"Kurikulum Merdeka: Bertahan, Berubah, atau Tergerus Zaman?"
Seiring dengan langkah pemerintah yang membagi Kementerian Pendidikan menjadi tiga bagian, muncul pertanyaan besar di benak masyarakat: bagaimana nasib Kurikulum Merdeka? Apakah perubahan struktur ini berarti perubahan besar pula bagi salah satu reformasi pendidikan terbesar di Indonesia? Apakah Kurikulum Merdeka akan tetap menjadi arah pendidikan kita, ataukah ada strategi baru yang siap menggeser pendekatan ini?
1. Mengapa Kurikulum Merdeka Begitu Penting?
Dikenalkan sebagai solusi untuk menciptakan generasi adaptif, Kurikulum Merdeka mengedepankan konsep belajar mandiri dan relevan dengan kebutuhan masa kini. Fleksibilitas yang ditawarkan kurikulum ini memungkinkan siswa belajar sesuai dengan konteks lingkungan dan kebutuhan mereka, memberikan ruang bagi guru untuk berinovasi, dan lebih menekankan pengembangan karakter serta keterampilan hidup. Namun, dengan adanya perubahan struktur kementerian, akankah fokus ini tetap bertahan?
2. Tantangan Pasca-Restrukturisasi
Pembagian Kementerian Pendidikan menjadi tiga entitas terpisah mungkin membawa peluang baru, tetapi juga bisa memunculkan tantangan koordinasi. Apakah perubahan ini akan menambah beban bagi sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka atau justru memberi lebih banyak sumber daya? Kini, tanggung jawab pendidikan tersebar, sehingga keberlangsungan kurikulum pun membutuhkan sinergi lintas departemen yang baik.
3. Strategi Baru atau Sekadar Penyesuaian?
Beberapa pihak berpendapat bahwa struktur baru dapat menjadi peluang untuk mengevaluasi Kurikulum Merdeka dan mungkin menyempurnakannya. Namun, jika strategi berubah terlalu cepat, kurikulum yang belum sepenuhnya mapan justru bisa kehilangan arah. Maka, apakah kita akan melihat Kurikulum Merdeka dalam bentuk yang lebih segar atau malah berisiko tergerus oleh strategi yang benar-benar baru?
4. Menanti Kepastian