Pendahuluan
Masa remaja adalah masa yang cenderung sangat dinantikan bagi semua orang. Masa remaja adalah suatu periode transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini biasanya ditandai dengan adanya pubertas yang menyababkan terjadinya perubahan fisik dan emosi. Pada masa remaja ini,emosi yang mereka miliki cenderung lebih labil dan belum dapat terkontrol dengan baik(Ni Putu & Luh Kadek, 2016). Pada masa remaja ini pula,mereka cenderung merasa harus menjadi sosok yang lebih mandiri. Hal tersebut dicirikan dengan adaya perilaku remaja yang merasa ingin bebas dari orang tua dan merasa bisa melakukan apa yang mereka inginkan (Alfiasari et al., 2011). Hal ini menyebabkan sering adanya pemberontakan remaja pada pola asuh otoriter oran tua yang cenderung mengekang mereka. Pada masa remaja,mereka cenderung menginginkan suatu kebebasan. Bebas dalam bergaul bersama teman sekolah dan bebas dalam bersosialisai tanpa adanya batasan dari orang tua. Namun,tidak semua orang tua akan memberikan kebebasan seutuhnya terhadap anak remaja mereka. Hal tersebut memicu remaja menjadi lebih memberontak. Adanya pembatasan orang tua yang otoriter membuat remaja merasa kurang adanya kebebasan dalam bergaul terhadap teman-teman sebaya mereka. Hal tersebutlah yang membuat remaja menjadikan media sosial sebagai tempat pelarianya.
      Banyak remaja jaman sekarang yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk menambah relasi pertemanan. Hal tersebut terjadi akibat orang tua mereka yang memberikan batasan pada pergaulan anak remaja mereka. Larangan yang biasa dilakukan oleh orang tua yang memiliki pola asuh otoriter adalah melarang anak remajanya untuk keluar rumah,membatasi pertemanan mereka,dan membatasi mereka dalalm bersosialisai. Hal tersebut membuat anak remaja merasa kesepian dan kurang adanya pergaulan sehingga membuat mereka menambah relasi pertemanan mereka pada media sosial. Mereka cenderung mencari teman virtual di media sosial seperti instagram,telegram,facebook,dan tweeter. Kurangnya teman yang dapat dijadikan mereka sebagai teman mengobrol juga membuat mereka menjadikan media sosial sebagai tempat curhat mereka. Mereka cenderung merasa tekanan yang diberikan oleh orang tua mereka membebani hidup mereka. Hal tersebut membuat mereka mencari banyak perhatian dari orang lain melalui media sosial. Tekanan dari orang tua mereka tersebut juga memberikan dampak buruk pada kesehatan mental mereka.
      Tujuan dibuatnya makalah ini agar kita dapat memahami dan mengerti apa sajakah dampak buruk yang terjadi pada remaja dengan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter. Selain itu makalah ini dibuat agar para orang tua dapat memahami dampak buruk pada remaja jika mereka menerapkan pola asuh otoriter pada anak remaja mereka. Makalah ini juga dapat memberikan pemahaman terhadap orang tua dan anak dalam mengatasi permasalahan pola asuh otoritatif sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadap anak remaja mereka.
Pembahasan
- Pola Asuh OtoriterÂ
      Setiap orang tua pasti memiliki caranya sendiri dalam mendidik dan membina anak mereka. Banyak sekali pola asuh yang dapat diterapkan oleh orang tua dalam mendidik dan membina anak mulai dari kanak-kanak, remaja,dan menginjak dewasa. Pola asuh yang digunakan oleh orang tua dapat berdampak pada perilaku sang anak. Setiap perilaku sang anak merupakan korelasi dari pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Pada makalah ini kita akan membahas pola asuh otoriter yang diberikan orang tua terhadap anak remaja dan dampak apa saja yang dialami oleh sang anak.
      Pola asuh otoriter sendiri adalah pola asuh yang ketat dan ditandai oleh tuntutan yang tinggi namun orang tua memiliki respon yang rendah. Pola asuh ini cenderung menuntut dan mengekang sang remaja tanpa adanya alasan yang jelas. Orang tua pada pola asuh ini juga cenderung menggunakan disiplin dan hukuman yang keras untuk mengendalikan perilaku anak remaja mereka.(Miftakhuddin, 2020).  Pola asuh otoriter berbeda dangan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif adakah pola asuh yang ditandai dengan tuntutan tinggi namun terdapat rspon yang hangat dan respon yang tinggi dari orang tua. Sehingga dampak buruk remaja dengan pola asuh otoritatif tidak sebesar dengan remaja berpola asuh otoriter.
      Orang tua dengan pola asuh otoriter biasanya bertindak berdasarkan asumsi bahwa apa yang dilakukanya terhadap anak remaja mereka adalah hal yang benar dan terbaik untuk masa depan anak remaja mereka. Orang tua dalam pola asuh otoriter juga kurang bersikap demokratis dalam menerima pendapat dari anak remaja mereka. Hal ini justru dapat mengikis kedekatan orang tua terhadap anak remaja mereka. Pola asuh yang ketat seperti ini juga memberikan dampak negative yang banyak terhadap remaja bahkan dapat menyerang mental dan psikis mereka. (Widyani, 2009). Orang tua dengan pola asuh otoriter kurang dapat menyadari bahwa mendengarkan pendapat dari anak dapat mendorong kepercayaan diri dan mendorong kemandirian anak dalam berfikir.
      Orang tua dengan pola asuh otoriter biasanya memiliki sikap yang terlalu khawatir terhadap anak mereka. Apalagi jika anak sudah menginjak masa remaja orang tua cenderung memiliki ketakutan dan kekhawatiran terhadap pergaulan dan masa depan sang anak. Hal tersebut membuat orang tua dengan pola asuh otoriter membatasi anak remaja mereka dalam bergaul, mengambil keputusan,bahkan memilih karir dan masa depan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini lebih menginginkan bahwa sang anak mematuhi dan mengikuti apa yang menjadi keinginan sang orang tua. Faktor lain yang menyebabkan orang tua menerapkan pola asuh otoriter adalah mereka yang masih berpegang pada tradisi lama. Tradisi lama yang dimaksud adalah orang tua yang memiliki kewenangan dan kekuasaan penuh atas anak mereka. Orang tua dengan pola asuh ini juga memiliki harapan dan ekspetasi yang tinggi terhadap anak mereka sehingga mereka terlalu banyak menuntut sang anak untuk melakukan apa yang diinginkanya (Widyani, 2009).
- Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Remaja
Masa remaja adalah masa dimana seorang anak telah melewati masa kanak-kanak dan tahapan sebelum menginjak masa dewasa. Pada masa remaja ini sering terjadinya ketidak stabilan dalam mengontrol emosi dan perilaku sebagai peralihan dan usaha untuk menuju fase perkembangan dewasa. Pada masa remaja ini pula anak dilatih dalam menyesuaikan diri terhadap sesuatu yang baru seperti cara bersosialisai,cara mengambil keputusan yang tepat,dan kemandirian yan memang harus mereka miliki pada masa ini. Masa remaja juga menjadi masa diamana anak yang dahulunya sangat bergantung kepada orang tua kemudian mereka mencoba untuk mencari jati diri mereka dengan beradaptasi terhadap lingkungan baru.(Kurniati et al., 2019). Sehingga pola asuh dan didikan orang tua sangat berperan besar dalam masa remaja ini.