Mohon tunggu...
Regina Virza Rachmawati
Regina Virza Rachmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I dream, believe and make it happen.

Selanjutnya

Tutup

Financial

10 Kasus Kerusakan Ekonomi di Dunia

3 Januari 2024   13:04 Diperbarui: 3 Januari 2024   13:52 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ekbis.sindonews.com

Seiring dengan dinamika globalisasi dan ketergantungan antarnegara, pemahaman mendalam tentang kasus-kasus kerusakan ekonomi di dunia menjadi krusial dalam konteks keberlanjutan dunia, Sejumlah ahli ekonomi telah menyoroti urgensi mengkaji krisis-krisis ekonomi sebagai landasan untuk pengembangan kebijakan yang efektif dan adaptif. Menurut Rogoff dan Reinhart (2009), studi kasus terhadap krisis ekonomi masa lalu memberikan pandangan historis yang kaya akan pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil.

Krugman (2008) juga menekankan bahwa melalui analisis kasus-kasus kerusakan ekonomi, kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor pemicu krisis dan mengembangkan strategi untuk meminimalkan risiko serupa di masa depan. Oleh karena itu, tugas yang mengkaji 10 kasus kerusakan ekonomi di dunia menjadi relevan dan bermanfaat dalam mendukung pemahaman dan pengembangan kebijakan ekonomi global.

Berikut penulis jabarkan beberapa kasus kerusakan ekonomi yang masif dan dapat dijadikan studi yang mendukung pengembangan kebijakan ekonomi dunia.

Covid-19 (2019 -- 2022):

S-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas. Penularannya melalui percikan dari saluran pernapasan dan dapat menempel di benda, serta menyebar melalui kontak antarmanusia. Waktu inkubasi virus ini antara 1-14 hari. Protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, dianjurkan untuk mencegah penularan. Selain itu, vaksin telah dikembangkan untuk mencegah infeksi COVID-19.

Jumlah kasus infeksi COVID-19 di Indonesia telah mencapai angka yang sangat tinggi, dan berbagai upaya pencegahan, termasuk pembatasan kegiatan masyarakat, dilakukan untuk menekan penyebaran virus ini.

Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pandemi ini memengaruhi situasi ketenagakerjaan di Indonesia, sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan bahkan kehilangan pekerjaan. Pandemi COVID-19 juga memperlambat seluruh siklus di dalam rantai pasok dunia, termasuk Indonesia yang berpartisipasi di dalamnya. Hal ini tercermin dari data Badan Pusat Statistik, dimana ekspor di Indonesia menurun sekitar 2,6 persen pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan peningkatan jumlah pengangguran. Selain itu, pandemi COVID-19 juga memengaruhi sektor pertanian, transportasi, sosial, dan sektor lainnya.

Krisis Dot-com (2000-2001):

Krisis Dot-com terjadi pada tahun 2000-2001, dimana investor memasukkan uang ke dalam perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan. Investasi spekulatif ini mengabaikan metrik investasi tradisional, seperti rasio harga saham saat ini dibandingkan dengan laba per saham. Investor lebih memilih membangun kesadaran merek dan pangsa pasar, bahkan jika itu memerlukan menawarkan layanan atau produk dengan harga diskon atau gratis. Krisis ini dimulai pada tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2001, ketika banyak perusahaan internet mengalami kebangkrutan. 

Krisis Dot-com pada tahun 2000-2001 memengaruhi perekonomian global, terutama pada perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan. Investor memasukkan uang ke dalam perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan, mengabaikan metrik investasi tradisional, seperti rasio harga saham saat ini dibandingkan dengan laba per saham. Krisis ini dimulai pada tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2001, ketika banyak perusahaan internet mengalami kebangkrutan. Krisis ini memengaruhi banyak sektor ekonomi, termasuk teknologi informasi dan komunikasi.

Krisis Minyak (1970-an)

Krisis ekonomi pada tahun 1970-an, dikenal sebagai "Krisis Minyak", disebabkan oleh lonjakan harga minyak bumi akibat embargo minyak yang diberlakukan oleh beberapa negara produsen minyak terhadap negara-negara Barat yang mendukung Israel selama Perang Yom Kippur. Hal ini menyebabkan inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang. Krisis ini juga memicu resesi ekonomi global dan mengubah lanskap ekonomi dunia, dengan dampak jangka panjang terhadap kebijakan energi dan ekonomi global.

Krisis Mata Uang Asia (1997 -- 1998):

Krisis Mata Uang Asia pada tahun 1997-1998 merupakan krisis finansial yang mengancam ekonomi Asia dan dunia di bagian belakang. Krisis ini dimulai dari penurunan nilai Thai Baht dari dolar Amerika Serikat dan cepat berdifusi ke negara-negara sekitar, seperti Malaysia, Korea Selatan, dan Indonesia Krisis ini menyebabkan penurunan nilai mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di berbagai negara

Beberapa faktor yang berkontribusi pada krisis ini meliputi:

  • Politik kebijakan yang kurang efektif: Krisis ini menyvenda kekurangan kemampuan pemerintah dalam mengelola ekonomi dan mengatasi inflasi
  • Korupsi oleh pemerintah: Korupsi oleh pemerintah di beberapa negara berkontribusi pada krisis ini
  • Ketidakpastian dari kontrol kevaluasi: Meskipun kontrol kevaluasi singkat dapat membantu menghentikan krisis di Malaysia, ketidakpastian kontrol kevaluasi juga menjadi salah satu faktor yang mengancam krisis

Dampak krisis ini sangat signifikan pada ekonomi Indonesia dan beberapa negara di Asia. Inflasi di Indonesia meningkat jadi 80%, nilai rupiah turun 50%, dan banyak bisnis menut, sehingga jutaan orang dibelakang di bawah garis kemiskinan pada tahun 1997-1998. Krisis ini juga menyebabkan penurunan investasi asing pada skala besar dan meningkatnya ketergantungan eksternal pada investasi asing

