Mohon tunggu...
regina sukma
regina sukma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat membaca

halo, saya membuat ini karena ada tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KH Hasyim Asy'ari, Tokoh Islam yang Berpengaruh terhadap Lahirnya Hari Santri

22 Oktober 2021   00:24 Diperbarui: 22 Oktober 2021   00:30 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo semuanya, bertepatan dengan hari santri nasional saya akan berbagi sedikitnya kisah tokoh islam yang berpengaruh terhadap lahirnya hari santri dan sifat teladan beliau yang patut kita contoh. 

KH Hasyim Asy'ari merupakan putra dari pasangan Kyai Asy'ari dan Nyai Halimah yang lahir pada tanggal 14 Februari 1871 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau dibesarkan di lingkungan yang begitu kental dengan agama islam karena ayahnya merupakan seorang pemimpin pondok pesantren di Kota Jombang. 

Sejak umur 15 beliau sudah berkelana menimba ilmu di beberapa pesantren dan dipercaya oleh ayahnya untuk membantu mengajar para santri. Sebagai seseorang yang haus akan ilmu, beliau bahkan tak segan pergi ke Kota Mekah untuk mempelajari ilmu agama islam ke beberapa guru yang ada disana seperti Syekh Ahmad Khatib Minagkabau, Syekh Mahfudh At Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah dan sebagainya. 

Semangat beliau dalam menimba ilmu tidak perlu diragukan lagi lantaran itulah yang menjadikan beliau terkenal dengan kecerdasan dan keilmuannya yang tinggi. Beliau juga merupakan orang yang disegani dan sangat berpengaruh di kalangan para ulama besar karena ilmu hadits yang beliau miliki. 

Hingga pada tahun 1926 KH Hasyim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa terbentuknya organisasi islam terbesar di Indonesia yang disebut Nahdlatul Ulama (NU). NU merupakan perwujudan kebangkitan ulama atau cendekiawan islam karena pada saat itu mereka sedang melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. 

Tentu tak mudah bagi KH Hasyim Asy'ari untuk merealisasikan pemikiran tersebut karena sempat terhambat oleh satu dan lain hal, tetapi berkat gurunya beliau memantapkan hatinya untuk segera membentuk organisasi tersebut bersama ulama besar yang lain. 

Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk menegakkan ajaran agama islam yang menganut ajaran ahlussunnah wal jamaah (aswaja) dalam kehidupan masyarakat. NU juga memiliki peran penting terhadap perjuangan para santri dengan KH Hasyim Asy'ari yang menjadi sentral perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Dimulai dengan KH Hasyim yang mencetuskan salah satu gerakan yaitu Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama pada Oktober 1945. Adanya gerakan ini karena beliau berpikir bahwa perjuangan Indonesia belum selesai sampai disitu (17 Agustus 1945 sejak dideklarasikan proklamasi). 

Dan terbukti dengan adanya kedatangan Tentara Inggris yang dipimpin oleh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby yang digadang gadang akan melakukan Agresi Militer Belanda II. Gerakan tersebut tentu saja tak lepas dari peran para santri yang ada dibawah naungan organisasi tersebut.

Gerakan Resolusi Jihad yang pelopori oleh KH hasyim Asy'ari ini memiliki fatwa atau butir butir yang ditulis dalam biografi beliau. Butir yang pertama berbunyi kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan. Butir yang kedua berbunyi Republik Indonesia merupakan pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. 

Butir yang ketiga berbunyi musuh Indonesia adalah Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris dan akan menggunakan cara politik dan militer untuk kembali menjajah negara Indonesia. Butir keempat berbunyi umat islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah dan sekutu yang akan kembali untuk menjajah Indonesia. 

Dan butir yang terakhir berbunyi kewajiban ini merupakan jihad bagi setiap muslim yang berada di radius 94 kilometer, sedangkan mereka yang berada jauh diluar radius harus membantu secara material kepada mereka yang berjuang.

Butir butir tersebut mampu membuat sebagian umat muslim terutama para santri bergerak untuk jihad melawan penjajah. Sehingga pada tanggal 22 Oktober KH Hasyim Asy'ari berhasil mengumpulkan beberapa pentolan Kyai dan melakukan pertemuan di Kantor PBNU, Bubutan, Surabaya. Setelah melakukan pertemuan tersebut mereka mulai bergerak melawan penjajah. 

Perlawan mereka kemudian menyebar ke berbagai daerah dengan gigih tanpa ada rasa takut sedikit pun. Mereka meyakini bahwa ini merupakan perang suci yang dilakukan untuk menjaga dan melindungi Indonesia dari jajahan Belanda. Mereka juga berperan dalam Pertempuran 10 November yang terjadi di Surabaya. 

Berkat perlawanan yang mereka lakukan ini, dikeluarkannya Keppres No. 22 Th 2015 yang menetapkan bahwa 22 Oktober diperingati sebagi Hari Santri Nasional. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengenang dan menghormati kaum santri, dan jamaah NU yang ikut andil dan memiliki pengaruh besar untuk melawan penjajah.

Setelah kita tahu bahwa umat muslim terutama para santri memiliki peran besar terhadap kemerdekaan Indonesia, tentu ada pelajaran yang dapat kita ambil. Kita patut mencontoh sikap KH HAsyim Asy'ari yang haus akan ilmu, dan perjuangan beliau yang begitu gigih melawan penjajah. 

Kita sebagai generasi muda kita patut meneladani apa yang dilakukan beliau dan para santri walaupun bukan dengan cara berperang. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu menghadapi paham yang menggangu eksistensi dan ideologi negara yang sudah ditetapkan. Selain harus menguasai ilmu agama, santri juga dapat ikut andil dalam  memajukan Indonesia dan menajalankan perannya diberbagai sektor pemerintahan.  

Mengingat bahwa santri bukan hanya yang bersarung, tertutup, dan berada di pondok pesantren, tetapi mereka yang ingin belajar karena sejatinya santri erat kaitannya dengan pelajar. Pada dasarnya santri mempunyai 4 prinsip yaitu, mengamalkan ajaran ayat suci Al Quran, membangun karakter yang berbudi pekerti, mengasah keahlian dengan ilmu pengetahuan, dan mengembangkan kearifan serta kebijaksanaan. Sebagai seorang santri harus pintar memilah apa yang baik sehingga dapat diserap dan diamalkan bukan malah menjerumuskan kita kedalam hal yang melanggar norma.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun