Menelusuri ragam kuliner di Yogyakarta merupakan sebuah petualangan kuliner yang tak terlupakan. Meskipun Gudeg telah menjadi primadona perkulineran Yogyakarta, namun keberagaman kuliner khas yang lain juga tidak kalah tenar. Salah satunya adalah Sate Ratu yang telah merajai lidah pecinta kuliner.Â
Sate ini telah viral dan informasi tentang Sate Ratu berlalu lalang di media sosial terutama Tiktok. Rumah makan sate ini tidak memiliki cabang dan hanya ada di Jl. Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.Â
Apabila ditempuh dari Kampus UGM berjarak kurang lebih 4.7 km dengan waktu tempuh 12 menit. Fakta uniknya sate ini memiliki jadwal operasional yang berbeda dari rumah makan lainnya, yaitu tidak melayani pelanggan di hari Minggu. Jam operasionalnya mulai dari pukul 11.00 WIB dan close order di pukul 21.00 WIB.Â
Saat malam tiba, saya berniat untuk pergi menyantap Sate yang kini menjadi ratu dari semua sate di Yogyakarta. Meskipun malam itu rintik hujan mulai turun, sama sekali tidak menghalangi niat saya untuk pergi menyantap Sate Ratu.Â
Dari situ, saya berpikir dengan cuaca yang hujan pasti tidak perlu mengantri. Akan tetapi, saat saya tiba disana pukul 20.09 pikiran saya tadi dipatahkan oleh mata yang melihat kenyataan bahwa sate ini tetap ramai pengunjung. Bahkan hingga waiting list, padahal waktu makan di rumah makan tersebut untuk mencicipi sebuah karya fenomenal ini hanya tersisa 1 jam 30 menit.Â
Ketika melihat suasana disana langsung terlihat sumringah dari para pegawai. Bahkan di area parkir petugas di sana membantu memposisikan kendaraan saya dengan penuh tanggung jawab. Beliau sama sekali tidak membiarkan para pelanggan kebingungan mencari tempat. Area parkiran yang tersedia juga dapat dibilang cukup luas untuk menampung banyak kendaraan.Â
Setelah parkir, saya menuju ke lokasi pemesanan sate. Â Saya sendiri baru pertama kali ke Sate Ratu dan tidak tau cara memesan. Di awal sebelum masuk sudah terlihat papan peringatan yang menjelaskan bahwa rumah makan sate ini tidak cocok untuk pengunjung yang membawa rombongan terlalu banyak.Â
Kemudian saya langsung dihadapkan dengan pegawai yang sangat ramah dan berseragam rapi dilengkapi dengan alat komunikasi Handy Talkie (HT) yang memberikan penjelasan tentang menu, jam makan yang tersisa, dan sistem pelayanan di Sate Ratu tersebut.Â
Kemudian saya memesan 2 porsi Sate Ratu dan 2 porsi nasi putih. Namun saya tidak bisa langsung menuju ke meja karena harus menunggu antrian  meja yang kosong. Ketika saya menunggu sudah mulai tercium aroma yang sangat lezat membuat perut semakin tergoncang.
Setelah saya memesan dan menunggu sekitar 15 menit giliran pun tiba. Ada hal menarik lain yang saya temukan untuk cara memesan minuman. Minuman sudah tersedia di display setelah pintu masuk awal dan pelanggan bisa memilih minumannya sendiri yang telah tersedia.Â
Jujur, ini merupakan cara unik yang diterapkan oleh Sate Ratu karena dapat langsung minum dan menghilangkan rasa haus konsumen ketika menunggu datangnya kenikmatan Sate Ratu.Â
Suasana di Sate Ratu tidak akan pernah sepi dari pelanggan atau wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Terlihat bahwa hampir semua meja terisi penuh, karena waktu sudah menunjukkan pukul 20.55 sehingga sudah banyak pelanggan yang pergi.Â
Rumah makan Sate Ratu memiliki 2 lantai dengan suasana yang berbeda. Di sebelah kiri merupakan gambaran suasana di lantai 1, perbedaannya terlihat dengan di dinding yang menunjukkan sejarah perjalanan Sate Ratu hingga terkenal sampai sekarang.Â
Tertulis juga bahwa Sate Ratu telah memiliki pelanggan sebanyak 85 negara dan foto beberapa orang terkenal yang pernah makan di Sate Ratu. Sedangkan di lantai 2 lebih menonjolkan situasi yang terbuka.Â
Saat sajian pertama tiba di meja, mata saya langsung terperangah melihat daging sate yang begitu menggoda dengan warnanya yang merah. Potongan daging yang besar dan juicy memancarkan kelezatan.Â
Begitu masuk mulut, tekstur lembut dari daging ayamnya sangat menggoyangkan lidah dan rasanya yang pedas manis menambah sensasi nikmatnya sate ini. Rasa rempah yang meresap dalam dagingnya membuat setiap gigitan semakin menggairahkan.Â
Saat menikmati hidangan Sate Ratu terdengar suara obrolan meriah dari para pengunjung yang berkumpul di rumah makan menambah kesan yang ramah. Sate Ratu bukan hanya sekadar tempat makan. Ini adalah warisan kuliner yang dijaga dengan hati dan kualitas tinggi. Setiap potongan daging dipilih dengan teliti, dan bumbu rempahnya adalah rahasia turun-temurun yang membuat Sate Ratu tetap menjadi yang terbaik.Â
Tips and trick yang dapat saya berikan apabila ingin menikmati Sate Ratu dengan hemat :Â
Karena makanan ini sudah sangat terkenal, dan jangkauan pelanggannya sudah sangat luas, maka harga makanan ini untuk anak kost seperti saya bisa digolongkan cukup mahal.Â
Dengan satu porsi berisi 5 tusuk sate ada di harga Rp 30.000 belum termasuk nasi dan minum. Nasi sendiri seharga Rp 6.000 dan minuman kemasan Rp 8.000. Maka sangat disarankan pengunjung yang datang mengambil promo dengan mengunggah makanan di Sate Ratu dan memberikan tag sate ratu dalam story tersebut, maka akan gratis nasi dan minuman. Ini sangat menguntungkan untuk pengunjung yang memiliki budget pas pasan namun tetap ingin merasakan lezatnya Sate Ratu.Â
Setelah meninggalkan Sate Ratu, saya merasa bahwa ini bukan sekadar perut yang kenyang, melainkan hati yang penuh dengan kenangan kuliner yang tak terlupakan. Sate Ratu adalah ratu sejati dalam dunia sate di Yogyakarta, dan pengalaman ini adalah hadiah lezat yang patut saya bawa pulang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H