Mohon tunggu...
Nature

Big Bang, Teori yang Menjelaskan Terbentuknya Alam Semesta dan Memprediksi Akhir Alam Semesta

4 September 2017   16:56 Diperbarui: 24 Agustus 2020   21:59 99648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teori Big Bang (Sumber: www.HiTekno.com)

Teori Big Bang atau ledakan besar adalah teori terbentuknya alam semesta yang paling terkenal dan paling masuk akal. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian meledak dan mengembang sekitar 13.700 juta tahun yang lalu. 

Big Bang adalah teori yang paling banyak didukung oleh sederetan bukti ilmiah sehingga dapat diterima oleh semua kalangan baik para ilmuwan maupun orang awam. Uniknya, teori ini juga dapat menentukan akhir dari alam semesta.

Teori Big Bang pertama kali ditemukan oleh Abbe Georges Lemaitre, seorang kosmolog asal Belgia pada tahun 1920-an. Menurutnya, alam semesta ini mulanya berasal dari gumpalan superatom yang berbentuk bola api kecil dengan ukuran sangat kecil. Gumpalan itu semakin lama semakin memadat dan memanas, kemudian meledak dan memuntahkan seluruh isi dari alam semesta. 

Big Bang melepaskan sejumlah besar energi di alam semesta yang kemudian membentuk seluruh materi alam semesta dan kemudian berkembang hingga menjadi bentuk yang sekarang ini dan akan terus berkembang.

Atom hidrogen terbentuk bersamaan saat energi dari Big Bang meluas keluar. Atom hidrogen tersebut terus bertambah banyak dan berkumpul membentuk debu dan awan hidrogen atau biasa disebut nebula. 

Awan hidrogen tersebut bertambah padat dan memanas hinga temperatur jutaan derajat celcius. Awan hidrogen ini menjadi bahan pembentuk bintang-bintang di alam semesta. 

Setelah terbentuk banyak bintang, bintang tersebut berkumpul membentuk kelompok yang kemudian disebut galaksi. Dari galaksi, lahirlah milyaran tata surya. Salah satunya adalah yang kita tinggali sekarang ini.

Teori Big Bang juga menjelaskan bahwa alam semesta memiliki siklus yang berulang. Pada suatu titik, alam semesta akan berhenti mengembang dan malah menyusut. Semua akan ditarik dan menyisakan lubang hitam besar. Inilah yang disebut dengan Big Crunch, yang merupakan kelanjutan teori dari Big Bang. 

Menurut teori Big Crunch, alam semesta tidak akan mengalami akhir karena ia membentuk sebuah siklus. Ia akan meledak, mengembang, menyusut, lalu menghilang dan terus menerus seperti itu. Dalam kata lain, alam semesta akan bereinkarnasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun