Mohon tunggu...
Regina and Literacy
Regina and Literacy Mohon Tunggu... Lainnya - Gerakan Literasi Sekolah

Perkenalkan, kami dari SMA Regina Caeli. Kami menggunakan wadah Kompasiana untuk menjadi platform kami dalam berliterasi, salah satunya dengan menulis. Tulisan-tulisan di website ini adalah karya peserta didik di SMA Regina Caeli dan telah terlebih dahulu dibaca dan di-edit oleh koordinator gerakan literasi SMA, yaitu Jenny Erfina Saragih. Terima kasih, sudah bersedia membaca dan berkomentar. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Indonesia Harus Menghargai Warisan Semangat Sumpah Pemuda Para Pahlawan Indonesia

24 Oktober 2022   15:57 Diperbarui: 24 Oktober 2022   16:08 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa Sumpah Pemuda menjadi salah satu momen penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda ini, diharapkan pemuda Indonesia dapat berkontribusi nyata untuk meningkatkan daya saing bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman, yang artinya berani mengambil risiko, untuk mewujudkan cita cita, berani mengambil hal hal yang mungkin berbeda dari sebelumnya, seperti semangat dari slogan ini, dare to be different!

      Sumpah pemuda adalah momen yang penting, yang menjadi titik balik, sebagai penyemangat persatuan bangsa khususnya kaum muda dalam rangka memberikan sumbangsihnya kepada negara tercinta, Indonesia, lewat karya nyata, kerja keras, dan berbagai usaha lainnya di era digital seperti saat ini. Bagi para pemuda dan pemudi Indonesia, mari bertumbuh dan berkomitmen menjadi pemuda yang kuat, pemuda yang peduli, dengan karakteristik kita masing masing.

      Di dalam Alkitab sendiri, kita diajak untuk memanfaatkan kemampuan kita bagi kepentingan bersama, seperti tertulis dalam Roma 12: 6-8 dikatakan, "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." 

      Dari ayat di atas kita diajarkan, bahwa jika kita diberikan sebuah karunia oleh Tuhan, maka marilah kita memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Tuhan memberikan karunia tersebut sebagai hadiah bagi kita, hadiah yang dapat kita manfaatkan demi membawa kontribusi positif bagi diri kita dan juga sekitar kita. Sama halnya dengan berkontribusi bagi negara tercinta kita, sebaiknya kita memanfaatkan suatu keahlian yang kita miliki. Contohnya jika seseorang berbakat untuk mengajar, maka akan sangat mulia jika ia berpartisipasi sebagai sukarelawan/ tenaga pengajar untuk mengajar di tempat -- tempat yang masih kurang adanya pendidikan yang memadai, termasuk sekolah dan tenaga pendidik. Inilah salah satu sikap yang mencerminkan apa yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 di alinea keempat yang berbunyi, "... mencerdaskan kehidupan bangsa ..."  

      Bagaimana dengan berbagai tantangan nyata di era globalisasi saat ini? Tentu saja sangat banyak. Berbagai bidang kehidupan semakin kompleks karena adanya teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi yang membawa pengaruh terhadap berbagai nilai dan wawasan masyarakat internasional. Tantangan globalisasi yang mendasar dan akan dihadapi oleh para pemuda-pemudi generasi Indonesia, antara lain: (Pertama) sikap Individualisme. Akan banyak orang di masa depan yang hanya akan mengandalkan kekuatan dan kemampuan mereka sendiri. Mereka akan merasa tidak membutuhkan orang lain. Hal inilah yang seharusnya dicegah untuk terjadi di masyarakat kita, sebagai makhluk sosial, kita seharusnya selalu mengingat, bahwa kita akan selalu membutuhkan orang lain. 

      (Kedua) kurangnya apresiasi generasi muda. Sudah banyak contoh-contoh hilangnya apresiasi generasi muda untuk para pejuang Indonesia. Terlihat ketika mulai banyak generasi muda yang melupakan pahlawan-pahlawan mereka dengan tidak mau lagi mengenal perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh pahlawan Indonesia. Para pemuda-pemudi Indonesia saat ini kadang merasa lebih bangga dengan mengetahui tokoh-tokoh fiksi pahlawan yang berasal dari luar negeri, seperti yang difilmkan oleh Marvel Studios contohnya. Selain itu, banyak generasi muda yang mulai lebih menerima kebudayaan dari luar negeri secara tanpa saringan dan menganggap budaya sendiri sebagai produk tertinggal, contohnya dengan mengikuti cara berbicara dan berpakaian bangsa lain. Bahkan ketika berbelanja pun, kita lebih bangga menggunakan barang-barang dengan merek luar negeri. Sesuatu yang sudah sangat harus dikhawatirkan, bukan? 

      Apabila hal ini terus terjadi, maka akan pudarlah hal-hal yang telah ditinggalkan para pejuang bagi kita, lama-kelamaan segala hal yang berbau Indonesia alam dilupakan dan menghilangkan rasa cinta kita terhadap tanah air kita. (Ketiga) keterbukaan yang lebih tinggi, yaitu tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan, pemerintah yang lebih mengendapkan pendekatan dialogis, demokratis, supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

      Maka dari itu, di era globalisasi ini, kita sebagai pemuda-pemudi Indonesia, haruslah senantiasa melestarikan segala hal yang telah diwariskan oleh para pejuang kita. Dengan semakin berkembangnya teknologi, kita seharusnya bisa lebih mengharumkan nama bangsa  kita dan meningkatkan kualitas/mutu sumber daya manusia terutama di bidang penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan membeli produk-produk hasil dalam negeri dan dengan berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah langkah-langkah yang bersesuaian dengan nilai-nilai Pancasila. Mari bertumbuh bersama! 

Ditulis oleh Rambu Raizza Kabunang (Kelas XII Socrates SMA Regina Caeli)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun