Mohon tunggu...
Regina Virza Rachmawati
Regina Virza Rachmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I dream, believe and make it happen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia Ular, Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah

3 Maret 2021   15:08 Diperbarui: 3 Maret 2021   16:29 7319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu kala ada seorang bernama Sangi. Dia adalah seorang pemburu yang tangguh. Sangi pandai menyumpit buruan. Sumpitnya selalu mengenai sasaran. Setiap kali berburu ia selalu berhasil membawa pulang daging babi hutan dan daging rusa. Sangi bertempat tinggal di daerah aliran Sungai Mahoroi, anak Sungai Kahayan. 

Pada suatu hari Sangi berburu. Dari pagi hingga petang ia tidak berhasil menemukan seekor binatang buruan pun. Keadaan ini membuatnya amat kesal. Karena hari telah mulai sore, ia pun pulanglah dengan tangan kosong. Di dalam perjalanan pulang ia melihat bahwa air tepi sungai sangat keruh. Ini pertanda bahwa seekor babi hutan baru saja minum air di sana. Dugaannya itu diperkuat lagi dengan adanya bekas jejak kaki babi hutan.

Dengan penuh harapan Sangi terus mengikuti jejak binatang itu. Benar saja tidak berapa jauh dari sana, ia menemukan babi hutan yang dicarinya itu, tetapi dalam keadaan yang amat mengerikan. Sebagian dari tubuh babi hutan itu telah berada di dalam mulut seekor ular raksasa. Kelihatannya tidak mungkin ia akan hidup kembali. Pemandangan mengerikan ini sangat menakutkan Sangi. Ia tidak dapat lari sehingga tidak ada cara lain kecuali bersembunyi di dalam semak-semak.

Beberapa waktu telah berlalu. Ular raksasa itu tidak dapat juga menelan mangsanya. Dicoba dan dicobanya berkali-kali, namun selalu gagal. Akhirnya sang ular menghentikan usahanya. Dengan murkanya dipalingkanlah kepalanya ke arah tempat Sangi bersembunyi. Secara gaib, ia berganti rupa menjadi seorang pemuda yang tampan wajahnya. Ia menghampiri Sangi dan memegang lengannya.

Pemuda itu menggertak dan memerintahkan kepada Sangi, "Telan babi hutan itu bulat-bulat karena engkau telah mengintip sang ular raksasa yang sedang menelan babi hutan".

"Saya...tapi saya...tidak...bisa" ujar Sangi.

"Ayo cepat lakukan!" sahut pemuda siluman ular.

Dengan penuh rasa ketakutan Sangi melaksanakan perintah itu. Ajaib sekali, ternyata Sangi mampu melaksanakan perintah pemuda itu dengan mudah, seolah-olah ia sendiri benar-benar seekor ular.

Pemuda siluman ular itu berkata karena Sangi telah berani mengintainya, sejak saat itu pula Sangi berubah menjadi seekor ular jadi-jadian. 

"Untuk sementara engkau tidak perlu khawatir. Selama engkau dapat merahasiakan kejadian ini, engkau akan tetap dapat mempertahankan bentuk manusiamu" kata pemuda siluman ular itu kepada Sangi.

Pemuda siluman ular itu lalu menghibur Sangi dengan mengatakan bahwa nasib yang menimpa Sangi sebenarnya tidak terlalu buruk. Sebab, sejak kejadian itu ia bukan lagi makhluk yang dapat mati sehingga ia dapat mempertahankan kemudaannya dan usianya untuk selama-lamanya.

Demikianlah, Sangi terus berusaha agar rahasianya tidak diketahui orang, termasuk anggota keluarga dan kerabatnya sendiri dan anak cucunya. Dengan cara ini ia berhasil hidup mencapai umur 150 tahun. Akan tetapi, keadaan yang luar biasa menimbulkan rasa aneh pada keturunannya. Mereka ingin mengetahui rahasia kakeknya yang dapat berusia panjang dan tetap dapat mempertahankan kemudaannya.

Oleh karena itu, mereka mulai menghujani berbagai pertanyaan kepada kakek mereka. Akhirnya karena terus-menerus didesak, Sangi pun terpaksa membuka rahasianya, melanggar larangan berat itu. Akibatnya, sedikit demi sedikit tubuhnya berubah rupa menjadi seekor ular raksasa. Perubahan ini dimulai dari kakinya. Sadar akan keadaan ini, Sangi menyalahkan keturunannya sebagai penyebab nasib buruk yang sedang menimpanya.

Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya, yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian di antara sesamanya. 

Sumber media: ceritarakyatnusantara.com
Sumber media: ceritarakyatnusantara.com

Sebelum Sangi menceburkan dirinya ke dalam Sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaga sungai, ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang disimpan di dalam satu guci Cina besar. Harta pusaka yang berupa kepingan-kepingan emas lalu disebarkannya ke dalam air sungai. Sambil melakukan hal itu ia pun mengucapkan kutukan yang berbunyi: 

"Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah aliran sungai ini, akan mati tak lama setelah itu. Sehingga hasil emas dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya."

Penduduk setempat percaya kisah ini pernah terjadi. Kepercayaan mereka itu diperkuat karena di daerah mereka ada anak Sungai Kahayan yang bernama Sungai Sangi. Menurut beberapa orang yang sering berlayar dengan biduk atau perahu bermotor, mereka pernah melihat seekor ular raksasa. Kepalanya saja berukuran sebesar drum minyak tanah. Ular raksasa itu mereka lihat berangin-angin di atas bungkah-bungkah batu sungai pada bulan purnama di musim kering.

Sampai saat kini, orang orang di sana tidak berani mendulang emas yang katannya sebesar biji labu kuning dan banyak terdapat di sana.

Dari cerita rakyat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, kita jangan terlalu ingin mengetahui rahasia orang. Apalagi sampai mendesak agar ia membuka rahasianya. Hal tersebut dapat merugikan orang itu dan mungkin juga akan merugikan diri sendiri.

Penulis: Regina Virza Rachmawati
X MIPA 3/SMAN 3 PANGKALAN BUN. 

Pangkalan Bun, 3 Maret 2021.

Daftar Pustaka:
MB. Rahimsyah, AR. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Penerbit RAHMA Banjarmasin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun