Mohon tunggu...
Regina putridewi
Regina putridewi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Assallammualikum wr, wb Halo teman - teman semuanya, Perkenalkan saya Regina putri dewi dengan NPM 202215500137 Saya merupakan seorang mahasiswa aktif di Universitas Indraprasta PGRI, selain itu saya juga seorang pekerja di salah satu Kantor swasta. Hehe Tujuan saya menulis di Kompasiana ini untuk memenuhi Tugas tugas Kuliah sayaa Selamat membaca teman - teman :) Terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kota Tua Jakarta

4 Mei 2023   22:53 Diperbarui: 4 Mei 2023   22:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 1526 Sultan Demak mengirim Fatahillah untuk menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa di komunitas Hindu Pajajaran, setelah itu dinamai jayakarta kota ini memiliki luas hanya 15 hektar dan memiliki struktur kota pelabuhan tradisional Jawa. 

Kemudian 1619 Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menghancurkan Jakarta di bawah komando Jan Pieterszooncoen setahun kemudian Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati leluhur Batavieren bangsa Belanda. 

Kota ini berpusat di sekitar tepi timur yang sekarang menjadi Sungai Ciliwung. Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", yang terdiri dari etnis kreol yang berasal dari berbagai kelompok etnis yang tinggal di Batavia. Pada 1635 kota diperluas di tepi barat Kali Ciliwung di bekas reruntuhan Jayakarta. 

Kota ini bergaya Belanda-Eropa dengan benteng (Kasteel Batavia), tembok kota dan kanal. Kota ini dibagi menjadi blok-blok yang dapat dipisahkan  oleh kanal. Pembangunan kota Batavia selesai pada tahun 1650. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diubah menjadi Jakarta.

Kota Batavia selesai dibangun pada tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor Pusat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di India Timur. Saluran penuh dengan wabah penyakit tropis di dalam tembok kota karena sanitasi yang buruk. Setelah pandemi tahun 1835 dan 1870, kota ini mulai meluas ke selatan mendorong banyak orang dari kota yang sempit ke daerah Weltevreden (sekarang di sekitar alun-alun Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusatnya Administrasi Hindia Belanda 1942 selama pendudukan massal Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta.

Kota Tua Jakarta pada masa itu merupakan wilayah yang ramai dan maju. Beberapa bangunan bersejarah dibangun pada masa itu, antara lain Gereja Blenduk dan Katedral Jakarta. Kota Tua Jakarta juga menjadi pusat kegiatan budaya seperti pertunjukan wayang yang menjadi populer saat itu. Namun pada masa penjajahan Belanda, Kota Tua Jakarta juga menjadi tempat penahanan para tahanan. Kondisi penahanan di sini sangat buruk, sanitasi yang buruk, dan kepadatan yang berlebihan. Pasca kemerdekaan Indonesia, Kota Tua Jakarta tetap menjadi kawasan penting, namun kini dengan kepentingan yang berbeda. Banyak bangunan bersejarah yang masih ada hingga saat ini, namun kondisinya membutuhkan perawatan yang lebih baik.

Pada awal abad ke-17, Belanda datang ke tempat yang sekarang disebut Indonesia dan membangun sebuah benteng bernama Batavia di pantai utara pulau Jawa. Benteng ini dibangun untuk melindungi jalur perdagangan rempah-rempah antara Indonesia dan Belanda. Seiring berjalannya waktu, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan hidup. Belanda banyak membangun gedung-gedung megah di kota ini, antara lain balai kota, gereja dan bangunan lainnya, yang menjadi pusat bisnis dan pemerintahan Belanda di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, Kota Tua Jakarta juga menjadi pusat kegiatan budaya dan hiburan. Wayang, pertunjukan wayang tradisional Indonesia, menjadi sangat populer saat itu. Selain itu, Kota Tua Jakarta juga menjadi pusat kegiatan sosial budaya seperti kegiatan olah raga dan pertunjukan musik. Namun dibalik kemegahan kota ini, ada sisi lain dari sejarah kelam Kota Tua Jakarta. Sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan, Kota Tua Jakarta juga menjadi pusat perbudakan dan kolonialisme. Belanda memaksa banyak buruh Indonesia untuk bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Kota Tua Jakarta tetap menjadi kawasan penting dalam sejarah Indonesia. Namun, bangunan bersejarah di kawasan tersebut mulai mengalami kerusakan akibat terbengkalai dan kurang perawatan. Baru-baru ini, pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk mengembalikan Kota Tua Jakarta dan mengembalikannya ke kejayaannya sebagai salah satu situs sejarah terpenting Indonesia. Beberapa proyek pemugaran dan pembangunan telah dilakukan, antara lain pemugaran bangunan bersejarah serta pembangunan museum dan ruang pameran.

Kota Tua Jakarta saat ini menjadi tujuan wisata yang populer baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Wisatawan dapat menikmati keindahan bangunan bersejarah kota, mengunjungi museum dan ruang pameran, serta menikmati kegiatan budaya tradisional Indonesia seperti pertunjukan wayang. 

Singkatnya, Kota Tua Jakarta memiliki sejarah yang panjang dan rumit mulai dari zaman kolonial Belanda dan sebelumnya. Kawasan ini menjadi pusat bisnis dan pemerintahan Belanda di Indonesia dan juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan pada masanya. Meski alun-alun membutuhkan perawatan yang lebih baik, pemerintah Indonesia telah bekerja untuk mengembalikan Kota Tua Jakarta ke keadaan semula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun