Mohon tunggu...
Regita cahyanisuhandi
Regita cahyanisuhandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki minat tinggi dibidang pengetahuan dan ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Anak Menghidupi sang Ayah yang Lumpuh

16 Januari 2024   19:44 Diperbarui: 16 Januari 2024   19:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung

Aska, bocah berusia 10 tahun harus rela menghabiskan masa kecilnya untuk berjualan donat keliling ia harus berjalan sekitar 10 KM setiap harinya sepulang sekolah demi menghasilkan uang yang akan digunakan untuk makan dan membeli obat sang ayah. Ayahnya diketahui lumpuh sejak Aska berusia 6 tahun sudah banyak barang dan harta yang dikerahkan demi kesembuhan sang ayah namun hingga kini kondisi ayah hanya makin buruk saja.

Ia harus mulai mencari uang sedini mungkin lantara sang ibu yang pergi dan tidak pernah Kembali, bahkan Askan pun tak tau Dimana keberadaan ibunya dan bagaimana keadaan ibunya. Aska mulai berjualan dari jam 1 siang hinga malam menempuh jarak yang sangat jauh demi menjajahkan donat kepada setiap orang yang ditemuinya, tak jarang Aska harus pulang larut malam dengan jualan yang tak habis kadang juga ia sampai ketiduran dipinggir jalan akibat kelelahan berjalan, Aska harus berjuang segiat mungkin demi membantu menghidupi ayahnya yang kini  haya bisa terbaring lemah diatas Kasur. Tiap harinya Askan harus membawa container yang berisi 30-40 donat yang akan dijual seharga Rp. 1000 satu nya ia berkeliling sekitar bojongkoneng-pahlawa-cikuta bahkan paling jauh ia harus berjualan di sekitar jalan Diponegoro dengan berjalan kaki. "kadang suka ketiduran dijalanan soalnya capek kak, harus sekolah, terus siapin makan ayah baru jualaan sampai malam kadang juga ga makan karna belum punya uangnya". Aska mengambil donat dari orang lalu di jualkan ia hanya mengambil keuntungan 500 perak dari perbiji donat yang bisa dia jual jadi kalau ia bisa menjual habis dagangannya ia bisa mendapat uang sekitar Rp 20.000 setiap hari tapi tak jarang pula aska pulang dengan sisa donatnya yang masih banyak kadang juga ia hanya mendapat uag Rp 9000 saja. "aku biasanya jalan sehari 10.000 paling banyak 20.000 kalau dagangan nya abis kadang dikasi bonus 5000 sama ibunya atau kadang sisa donatnya disuruh bawa pulang buat kasih ayah makan" ucap aska.

Kondisi kelumpuhan dari sang ayah hari kehari makin parah disebabkan kurangnya biaya untuk perobatan, pak Didi selaku ayah dari aska dulu adalah seorang pekerja serabutan ia bekerja ketika dibutuhkan bekerja apa saja mulai dari cari rongsokan, tukang bangunan, dan lainnya, Namun suatu hari pak Didi tiba-tiba mengalami sakit pada sekujur badannya dan beberapa hari setelahnya badannya sulit untuk digerakan. Saat ini aska dan sang ayah hanya tinggal dirumah dengan kondisi yang serba kekurangan "rumah saya sering bocor mba, banyak tikus kadang kalau langit angin kencang dan hujan badai airnya suka masuk ke dalam" ujar pak Didi. "Tapi saya tetap bersyukur soalnya masi punya anak saya yang soleh, bapak minta maaf ya nak bapak gabisa apa-apa tidak bisa jalan tidak bisa bantu Aska cari uang" tambah nya. Aska dan pak Didi sehari-hari hanya mengonsumsi nasi dan garam kalau lagi ada uang ceplok telor bagi dua kadang juga beli mie bagi dua atau kadang suka dikasi sama tetangga.

Ditengah kehidupan mereka yang serba sulit tetapi aska tak ingin bersedih dengan terus berjualan dan sekolah yang giat serta solat yang rajin, meski hidup dengan penuh kekurangannya tapi aska tetap jadi anak yang cerita dan hangat kepada orang lain. Pak didi dan aska selalu bersyukur atas apa yang sudah diberi oleh yang diatas dan tetap semangat untuk melanjutkan hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun