Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh masalah ekonomi dunia nyata dan masalah moneter di dalam negeri. Kedua masalah ekonomi tersebut menyebabkan inflasi di dalam negeri. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga komoditas di luar negeri menyebabkan inflasi impor. Sistem ekonomi terbuka adalah sistem di mana negara-negara berdagang dengan negara lain. Akibatnya, negara-negara yang memiliki sistem ekonomi terbuka lebih mungkin mengalami inflasi impor. Selain itu, inflasi harga barang ekspor dapat menular.
Inflasi disebabkan oleh surplus moneter- kelebihan pasokan mata uang di pasar. Ketika suatu negara mengalami inflasi, itu mencerminkan krisis keuangan. Hal ini karena pemerintah menggunakan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam hubungannya dengan pinjaman dan kegiatan ekonomi. Jika anggaran suatu negara mengalami defisit, mereka akan mencetak lebih banyak uang untuk membayar kembali hutang mereka yang kemudian akan menyebabkan inflasi di negara tersebut. permintaan yang lebih tinggi untuk barang atau jasa tertentu daripada penawaran yang tersedia menyebabkan inflasi tarikan biaya. Selain itu, peningkatan biaya produksi menyebabkan inflasi tarikan permintaan. Perubahan nilai tukar berdampak pada laju inflasi. Mereka juga merujuk pada nilai yang ditemukan di pasar luar negeri lainnya.
Dengan itu dampak inflasi terhadap ekonomi Indonesia akan terpengaruh, beberapa dampaknya yaitu, Menurunkan kesejahteraan masyarakat terutama yang memiliki penghasilan tetap. Karena inflasi, harga barang di pasar akan naik, sedangkan penghasilan masyarakat tidak berubah, oleh karena itu dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat karena daya beli masyarakat menjadi rendah. Distribusi pendapatan akan memburuk, Inflasi akan menguntungkan apabila tingkat pendapatan suatu negara lebih tinggi dibanding laju inflasinya namun secara umum, jumlah yang memperoleh keuntungan lebih sedikit dibanding mereka yang merugi Sebab itu, pembagian pendapatan masyarakat di suatu negara menjadi tidak rata atau berat sebelah.
Suku bunga akan meningkat lembaga-lembaga keuangan akan menerapkan suatu kebijakan untuk menambah tingkat suku bunga pinjaman agar tidak terjadi penurunan pada nilai mata uang namun di sisi lain, peningkatan bunga pinjaman akan menghambat pengembangan usaha karena dapat mengurangi minat investor untuk mengembangkan usahanya. Mendorong investasi spekulatif para investor cenderung akan menyimpan kekayaannya dalam bentuk investasi spekulatif, yakni dengan membeli barang-barang berharga yang akan lebih menguntungkan pada saat dijual nilai barang spekulatif tidak menurun karena kasus inflasi di suatu negara. Contohnya seperti tanah, emas, dan sebagainya. Distribusi barang tidak merata, distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi. Selain itu, distribusi juga akan menumpuk kepada masyarakat yang memiliki uang banyak.
(Regina pramestia, reginapramestia11@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Hukum Jambi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H