Regas duduk di kursi kereta cepat CR400AF dengan perasaan campur aduk antara gugup dan bersemangat. Ini pertama kalinya ia akan bertemu Anna, perempuan asal Surabaya yang baru dikenalnya lewat sosial media. Keduanya sepakat bertemu di Bandung, dan perjalanan di atas kereta cepat ini terasa seperti pertanda baik bagi pertemuan pertama mereka.
Tepat di sampingnya, tiba-tiba duduk seorang perempuan dengan wajah cerah dan senyum lebar. Anna, tentu saja. Regas menoleh, lalu mengerjap kaget, tak percaya wanita yang hanya ia kenal lewat layar kini benar-benar ada di sampingnya.
"Akhirnya kita ketemu juga, ya," kata Anna sambil terkekeh. "Siap-siap disuperspeed nih, Mas Regas."
Regas tertawa kecil, mencoba menenangkan degup jantungnya. "Siap, Nona Anna. CR400AF ini, bukan kaleng-kaleng. Katanya bisa ngebut sampai 350 km/jam, lho."
Anna mengangguk. "Iya, dan katanya nih, desainnya aerodinamis banget. Jadi kita bisa melaju cepat tanpa berasa guncangan."
Kereta mulai bergerak perlahan, meninggalkan Stasiun Halim. Anna melirik layar di atas kursi yang menunjukkan kecepatan kereta yang terus bertambah.
"Wah, udah 250 km/jam, Mas!" seru Anna bersemangat. "Kalau naik angkot, mungkin ini baru angin lewat di sebelah kita."
Regas tertawa, mengikuti candaan Anna. "Iya, kalau di Papua, ini baru secepat motor trail di jalan tanah." Ia lalu menunjuk panel digital yang ada di depan mereka. "Ini teknologi CR400AF. Katanya buatan Tiongkok, dan di sana disebut kereta 'Fuxing,' yang artinya kebangkitan. Pas banget, ya, buat ngebangun hubungan baru?"
Anna tersenyum geli, mengangguk setuju. "Kamu bener, Regas. CR400AF ini kayak kereta masa depan buat kita. Kapan lagi kita bisa sampai Bandung cuma dalam 45 menit?"
Obrolan mereka terus mengalir, dari kereta cepat hingga impian masing-masing. Setiap informasi tentang CR400AF yang Regas ceritakan membuat Anna terpesona, bukan hanya pada keretanya, tetapi juga pada pria di sampingnya yang begitu antusias dengan cerita sejarah dan teknologi.