Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandangan Orang Tua: Ujian Nasional, Apa yang Dipertaruhkan untuk Anak?

13 November 2024   09:30 Diperbarui: 13 November 2024   09:34 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ujian Nasional, bagi banyak orang tua, bukan hanya soal prestasi akademis. Di balik angka-angka nilai, ada kekhawatiran tentang tekanan mental, fokus belajar yang teralihkan, dan masa depan anak-anak mereka. Apakah sistem pendidikan kita terlalu terfokus pada hasil akhir dan mengabaikan proses belajar yang seharusnya lebih bermakna? Artikel ini mengupas pandangan orang tua mengenai UN, dan harapan mereka untuk pendidikan yang lebih holistik dan relevan bagi generasi masa depan.

Ujian Nasional (UN) telah menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan Indonesia selama bertahun-tahun. Bagi sebagian besar orang tua, UN adalah tonggak pencapaian akademis anak sekaligus momen menegangkan yang menuntut kesiapan fisik dan mental. Dalam menghadapi ujian ini, orang tua tidak hanya melihat UN sebagai ukuran prestasi, tetapi juga sebagai beban dan tekanan yang tak terelakkan bagi anak-anak mereka. Artikel ini membahas pandangan orang tua mengenai Ujian Nasional, apa yang mereka anggap penting, serta kekhawatiran yang timbul seiring persiapan ujian ini.

1. Ujian Nasional Sebagai Tolak Ukur Prestasi

Bagi banyak orang tua, Ujian Nasional dianggap sebagai salah satu cara untuk mengukur prestasi belajar anak secara objektif dan seragam. Hasil UN memberikan gambaran nilai akademis yang dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Selain itu, nilai UN kerap menjadi syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya atau sebagai tolak ukur dalam seleksi masuk sekolah atau universitas favorit.

Namun, pandangan ini juga memunculkan ekspektasi tinggi dari orang tua. Mereka berharap anaknya bisa mencapai nilai yang tinggi agar membuka peluang yang lebih luas dalam pendidikan lanjutan. Bagi sebagian orang tua, prestasi anak pada UN bisa dianggap sebagai "kesuksesan keluarga," mencerminkan nilai dan komitmen mereka terhadap pendidikan. Sayangnya, harapan ini sering kali membebani anak-anak, membuat mereka merasa terbebani untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

2. Kekhawatiran Akan Tekanan dan Kesehatan Mental Anak

Selain sebagai tolak ukur prestasi, UN juga memunculkan kekhawatiran mendalam terhadap kesehatan mental anak. Orang tua menyadari bahwa persiapan UN tidak selalu mudah bagi anak-anak, yang harus menghadapi banyak materi dalam waktu yang terbatas. Anak-anak yang kurang mampu beradaptasi dengan tekanan ini rentan mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi. Fenomena ini tak jarang terlihat pada siswa yang merasa tertekan untuk mencapai target nilai tertentu.

Orang tua sering merasa cemas melihat anak-anak mereka begadang untuk belajar, kehilangan waktu istirahat, atau bahkan mengorbankan aktivitas rekreasi demi persiapan UN. Mereka khawatir bahwa dampak psikologis dari tekanan ini bisa membekas pada diri anak, memengaruhi cara mereka memandang pendidikan di masa depan. Orang tua pun semakin sadar bahwa kesehatan mental anak adalah hal yang tidak boleh diabaikan.

3. Takut Anak Menjadi Terlalu Fokus Pada Nilai

Kekhawatiran lainnya adalah bahwa anak-anak terlalu fokus pada nilai angka, bukan pada pemahaman materi dan proses belajar. Dengan orientasi UN yang terpusat pada hasil akhir, orang tua sering melihat anak-anak hanya berfokus pada menghafal, mempersiapkan diri untuk ujian, atau mempelajari soal-soal latihan. Pola belajar ini dianggap tidak mengembangkan kemampuan berpikir kritis atau kreativitas anak, yang sebenarnya lebih penting dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun