Mohon tunggu...
REGITA ALLYSA P
REGITA ALLYSA P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, nama aku gitaπŸ˜‡ πŸŽ§πŸ§πŸŽ€. ⊹ β‚ŠΛšβ™‘

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengorbanan Seorang Ayah Mendorong Gerobak untuk Tempat Tinggal Anaknya

7 Januari 2024   16:00 Diperbarui: 16 Januari 2024   11:06 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipinggiran kota yang ramai dan penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan, terdapat orang-orang kecil yang berusaha keras untuk memberi kehidupan yang layak untuk keluarganya. Tak sedikit pula dari mereka yang tidak memiliki tempat tinggal dan berujung tidur dipinggiran jalan atau bahkan gerobak, bersama dengan keluarganya. Disuatu daerah di Bandung terdapat seorang pria yang berjalan kesana kemari mendorong gerobak yang terdapat dua anak kecil didalamnya, beliau bernama pak Aan.Β 

Pak Aan kesana kemari mendorong gerobaknya dan mengumpulkan kardus serta botol-botol bekas untuk kemudian ditukarkan dan membeli makan untuknya dan untuk kedua anaknya. Pria yang disebut oleh anak-anaknya dengan sebutan "ayah" itu berjuang keras demi memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anaknya. Apapun akan ia lakukan untuk dapat memberi makan kedua anaknya, namun tak jarang juga sehari ia hanya mendapatkan satu bungkus nasi, bahkan ada masanya ia tidak mendapatkan apapun dalam sehari, yang mana hal tersebut membuat ia harus memungut makanan bekas depan warteg untuk ia makan bersama kedua anaknya.

Tidak hanya menjadi seorang pemulung, bapak dua anak itu kadang juga bekerja sebagai juru parkir di mini market dekat tempat ia singgah untuk menggantikan sementara juru parkir lain yang tengah beristirahat. Tak sedikit orang yang melihat anak dari pria itu merasa iba karena harus menerjang panas dan hujan didalam gerobak yang didorong oleh ayahnya, banyak orang yang akhirnya membelikan anak itu jajanan untuk ia makan dan adajuga yang memberikan makanan pokok seperti nasi bungkus dan susu. Namun, tidak sedikit orang pula yang memberi tatapan merendahkan pada keluarga itu.

Bapak dua anak itu tidak terlalu memperdulikan tatapan tidak suka dari orang yang melihat mereka, ia hanya ingin membantu orang dengan caranya sendiri dan juga ia hanya ingin bekerja keras agar anak-anaknya dapat makan walaupun hanya sekali dalam sehari. Meski hidup dalam keterbatasan, ayah dua anak itu membangun kebahagiaan mereka di dalam gerobak yang sederhana. Mereka belajar bahwa cinta dan kebersamaan jauh lebih berharga daripada materi. Gerobak itu bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol ketekunan seorang ayah untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun