Pemuda siluman ular itu lalu menghibur Sangi dengan mengatakan bahwa nasib yang menimpa Sangi sebenarnya tidak terlalu buruk. Sebab, sejak kejadian itu ia bukan lagi makhluk yang dapat mati sehingga ia dapat mempertahankan kemudaannya dan usianya untuk selama-lamanya.
Demikianlah, Sangi terus berusaha agar rahasianya tidak diketahui orang, termasuk anggota keluarga dan kerabatnya sendiri dan anak cucunya. Dengan cara ini ia berhasil hidup mencapai umur 150 tahun. Akan tetapi, keadaan yang luar biasa menimbulkan rasa aneh pada keturunannya. Mereka ingin mengetahui rahasia kakeknya yang dapat berusia panjang dan tetap dapat mempertahankan kemudaannya.
Oleh karena itu, mereka mulai menghujani berbagai pertanyaan kepada kakek mereka. Akhirnya karena terus-menerus didesak, Sangi pun terpaksa membuka rahasianya, melanggar larangan berat itu. Akibatnya, sedikit demi sedikit tubuhnya berubah rupa menjadi seekor ular raksasa. Perubahan ini dimulai dari kakinya. Sadar akan keadaan ini, Sangi menyalahkan keturunannya sebagai penyebab nasib buruk yang sedang menimpanya.
Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya, yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian di antara sesamanya.Â
Sebelum Sangi menceburkan dirinya ke dalam Sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaga sungai, ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang disimpan di dalam satu guci Cina besar. Harta pusaka yang berupa kepingan-kepingan emas lalu disebarkannya ke dalam air sungai. Sambil melakukan hal itu ia pun mengucapkan kutukan yang berbunyi:Â
"Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah aliran sungai ini, akan mati tak lama setelah itu. Sehingga hasil emas dulangannya akan dipergunakan untuk mengupacarakan kematiannya."
Penduduk setempat percaya kisah ini pernah terjadi. Kepercayaan mereka itu diperkuat karena di daerah mereka ada anak Sungai Kahayan yang bernama Sungai Sangi. Menurut beberapa orang yang sering berlayar dengan biduk atau perahu bermotor, mereka pernah melihat seekor ular raksasa. Kepalanya saja berukuran sebesar drum minyak tanah. Ular raksasa itu mereka lihat berangin-angin di atas bungkah-bungkah batu sungai pada bulan purnama di musim kering.
Sampai saat kini, orang orang di sana tidak berani mendulang emas yang katannya sebesar biji labu kuning dan banyak terdapat di sana.
Dari cerita rakyat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, kita jangan terlalu ingin mengetahui rahasia orang. Apalagi sampai mendesak agar ia membuka rahasianya. Hal tersebut dapat merugikan orang itu dan mungkin juga akan merugikan diri sendiri.
Penulis: Regina Virza Rachmawati
X MIPA 3/SMAN 3 PANGKALAN BUN.Â
Pangkalan Bun, 3 Maret 2021.
Daftar Pustaka:
MB. Rahimsyah, AR. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Penerbit RAHMA Banjarmasin.