Jakarta---Diproyeksikan sekitar 2.500 sekolah di Indonesia akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2021/2022. Serangkaian penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri, menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami krisis dan defisit pembelajaran sejak lama. Masalah ini disebabkan oleh pandemi penyakit virus corona (COVID-19). Pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir telah memperburuk krisis tersebut dan membuat perbedaan pendidikan di Indonesia semakin besar. Banyak anak di Indonesia mengalami keterlambatan belajar dan kesulitan untuk menguasai keterampilan dasar ketika mereka menjadi siswa.
Pada masa pandemi COVID-19, Pemerintah telah menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus. Dalam situasi seperti ini, satuan pendidikan masih mengacu pada Kurikulum 2013 dan mengacu pada Kurikulum Darurat 2013 yang telah disederhanakan oleh pemerintah. Peraturan menteri menyebut kurikulum darurat sebagai ``kurikulum situasi khusus.'' Berdasarkan kenyataan bahwa kurikulum darurat mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertujuan untuk mengurangi keterlambatan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi yang sedang berlangsung dan membentuk pemulihan pembelajaran pilihan kebijakan kurikulum tahun 2022.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menerbitkan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, yang menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai Kurik ulum Nasional. "Dengan diterbitkannya Permendikbudristek Permendikbudristek ini, maka Kurikulum Merdeka resmi menjadi kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk seluruh sekolah di Indonesia," kata Anindito Aditomo, Direktur Jenderal Badan Evaluasi dan Standar Kurikulum Pendidikan (BSKAP) di Gedung A. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Pak Anindito juga mengatakan bahwa 20% institusi pendidikan masih belum beradaptasi dengan kurikulum nasional saat ini karena belum menggunakan Kurikulum Merdeka.
Masa transisi selama dua tahun, paling lambat tahun 2026 ke tahun 2027, direncanakan untuk penerapan kurikulum asli di daerah-daerah selain daerah terluar, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan. Ivan Shahrir, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, juga mengimbau pemerintah daerah (Pemuda) untuk memberikan dukungan melalui berbagai upaya, khususnya sekolah dan guru. Dalam menerapkan kurikulum mereka sendiri. Mendukung komunitas belajar. Kiki Yuriati, Direktur Jenderal Pelatihan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menambahkan, ini akan sangat memudahkan pelatihan vokasi, karena pada Sekolah bebas menggunakan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan mitra "Kurikulum Merdeka sederhana dan kami mendengarkan serta beradaptasi dengan industri yang kami layani," kata Kiki.
Tahapan Penerapan Kurikulum Merdeka Kurikulum
Kurikulum ini tidak dilaksanakan secara serentak dan dalam skala besar. Karena ini sejalan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memberikan kebebasan untuk lembaga pendidikan dalam penerapan kurikulumnya. Pada Program ini yang mendukung penerapan Kurikulum Merdeka (IKM) ini merupakan program Sekolah Mengemudi (SP) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Unggulan (SMK--PK), dimana Kemendikbudristek mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Kami menyediakan kurikulum (IKM). Kedua kegiatan ini memberikan  pengalaman yang baik terhadap penerapan KM, sehingga muatan pembelajaran  IKM di SP/SMK-PK dapat dikenal dengan baik dan dapat menjadi pembelajaran bagi satuan pengajaran lainnya. Hasil dari pendataan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Teknologi terhadap kesiapan satuan pendidikan dalam penerapan kurikulum ini jalur mandiri mendapat dukungan  baik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jalur mandiri dari Kemendikbud IKM. Best practice dan konten pembelajaran Kurikulum Belajar Mandiri Merdeka teridentifikasi dengan jelas dan menjadi fokus untuk dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan saling memberikan dan berbagi praktik terbaik dan metode pembelajaran, SP/SMK-PK yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka akan membangun jaringan dukungan antar guru dan tenaga kependidikan, serta akan berbagi konten pembelajaran dan praktik terbaik Kurikulum Merdeka kepada masing-masing pihak lainnya dapat dibagikan secara luas.Pengertian pada Kurikulum Merdeka ini adalah sebagai kurikulum yang lebih fleksibel yang berfokus pada konten esensial dan juga untuk mengembangkan karakter dan keterampilan pada siswa. Pada Kurikulum Merdeka ini mempunyai ciri-ciri antara lain:
- Pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan halus dan kepribadian sesuai profil siswa Pancasila
 - Memastikan kecukupan waktu untuk pembelajaran mendalam untuk menyampaikan pelajaran yang berdiferensiasi sesuai kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan konteks dan muatan local
Kurikulum Merdeka ini juga mempunyai tiga komponen utama yang pertama Memberikan prinsip-prinsip pembelajaran, Kedua Pembelajaran in-kurikuler akan dilaksanakan, dan terakhir Belajar dengan cara berbeda yang memungkinkan siswa memperdalam konsep dan memperkuat keterampilan. Pembelajaran ekstra kurikuler, sebuah proyek untuk meningkatkan profil pembelajaran Pancasila. Pembelajaran ekstra kurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat siswa dan sumber daya satuan pendidikan.
Dengan perubahan Kurikulum Merdeka ini, siswa di berbagai tingkat sekolah merasakan manfaat kurikulum tersebut. Karena siswa bisa meningkatkan Soft Skill dan mengembangkan bakat Siswa atas kemauan Siswa itu sendiri. Namun mungkin juga terdapat perbedaan pada setiap jenjangnya, seperti SD, SMP, dan SMA.
Implementasi Kurikulum Merdeka Jenjang SD
Penerapan Kurikulum Merdeka pada tingkat sekolah dasar merupakan awal pembelajaran untuk memperoleh ilmu baru tentang berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah diketahui, Sekolah dasar (SD) mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengajaran yang terbaik. Kurikulum Merdeka pada tingkat SD/MI merupakan perangkat berbasis teknologi yang mempunyai dampak signifikan terhadap mutu pendidikan. Konsep Kurikulum Merdeka ini juga mencakup keterampilan seperti membaca, pengetahuan, sikap, dan watak yang akan memungkinkan siswa berpikir dengan mandiri dan memanfaatkan pengetahuannya semaksimal mungkin. "Menurut saya, Kurikulum Merdeka memberi kita kesempatan untuk belajar lebih leluasa dan sesuai minat kita," kata salah satu siswa kelas lima yang saya temui. Â
Kurikulum Merdeka ini termasuk inovatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa nya, serta tidak akan menimbulkan kesulitan pada siswa yang akan menjalani nya. Lingkungan belajar yang nyaman dan ideal, nyaman bagi guru dan siswa. Selain itu, kurikulum ini juga memadukan literasi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai pemanfaatan teknologi di tingkat SD/MI. Oleh sebab itu, guru juga memerlukan strategi untuk menerapkan kurikulum ini dengan berbasis projek. Strategi berbasis projek ini membantu siswa sekolah dasar memahami minat dan bakat mereka sekaligus mengembangkan kepribadian kreatif dan berdampak pada kehidupan mereka. Siswa kelas lima ini mengatakan, ``Setelah mengikuti kurikulum Merdeka, saya menjadi lebih aktif dalam belajar". Karena adanya kurikulum ini mengharuskan kita untuk turut aktif dalam pembelajaran ini, terlebih ada proyek yang harus di kerjakan karena itu membutuhkan kerja sama dalam tim.
Implementasi Kurikulum Merdeka Jenjang SMP
Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Kurikulum Merdeka ini juga diterapkan, kurikulum ini merupakan jenis pembelajaran di sekolah, dengan konten yang lebih optimal dengan jangka waktu yang cukup untuk siswa memungkinkan untuk siswa mengeksplorasi konsep dan memperkuat keterampilannya. Dari uraian di atas terlihat bahwa kurikulum pembelajaran khas SMP merupakan kurikulum baru yang menggabungkan berbagai pembelajaran yang ada di sekolah. Untuk sekolah menengah, struktur kurikulum belajar mandiri di jenjang ini dibagi menjadi Fase Tahap D untuk kelas VII, VII, dan IX, dan kegiatannya dibagi menjadi dua jenis:
- Pembelajaran in kurikuler adalah kelas tatap muka yang berdasarkan jadwal.
- Isi pelajaran yang terstruktur dan mendasar yang harus diikuti oleh seluruh siswa di kelas
- Pembelajaran ekstra kurikuler merupakan pembelajaran berbasis proyek untuk mencapai profil siswa Pancasila dengan total komitmen waktu 25% per tahun.
Penyelenggaraan kelas ekstrakurikuler bersifat fleksibel baik isi maupun waktunya. Dalam wawancara dengan salah satu siswa yang memberikan masukan terhadap penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya, Nadifa mengatakan "Kurikulum Merdeka memberi saya kesempatan  untuk mengeksplorasi minat belajar, sehingga saya dapat mengembangkan karakter dan semangat yang baik." Berdasarkan jawaban yang saya terima, kurikulum yang unik dapat membangun karakter yang baik dan juga dapat memenuhi minat siswa. Nadifa sendiri merasakan dampak dari kurikulum Merdeka ini Nadifa mengatakan``memberikan banyak tugas dan nilai." Salah satu keluh kesah Nadifa adalah program Proyek Profil Pelajar Pancasila yang mengharuskannya akti dalam pembelajaran sehingga mengharuskan aktif serta juga banyak projek yang di lakukan itu membuat tugas menjadi banyak, itu salah satu keluhan Nadifa.
Hal ini disebabkan karena proyek pembelajaran seringkali dilakukan secara berkelompok. Namun di sisi lain siswa tetap perlu berinteraksi dengan teman sebayanya agar dapat bekerja sama sehingga dapat membuat siswa lebih aktif. Â Hal ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu dampak positif dari kurikulum mandiri. Tetapi melihat dari wawancara Bersama Nadifa juga ada dampak yang membuat siswa menjadi cepat Lelah karena banyak nya aktifitas yang di lakukan dan juga tugas yang banyak.
Implementasi Kurikulum Merdeka Jenjang SMA
Kurikulum Merdeka pada jenjang ini mungkin tidak jauh berbeda dengan jenjang sebelumnya. Pada jenjang ini Tahap fase E digunakan untuk murid Kelas X dan Tahap fase F digunakan untuk murid Kelas XI dan XII. Lebih lanjut, kegiatan pada pembelajaran ini di jenjang pendidikan dibagi menjadi dua bidang, Pembelajaran in-kurikuler dan Proyek penguatan profil siswa Pancasila yang menghabiskan 30% dari total pembelajaran tahunan. Dari segi mata pelajarannya sendiri, siswa kelas X wajib mengambil semua mata pelajaran yang ditawarkan oleh sekolah. Di kelas XI dan XII, siswa juga akan memilih mata pelajaran pilihan berdasarkan minat dan bakatnya.
Untuk memilih mata pelajaran alangkah baik nya perlu berkonsultasi dengan guru (BK). Sebab, pemilihan mata Pelajaran pilihan akan berdampak pada calon mahasiswa di masa depan, terutama jika mereka berencana untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, mata pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan program studi yang ingin dipilih siswa nantinya. Nafsan juga memberikan tanggapan pada kurikulum ini, ``Biasanya kalau belajar, kita lebih banyak mencari materi sendiri, presentasi, dan bekerja dalam kelompok Itu yang guna nya untuk kita lebih mandiri dan untuk merangkul teman-teman agar tidak merasa sendirian." Â Mengenai reaksi Nafsan mengenai implementasi di sekolahnya, Nafsan dan teman-temannya harus menyelesaikan banyak tugas kelompok dan projek, sehingga mereka harus aktif dan berinteraksi satu sama lain.
Nafsan juga menyampaikan bahwa P5 seperti membuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti membuat kursi dari sampah dan terkadang juga projek yang dilakukan itu bertema demokrasi. Pengaruhnya juga terasa pada keinginan untuk "tidak hanya mengambil pelajaran akademis ketika belajar, tetapi juga belajar nanti di Masyarakat." Dampak sangat dirasakan oleh Nafsan di Kurikulum Merdeka ini salah satunya berinteraksi dengan aktif dalam mengerjakan suatu projek dan membawa pengaruh positif untuk Nafsan ke lingkungan sekitar nya.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H