Kuliah Kerja Nyata Back to Village IIIÂ oleh Universitas Jember merupakan sebuah sistem kuliah nyata yang menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan untuk dipraktikkkan ke dunia masyarakat sebagai bentuk pengabdian kaitannya dalam pemberdayaan masyarakat. KKN Back to Village III dilakukan secara mandiri di desa masing-masing karena itu lah konsep 'Back to village' Â yang dimaksud. Hal ini dikarenakan maraknya virus Covid-19 yang semakin mewabah. Salah satu mahasiswa pelaksana KKNÂ Back to Village III Universitas Jember, bernama Regina Teja Pitaloka dari FISIP prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial memilih Desa Mimbaan Kecamatan Panji Situbondo sebagai desa sasaran dalam melakukan pengabdian.Â
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Timur yang dijuluki dengan "Bumi Sholawat Nariyah" yang juga terkenal dengan Kota Buah Mangga. Kabupaten Situbondo memiliki 17 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Panji. Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Panji, yaitu sebanyak 12 desa. "Saya memilih Desa Mimbaan karena dekat dengan rumah saya sesuai dengan konsep KKN Back to Village, jadi bisa lebih tahu dan lebih waspada terhadap penyebaran covid karena di lingkungan saya sendiri." Ungkap Regina sebagai pelaksana KKN.
Munculnya virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan China yang menyebabkan perubahan yang sangat besar dalam segala aspek, terutama pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menjadi tidak stabil khususnya pada sektor industri UMKM, yang mana para pekerja warung, toko kecil, pedagang asongan, pedagang di pasar, hingga pekerja lain yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian sangat terkena imbas akibat dari Virus tersebut. Salah satunya pedagang kecil jajanan tradisional di Situbondo.
Di Situbondo memiliki jajanan tradisional bernama cucur/kucur yang mana di Situbondo sendiri sekarang hanya sedikit yang menjual jajanan tradisonal tersebut. Salah satunya adalah penjual dan pembuat cucur milik Bapak Saleh. Dari dulu beliau menekuni menjual kucur di Situbondo, hingga penjualan terhambat akibat covid-19. Kurang pemasukan akibat dampak covid yang memiliki batasan jam penjualan dan masyarakat sekarang lebih beralih pada berbelanja online. Sehingga banyak masyarakat yang membeli cemilan modern yang membuat jajanan tradisional ini menjadi semakin langka.Â
Permasalahannya juga terletak pada kemasan dan label produk yang dijual. Kucur yang dijual pengemasannya hanya berupa kresek yang diberi alas kertas di dalamnya. Di dalam produk juga tidak terdapat informasi yang jelas mengenai produk, yang mana hal ini juga merupakan salah satu aspek pemasaran yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan penjualan. "Saya memiliki proker untuk meningkatkan penjualan kucur Bapak Saleh dengan melakukan beberapa inovasi agar kue cucur tidak kalah saing dengan cemilan modern lainnya." Ungkap Regina yang secara tertarik menjelaskan.
Regina telah melakukan setengah perjalan program kerja yang disusun. Dikatakannya bahwa pada minggu ke-3 ini telah dilaksanakan pelatihan penggunaan aplikasi online sebagai media promosi kue kucur Bapak Saleh. Adapun aplikasi yang telah dibuat dan digunakan adalah Instagram, Facebook, dan aplikasi ojek online yang memudahkan pelanggan membeli tanpa keluar rumah. "Baru sehari saya membuat akun bersama anak Bapak Saleh yang akan membantu dalam pemasaran kue kucur, sudah ada beberapa yang memesan lewat instagram, padahal tampilan instagram masih belum kami tata rapi agar menarik pelanggan. InsyaAllah peluangnya besar untuk meningkatkan penjualan jajanan tradisonal milik Bapak Saleh." Ungkap Regina sebagai salah satu pelaksana KKN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H