Krisis Ekonomi Rusia (1998)

Krisis ekonomi Rusia pada tahun 1998 merupakan krisis keuangan yang melanda negara tersebut akibat serangkaian faktor, termasuk krisis keuangan global, penurunan harga komoditas, dan masalah struktural internal. Krisis ini ditandai dengan devaluasi tajam dari rubel Rusia, kegagalan pembayaran utang, serta berdampak pada perekonomian negara secara luas. Krisis ini juga memicu resesi ekonomi yang meluas, peningkatan tingkat pengangguran, dan kegagalan banyak perusahaan dan bank. Dampaknya sangat signifikan, baik secara ekonomi maupun sosial, dan memerlukan upaya-upaya pemulihan yang besar untuk mengatasi konsekuensinya.

Krisis Utang Eropa (2010-2012):

Krisis Utang Eropa (2010-2012) merujuk pada krisis keuangan yang melanda sejumlah negara di zona euro, terutama dipicu oleh krisis utang pemerintah Yunani. Krisis ini bermula dari kekhawatiran akan kemampuan Yunani untuk melunasi utang-utangnya, yang kemudian menyebar ke negara-negara lain di wilayah tersebut. Penyebabnya antara lain adalah kelemahan struktural ekonomi Yunani, defisit anggaran, dan korupsi.

Krisis Utang Eropa pada tahun 2010-2012 menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan di sejumlah negara di zona euro. Krisis ini memicu penurunan nilai mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di berbagai negara, serta memicu resesi ekonomi di sejumlah negara Eropa. Krisis ini juga memengaruhi situasi ketenagakerjaan di beberapa negara, dengan sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan bahkan kehilangan pekerjaan. Upaya penyelesaiannya melibatkan berbagai intervensi keuangan, termasuk paket talangan dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional.

Krisis Keuangan Global (2007 -- 2008)

Krisis Keuangan Global pada tahun 2007-2008 dimulai dari krisis hipotek subprime di Amerika Serikat, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Krisis ini memicu penurunan nilai pasar saham, harga aset lainnya, dan memicu resesi ekonomi global. Krisis ini juga memengaruhi situasi ketenagakerjaan di berbagai negara, dengan sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan bahkan kehilangan pekerjaan. Upaya penyelesaiannya melibatkan berbagai intervensi keuangan, termasuk paket talangan dari pemerintah dan bank sentral, serta restrukturisasi sektor keuangan.

The Credit Crisis (1772)

Krisis kredit tahun 1772, juga dikenal sebagai kepanikan tahun 1772, adalah krisis keuangan di masa damai yang berasal dari London dan kemudian menyebar ke Skotlandia dan Belanda. Krisis ini dianggap sebagai yang terbesar dalam 50 tahun terakhir di wilayah tersebut, yang menyebabkan kebangkrutan lebih dari 500 bank di London dan runtuhnya 30 bank Eropa.

Krisis ini ditandai dengan dampak penularan dari bank runs, yang mengakibatkan berakhirnya boom kredit dan lumpuhnya sistem kredit. Krisis ini berdampak signifikan pada Perusahaan Perdagangan India Timur, Hindia Barat, dan para pekebun kolonial Amerika Utara, yang menyebabkan kesulitan pembayaran utang dan penyempitan ketersediaan kredit.

Krisis ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk ekonomi yang terlalu panas, penipuan keuangan, dan lemahnya pengawasan terhadap aktivitas historis debitur, dan memiliki konsekuensi yang luas terhadap ekonomi global.

Krisis Ekonomi Meksiko (1994)

Krisis keuangan Meksiko pada tahun 1994 merupakan serangan spekulatif terhadap nilai mata uang di Mekanisme Nilai Tukar Eropa, yang menyebabkan devaluasi tajam dari peso Meksiko dan berdampak pada perekonomian negara tersebut. Krisis ini juga memicu krisis ekonomi yang meluas di Meksiko, yang pada akhirnya mengakibatkan kegagalan pembayaran utang.

Krisis keuangan Meksiko pada tahun 1994 menyebabkan kerusakan ekonomi yang sangat besar di negara tersebut. Krisis ini ditandai dengan devaluasi tajam dari peso Meksiko dan berdampak pada perekonomian negara tersebut. Krisis ini juga memicu krisis ekonomi yang meluas di Meksiko, yang pada akhirnya mengakibatkan kegagalan pembayaran utang. Dampaknya sangat signifikan, baik secara ekonomi maupun sosial, dan memerlukan upaya-upaya pemulihan yang besar untuk mengatasi konsekuensi-konsekuensinya. Selama krisis ini, terjadi penurunan produk domestik bruto secara besar-besaran, dan banyak perusahaan dan bank mengalami kebangkrutan. Krisis ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan moneter yang buruk, spekulasi pasar saham yang berlebihan, dan kelemahan struktural ekonomi Meksiko.

The Great Depression (1923-1933)

The Great Depression (1929-1939) adalah krisis ekonomi terparah dalam sejarah modern. Krisis ini dimulai pada tahun 1929 di Amerika Serikat, ketika terjadi penurunan nilai pasar saham yang tajam, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Krisis ini ditandai dengan kebangkrutan banyak perusahaan dan bank, serta peningkatan tingkat pengangguran yang signifikan. Krisis ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk menurunnya permintaan konsumen, kebijakan moneter yang buruk, dan spekulasi pasar saham yang berlebihan. Krisis ini mempengaruhi seluruh dunia, termasuk Eropa dan Asia, dan memicu perubahan besar dalam kebijakan ekonomi global.

Sekian, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun