perolehan sebesar 55,73%. Dengan adanya hasil penelitian ini, tentunya menjadikan semacam pekerjaan rumah untuk guru agar dapat bekerja lebih ekstra untuk meningkatkan hasil yang lebih maksimal pada ketiga aspek tersebut.

Kemampuan Pemecahan Masalah 

Oleh karena itu mengingat pentingnya siswa untuk menghadapi permasalahan untuk menguji kreativitasnya. Salah satu cara yaitu melalui kegiatan pemecahan masalah. Berpikir kreatif mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan memahami materi atau konsep matematika. Pemecahan masalah memiliki peran yang besar untuk diajarkan dalam pembelajaran matematika yang tentunya berguna untuk melatih berpikir kreatif siswa. Selain itu, pemecahan masalah juga melibatkan proses berpikir secara maksimal.

Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu. Silver dalam Siswono (2004: 2) mengatakan bahwa pemecahan masalah dan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan kreativitas melalui dimensi kreativitas, yaitu pemerincian (namely), kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty).

Berdasarkan tiga komponen kunci kreativitas dengan TTCT yang digunakan oleh Silver, Siswono (2011) mengemukakan bahwa penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika yang valid dan reliable, yang terdiri dari lima tingkat yaitu tingkat 4 (sangat kreatif), tingkat 3 (kreatif), tingkat 2 (cukup kreatif), tingkat 1 (kurang kreatif), dan tingkat 0 (tidak kreatif).

Dengan proses pemecahan masalah matematika ini sendiri nantinya akan menghasilkan tingkatan yang berbeda kepada setiap siswa. Tingkatan yang ada pastinya akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Yang dimana ini menjadi salah satu kewajiban seorang guru untuk membimbing serta mengembangkan dirinya untuk menghasilkan proses belajar yang dapat menumbuhkan tingkat berpikir kreatif siswanya.

Di dalam kurikulum 2013 salah satu materi matematika wajib yang menekankan kreativitas dalam berpikir dan menemukan solusi dari permasalahan adalah materi bangun datar. Pada materi ini siswa dituntut untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dalam pengerjaan masalah pada bangun datar, tentunya disini siswa belajar untuk menyelesaikan masalah mengenai bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut secara efektif. Tentunya dengan pemahaman dasar yang dimiliki siswa ini nantinya siswa akan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang erat kaitannya dengan penerapan di kehidupan sehari-hari.

Kompetensi dasar tersebut ini tentunnya dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif siswa karena berpikir kreatif merupakan kunci dari berpikir untuk merancang, memecahkan masalah, melakukan perubahan dan perbaikan serta memperoleh gagasan baru. Selain itu, dalam materi bangun datar ini akan berlanjut ke dalam bab selanjutnya terkait dengan persoalan bangun ruang dan penerapannya yang nantinya disajikan lebih kompleks dan menuntut siswa dalam pemahaman dan kreativitas dalam menyelesaikannya.


Gaya Belajar Siswa

Selain kemampuan berpikir kreatif, seorang guru juga harus memperhatikan karakteristik dan gaya belajar siswa dalam belajar. Seperti halnya siswa di dalam mengkonstruksi pengetahuan tentunya berbeda-beda mulai dari proses hingga kesimpulan yang didapatkan. Dalam memecahkan masalah matematika, setiap orang memiliki cara dan gaya berpikir yang berbeda-beda karena tidak semua orang memiliki kemampuan berpikir yang sama.

Ardana (Ngilawajan, 2013:73) menyatakan bahwa setiap orang memiliki cara-cara khusus dalam bertindak, yang dinyatakan melalui aktivitas-aktivitas perseptual dan intelektual secara konsisten. Aspek perseptual dan intelektual mengungkapkan bahwa setiap individu memiliki ciri khas yang berbeda dengan individu lain. Setiap individu berbeda dalam memakai strategi untuk merespon suatu stimulus dari luar, menerima, mengorganisasikan, merespon, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialaminya.

Sesuai dengan tinjauan aspek tersebut, dikemukakan bahwa perbedaan individu dapat diungkapkan oleh tipe-tipe kognitif yang dikenal dengan istilah gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan kunci utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor –faktor yang mempengaruhi gaya belajar seseorang adalah:

  • Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap tubuh sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang.
  • Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai kebutuhan emosional. Dan emosi berperanan penting dalam proses belajar. Dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan pelajar untuk menyerap informasi dan ide.
  • Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain lebih suka bekerja bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok. Sebagian anak-anak menginginkan kehadiran orang dewasa atau senang bekerja dengan orang dewasa saja.
  • Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan kebutuhan movilitas juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.


Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa

Pada dasarnya belajar matematika akan membentuk karakter dasar siswa untuk mampu berpikir secara kreatif. Berpikir secara kreatif sendiri bukan berarti siswa mampu mengerjakan soal matematika itu sendiri, melainkan memahami konsep dasar dan mampu menyelesaikan proses dalam pemecahan masalah matematikanya. Dalam proses inilah siswa diharapkan tidak hanya terpaku oleh satu cara penyelesaian, tapi siswa juga mampu menemukan solusi lain dari pemecahan masalah matematika yang dihadapinya. Dan dalam proses pengerjaan soal matematika inilah nantinya akan diperoleh kemampuan siswa untuk mampu berpikir secara sistematis, kritis, kreatif, logis, dan analitis, serta dapat bersikap positif.

Dengan pentingnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika maka kemampuan ini harus senantiasa akan dimiliki oleh siswa karena membantu untuk melatih siswa menemukan masalah sendiri, serta dapat menggunakan imajinasinya dalam mengemukakan macam-macam gagasan atau kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan yang dihadapi siswa dalam matematika atau dalam kehidupan sehari-hari. Artinya kemampuan berpikir kreatif matematika diperlukan agar siswa dapat menemukan ide-ide baru dan gagasan sendiri untuk memecahkan suatu masalah.

Tentunya hal ini tidak lepas dari peran seorang guru, dimana guru diharapkan untuk mengenal karakteristik serta gaya belajar siswa. Tetunya tidak mudah untuk memahami semua siswa, karena guru akan mengajar di dalam kelas dimana terdapat sejumlah 30 sampai 40 siswa. Namun, hal ini tentunya dapat diusahakan dengan mengubah cara belajar dan penyampaian belajar, mengingat matematika tidak hanya bisa dilakukan dengan pembelajaran metode ceramah saja, tetapi harus meciptakan pembelajaran yang lebih kreatif dan dapat menghidupkan kelas. Sehingga minat siswa dalam belajar matematika dapat meningkat, dan dengan penguasaan matematika akan tercipta pula kreativitas siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun