Mohon tunggu...
Regina CherrylNathaniasuci
Regina CherrylNathaniasuci Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Salam kenal! Aku Regina Cherryl, mahasiswi semester dua Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Selain kuliah, kesibukan sehari-hariku ialah berorganisasi, latihan paduan suara, dan latihan menari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepuasan Diri yang Tak Berujung

26 Maret 2022   06:00 Diperbarui: 26 Maret 2022   06:20 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata Sultan dan Crazy Rich akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat netizen Indonesia. Konotasi dua kata tersebut disasarkan kepada selebriti yang memiliki kekayaan berlebih atau orang dengan harta berlimpah yang memiliki gaya hidup mewah. Biasanya, agar kekayaannya dapat diketahui dan diakui oleh khalayak, mereka sering membuat konten dan menyebarkannya di sosial media dengan maksud sebagai tempat pameran harta kekayaan, kesuksesan, dan konsumsi hiburan publik. Terbukti dari setiap saya membuka beranda sosial media, sering muncul konten dari para Crazy Rich, seperti saling berkunjung ke rumah mewah antara Si A dan Si C, membelikan mobil senilai sekian milyar sebagai hadiah ulang tahun Si B, dan memberi secara cuma-cuma uang senilai satu milyar ke Si D. Namun, dari publikasi konten tersebut, tidak semua netizen Indonesia memberikan tanggapan positif dan merasakan dampak baik untuk hidupnya. Artinya tidak semua orang terhibur atau parahnya malah terjerumus hal negatif dengan ekspetasi untuk bisa kaya seperti para Sultan atau Crazy Rich Indonesia tersebut.

Bagi saya fenomena diatas sangatlah runyam dan tidak patut mendapat pujian yang berlebih, dan tentang hal ini, saya menjadi ingat dengan salah satu video berjudul Atta, Raffi, Andre, Hentikanlah Pameran Kemewahan Ini melalui saluran YouTube CokroTV. Dari video itu saya sepakat dengan opini yang disampaikan oleh Pak Ade Armando bahwa konten tentang kekayaan tidak layak, sebab walaupun data dari BPS menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia semakin jaya dari tahun ke tahun, bila diperhatikan kembali, sekitar kita masih banyak orang belum sejahtera hidupnya, apalagi di masa pandemi yang harus serba hemat dan bisa bersaing untuk mempertahankan posisi di tempat kerja. Ini bisa jadi ancaman bagi kesatuan Indonesia, karena rakyat yang miskin dapat marah. Mereka merasa telah bekerja keras namun kondisi perekonomian mereka masih tetap sama, dan cemburu karena ada orang yang dapat dengan mudah memperoleh pemasukan dan menghamburkannya.

Sebenarnya, dari beberapa nama di video tersebut memiliki prestasi dan keahlian entertainment berkualitas di bidangnya, bahkan ada satu nama yang menjadi artis favorit saya karena melalui lawakannya saya selalu mendapat inspirasi ketika belajar. Tapi, sama seperti slogan dari Pak Ade, Video ini hanya untuk mereka yang punya logika. Bagi yang tidak punya logika, skip aja, hendaknya dalam menggemari seseorang kita harus tetap memiliki pikiran yang terbuka dengan tujuan agar bisa memberi kritik dan saran membangun dalam karir idola kita itu.

Pameran harta kekayaan mungkin masih dapat diterima sehat oleh khalayak agar tidak memberi dampak buruk dalam hidupnya. Namun, yang bahaya disini ialah bagaimana reaksi dan aksi yang dilakukan oleh netizen mengenai 'cara' Crazy Rich tersebut menggapai hartanya, tanpa terlihat secara jelas apa yang menjadi profesinya. Payahnya lagi bila sasaran Crazy Rich tersebut bukan hanya kalangan ekonomi lemah namun juga dari kalangan ekonomi tercukupi yang tergoda untuk memiliki harta berlimpah, sehingga memiliki dampak buruk bagi dirinya dan sekitar, bukan hanya dari aspek ekonomi melainkan juga dari aspek sosial. Bila sudah demikian, tidak hanya khalayak yang menjadi korban, Sang Crazy Rich pun akan menjadi korban dari apa yang menjadi pemasukannya selama ini dan dapat berakhir pada meja hijau.

Contoh yang sedang tren ialah kasus penipuan dan pencucian uang oleh Indra Kenz sebagai afiliator dari platform trading Binomo. Melalui sosial medianya, Indra Kenz selalu menjadi sorotan sebab dalam usia muda sudah menggapai sukses dan mampu untuk membeli barang mewah.

Selain kegiatan pamer harta di sosial media, Ia juga mempromosikan Binomo dan menyemangati pengikutnya untuk jangan menyerah hingga dapat sekaya dirinya dengan trading di Binomo, sehingga hal ini selalu nampak meyakinkan dan membuat orang percaya untuk mencobanya. Tanpa riset dan pemahaman utuh, para korban semakin tergoda dan asyik dengan Binomo sehingga tak disadari mereka sudah menyusahkan diri sendiri dan sekitar. Seperti rela menjual rumah, pinjam uang sebesar seratus juta, dan mengambil semua tabungannya untuk trading dengan harapan mendapat keuntungan lebih besar nan cepat. Diantara para korban tersebut, bila sudah mengerti bahwa mereka dirugikan, ada rasa malu untuk melapor ke pihak berwajib sebab merasa diri tak selektif dalam suatu informasi. Harta melayang, harga diripun hilang, sehingga malu akan mengadu ke siapa. Padahal, sesuai dengan video oleh Pak Denny Siregar berjudul Indra Kenz, Miskin Bangett... di saluran CokroTV, saya sepakat bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Indra itu jahat sebab dia telah menipu orang banyak. Melalui laporan ini, hidupnya jadi berubah dan termakan oleh slogan serta gagasannya sendiri, yang awalnya punya slogan Murah Banget menjadi berada di gagasan Miskin Itu Privilege yang mungkin bagi beberapa orang dan saya sendiri kata-kata ini terdengar menyebalkan, apalagi sambil melihat raut wajah dan nada bicara Indra Kenz.

Manusia memang tak ada puasnya dalam harta dan kekuasaan, namun hendaknya ini dijadikan pelajaran bahwa apa yang kamu kejar dapat menyusahkan diri dan sekitar. Awalnya mungkin nikmat tapi lama-lama menjadi merosot malu. Bila ingin memiliki pendapatan pasif di bidang trading serta investasi jangan lupa untuk cek kembali apakah sudah diverifikasi oleh pemerintah, seperti OJK. Kemudian kepakkan sayap juga melalui minat dan bakat kita, seperti menyanyi atau menari, dan dari skill serta ilmu akademik yang sudap didapat selama sekolah serta kuliah.

Dear Indra, mungkin kalau kamu serius mengembangkan bakat di bidang tarik suara, jalan cerah terbuka untukmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun