Memahami Empati Tentang Kajian Teori Martin Hoffman
Empati, kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain, merupakan elemen penting dalam kehidupan sosial manusia. Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan terkemuka, telah memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman kita tentang empati melalui teorinya yang komprehensif. Teori Hoffman tidak hanya menjelaskan bagaimana empati berkembang, tetapi juga mengidentifikasi berbagai jenis empati dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Tahapan Perkembangan Empati menurut Hoffman:
Hoffman mengidentifikasi beberapa tahapan perkembangan empati, yang diawali sejak bayi dan terus berkembang hingga dewasa. Tahapan ini bukan merupakan tahapan yang kaku dan terpisah, melainkan proses yang bertahap dan saling tumpang tindih.
Empati Global (Neonatal hingga 1 tahun): Pada tahap ini, bayi belum mampu membedakan antara diri sendiri dan orang lain. Mereka merespon emosi orang lain dengan cara yang mirip dengan merespon emosi mereka sendiri. Tangisan bayi lain dapat memicu tangisan bayi tersebut, bukan karena memahami perasaan bayi lain, melainkan karena merasakan ketidaknyamanan yang serupa.
Empati Egosenris (Usia Prasekolah, sekitar 2-6 tahun): Anak-anak pada tahap ini mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan yang berbeda dari mereka sendiri. Namun, pemahaman mereka masih egosentris, artinya mereka cenderung merespon emosi orang lain berdasarkan pengalaman dan perspektif mereka sendiri. Mereka mungkin menawarkan solusi yang akan membantu mereka sendiri dalam situasi yang sama, meskipun solusi tersebut tidak tepat bagi orang lain.
Empati untuk Perasaan Orang Lain (Usia Sekolah dan seterusnya): Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu mengambil perspektif orang lain dan memahami perasaan mereka secara lebih akurat. Mereka dapat membedakan antara perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain, dan merespon dengan cara yang lebih tepat dan empatik. Mereka mulai menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain.
Empati untuk Kondisi Orang Lain (Remaja dan Dewasa): Pada tahap ini, kemampuan empati semakin berkembang, mencakup pemahaman yang lebih kompleks tentang situasi dan konteks sosial. Mereka mampu memahami perasaan orang lain bahkan jika mereka belum pernah mengalami situasi yang sama. Mereka juga dapat merasakan empati untuk kelompok sosial yang lebih luas, seperti masyarakat atau kelompok minoritas.
Jenis-jenis Empati menurut Hoffman:
Hoffman juga membedakan beberapa jenis empati berdasarkan proses kognitif dan emosional yang terlibat:
Empati Afektif: Ini adalah respon emosional langsung terhadap emosi orang lain. Kita merasakan emosi yang sama dengan orang lain tanpa perlu memahami secara kognitif situasi mereka.
Empati Kognitif: Ini adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain secara intelektual, tanpa perlu merasakan emosi yang sama. Kita dapat memahami perasaan orang lain meskipun kita tidak mengalaminya sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati:
Beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan empati antara lain:
Pengasuhan: Orang tua yang responsif dan empatik akan membantu anak-anak mereka mengembangkan kemampuan empati.
Interaksi sosial: Interaksi sosial yang positif dan mendukung akan membantu anak-anak belajar memahami dan berbagi perasaan orang lain.
Pengalaman pribadi: Pengalaman pribadi yang melibatkan emosi yang kuat dapat meningkatkan kemampuan empati.
Kecerdasan sosial: Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif, berkorelasi positif dengan kemampuan empati.
Kesimpulan:
Teori empati Martin Hoffman memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami perkembangan dan jenis-jenis empati. Memahami tahapan dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan empati sangat penting untuk mempromosikan kemampuan empati pada anak-anak dan dewasa. Pengembangan empati merupakan elemen kunci dalam membangun hubungan yang sehat, memelihara kehidupan sosial yang harmonis, dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI