Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau yang didalamnya terdapat jutaan penduduk dan juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Indonesia juga termasuk negara berkembang bersama negara negara asia lainnya. Namun apakah negara berkembang cocok untuk Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alamnya yang sangat melimpah? Ada beberapa faktor yang menjadikan indonesia sebagai negara berkembang, salah satunya yaitu pendapatan perkapita penduduk indonesia termasuk dalam kategori menengah kebawah. Oleh karena itu hingga kini Indonesia masih menjadi negara yang berkembang. Faktor lainnya adalah angka pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi.
Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini memiliki masalah yang cukup serius. Pasalnya sekarang tak hanya di Indonesia namun seluruh dunia dihebohkan dengan penyakit menular yang sangat mematikan yang dikenal dengan virus covid-19. Penyakit ini masuk ke Indonesia pertama kali pada Maret 2020 tahun lalu, dan masih berkelanjutan sampai saat ini hingga bisa dikatakan pandemi. Seluruh komponen mengalami dampak akibat pandemi yang tidak tahu kapan akan berakhir. Seiring dengan penyebaran virus covid-19 ini pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan-kebijakan yang dapat mencegah penularan virus covid-19.
Kebijakan yang dibuat Pemerintah antara lain lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan hingga saat ini. Namun meski sudah diberlakukan beberapa kebijakan tersebut, angka kasus covid-19 masih terus bertambah entah apa yang salah. Kebijakan itu memberi dampak pada masyarakat khususnya pelaku bisnis di Indonesia karena lumpuhnya perekonomian di Indonesia. Tak sedikit juga karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat tidak adanya pemasukan dari perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa membayar upah.
Sudah lebih dari setahun pandemi covid-19 masih terus menyerang penduduk Indonesia tanpa henti. Hal ini menyebabkan kerugian atau dampak pada segala bidang sektor yang sangat serius, tak terkecuali pada sektor ekonomi. Sektor ekonomi di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis akibat pandemi covid-19, yakni mengalami gelombang penyusutan pada pelaku bisnis akan pemasukan keuangan. Permasalahan yang sering terjadi adalah penurunan tingkat penjualan karena banyaknya konsumen yang meminimalisir pengeluaran untuk bertahan hidup. Oleh karena itu pelaku bisnis di Indonesia dituntut untuk menjadi kreatif dalam menarik konsumen dengan cara yang unik.
Saat ini Indonesia dihadapkan dengan berbagai permasalahan ekonomi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya usaha yang gulung tikar ditengah masyarakat akibat penurunan konsumen yang sangat drastis. Tak hanya perusahaan besar yang mengalami kerugian, namun Usaha Mikro Kebawah Menengah (UMKM) juga mengalami hal yang sama. Mereka mengalami penurunan omzet yang dapat menghambat mereka untuk melakukan produksi. Dan berbagai permasalahan lain yang dihadapi pelaku UMKM, berikut akan saya bahas permasalahan yang dihadapi pelaku usaha UMKM dengan narasumber saya Ibu Mila.
Di salah satu sudut Kota Malang, terdapat warung yang menyediakan berbagai macam minuman dan makanan ringan yang dikenal dengan nama Warung Bu Mila. Letak warung Bu Mila ini cukup strategis, karena berada di dekat sekolah dasar dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. “Sebelum pandemi warung ini selalu dipenuhi oleh anak anak yang ingin membeli makan dan minum atau bahkan hanya sekadar meminta air putih” Terang Ibu Mila selaku penjual es. Ketika bel istirahat, anak anak itu berbondong bondong untuk meghilangkan dahaga dengan membeli es disini. Bahkan tak jarang orang orang rela berjalan jauh hanya untuk membeli makanan disini.
Hal yang menarik dari warung ini adalah, setiap hari menu yang disajikan berbeda beda. Karena rata rata yang membeli anak-anak, Bu Mila mencoba untuk menyajikan menu yang beda setiap hari agar anak-anak tidak bosan. “Jadi setiap hari saya mencoba membuat jajanan baru untuk dijual kepada anak-anak disini supaya mereka tidak bosan, dan alhamdulillah mereka senang dengan jajanan yang saya bikin”. Harga yang dipatok juga termasuk terjangkau yaitu berkisar Rp. 1000 - Rp. 4000 saja, karena Ibu Mila ingin menyesuaikan budget dengan uang saku anak-anak.
Namun dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, yaitu PSBB sekolah diliburkan dan dilakukan di rumah saja. Sehingga hal itu membuat warung Bu Mila menjadi sepi. "Pas pemerintah memberlakukan kebijakan itu, warung jadi sepi karena biasanya disini ramai dengan anak sekolah tetapi sekarang mereka harus belajar dari rumah". Tetapi Bu Mila tidak menyerah begitu saja, beliau memikirkan cara bagaimana warungnya tetap ramai pelanggan. "Yaa.. setiap hari ada aja yang beli, cuma tidak seramai pas anak sekolah masuk. Saya juga masih berusaha membuat jajanan yang sekiranya bisa dinikmati untuk semua kalangan, contohnya kentang goreng, cimol, cilor, papeda, gurita sosis, cilok tahu, dan masih banyak lagi. Alhamdulilah warung nya jadi mulai ramai pelanggan lagi dan perlahan lahan bisa mengembalikan perekonomian keluarga".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H