Mohon tunggu...
Rendra Regen Rais
Rendra Regen Rais Mohon Tunggu... lainnya -

Katanya: "Biographical Info tidak boleh kosong"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Sosis dan ISIS

11 Agustus 2014   17:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:50 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang.. Orang kampung seperti saya baru saja kenal dengan apa yang namanya sosis. Makan sosis pun boleh dikatakan hanya baru-baru ini saja. Semenjak sering kali melihat iklannya yang masif  di banyak stasiun televisi. Lalu tidak berapa lama kemudian dijual di warung-warung sekitaran rumah termasuk oleh ibu yang jualan sayur keliling, sosis didalam toples dijual eceran, Rp.500.- per batang..

Kesan pertama memakannya, tidak begitu istimewa. Rasa adonan tepung bercampur rasa daging ayam, ikan atau sapi (saya lupa rasa yang mana yang saya cicip duluan). Waktu itu saya malah berfikir "kok  adonan tepung seperti ini dibilang enak ya?". Saban hari melihat di televisi selalu saja dibilang "Sosis Enak.. Sosis Sehat.. Sosis Bergizi" mungkin sudah ratusan mungkin ribuan kali kata-kata itu didengar oleh kuping saya. Entah itu menjadi sugesti dikemudian hari, kalau saat ini saya ditanya "Sosis itu enak apa tidak?" mungkin saya punya jawaban "Jika dimakan pada kondisi dan pasangan yang pas, sosis itu uenak sekali" he hehehe, rupanya dulu tak kenal maka tak sayang. Tapi apa iya sosis yang diiklan itu sehat dan bergizi? Wallahua'lam.

Dari cerita sosis di atas keyword yang saya dapat adalah: Sosis, Ayam, Daging, Enak, Sehat, Bergizi

Nah baru-baru ini muncul pula ISIS. Setiap buka laman situs berita, tidak satupun yang tidak membicarakan ISIS. Walaupun  sebelum diberikan secara masif, saya sudah sedikit mengenal organinsasi ini. Bahkan sempat mengenal orang-orang yang "beraviliasi" dengan gerakan ini. Baik di alam nyata maupun sekedar berdiskusi di dunia maya. Baik setuju dalam beberapa hal namun juga bersebrangan pendapat dalam hal yang lain. Terutama dalam hal menggunakan "kekerasan" dalam upaya mendirikan Daulah Islam.

Jika mengamati pemberitaan pada umumnya di Indonesia mengenai isu ISIS  rada mirip dengan iklan sosis. Bedanya, dalam hal ini pesan yang ditangkap bahwa ISIS itu adalah sebuah gerakan notabene dalam Implementasi  Syariat Islam. Sesuai pula dengan isu terrorisme sebagaimana selama ini telah dikampanyekan. Sebuah kelompok yang telah mendeklarasikan Negara Khilafah Islam. Sampai-sampai setiap ada usaha yang berkaitan dengan upaya penerepan Syariat Islam dan Daulah Khilafah dikait-katikan dengan ISIS. Pokoknya menggambarkan kekejaman, membunuh wanita, anak-anak dan orang kafir yang tidak ngikut pokonya dibunuh. Akhirnya yang berbau-bau syariat Islam dibuat seperti monster, menakutkan.

Dari pemberitaan yang massif mengenai ISIS maka  keyword yang akan ditangkap adalah: Syariat Islam, Khilafah, Terrorist, Kejam...

***

Jika berkaca sekilas pada pemilu presiden hingga sekarang, maka media mainstream justru tidak dapat dipercaya. Mana ada media yang benar-benar netral dalam memberitakan, selalu saja memihak. Apalagi dalam hal yang sensitive dan urgent seperti ini, bagi saya mempercayai informasi resmi dan bersumber langsung dari yang mengerti kondisi lapangan lah yang layik dipercaya. Bukan dari media kepentingan, apalagi media kebencian. Boleh saja tidak setuju dengan metode ISIS, namun harus tetap adil dalam menganalisa berita.

***

Maraknya iklan sosis beberapa tahun terakhir telah 'mencerahkan' orang kampung seperti saya, dari dulu yang tidak kenal sosis menjadi penggemar sosis. Namun saya berharap untuk ISIS agar manusia banyak ini tidak salah memahami Implementasi Hukum Islam, yang semestinya menjadi solusi bagi ummat manusia justru menjadi monster yang amat menakutkan. Wallahua'lam bissawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun