Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagian 10: Pilihan Terakhir

20 Oktober 2024   01:25 Diperbarui: 20 Oktober 2024   01:37 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay

Waktu terus berjalan setelah malam penganugerahan yang penuh kejutan itu. Lila dan Raka tetap bekerja sama, meskipun dengan ketegangan baru yang muncul di antara mereka. Perasaan yang telah diungkapkan Raka membuat hubungan mereka berubah---tidak ada lagi jarak profesional yang murni di antara mereka, tapi juga belum ada komitmen pasti.

Sementara itu, Adrian tidak pernah berhenti mencoba. Dia terus menawarkan kesempatan yang semakin sulit ditolak. Pada suatu hari, Adrian mendatangi Lila dengan tawaran terakhir yang tak terduga.

"Lila, aku ingin kamu mempertimbangkan ini baik-baik," kata Adrian dengan serius. "Ada proyek besar di luar negeri yang membutuhkan pemimpin kreatif seperti kamu. Gajinya lebih besar, dan kariermu bisa melonjak jauh. Jika kamu mau, aku akan mengatur semuanya. Kamu bisa menjadi salah satu penulis paling terkenal di dunia."

Lila terpaku. Kesempatan yang Adrian tawarkan adalah sesuatu yang luar biasa. Ini adalah mimpi yang pernah dia pikirkan, tapi tak pernah terpikir akan datang secepat ini. Namun, di dalam dirinya, Lila tahu bahwa keputusan ini bukan hanya tentang karier---ini juga tentang hubungan yang mulai tumbuh di hatinya untuk Raka.

Lila merasa berat. Malam itu, ia duduk bersama Raka di sebuah kafe kecil, tempat mereka biasa berbicara tentang kehidupan dan mimpi mereka. Namun, kali ini, percakapan terasa berbeda.

"Aku harus memberitahumu sesuatu, Raka," kata Lila pelan. "Adrian menawarkan aku sebuah proyek di luar negeri. Kesempatan besar yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup."

Raka terdiam, meskipun sudah menduga hal ini. Sejak Adrian terus mendekati Lila, ia tahu bahwa tawaran besar seperti ini pada akhirnya akan datang.

"Dan kamu ingin mengambilnya?" tanya Raka, suaranya penuh perhatian, meski ada rasa getir yang tak bisa ia sembunyikan.

Lila menggigit bibirnya, lalu menatap mata Raka. "Aku tidak tahu. Ini mimpi yang selalu aku kejar, tapi aku takut kehilangan apa yang baru saja kita mulai bangun. Aku tidak ingin meninggalkanmu."

Raka tersenyum lembut. "Lila, aku selalu tahu ambisimu. Dan aku tidak ingin menjadi alasan kamu menahan dirimu dari meraih mimpi. Kamu pantas mendapatkan semua itu."

"Tapi aku juga takut kehilanganmu," ujar Lila jujur, suaranya nyaris pecah.

"Dan aku juga takut kehilanganmu," jawab Raka. "Tapi cinta yang sebenarnya tidak bisa dipaksa atau dibatasi. Jika kamu pergi untuk mengejar mimpimu, aku akan tetap mendukungmu. Aku akan menunggu, karena jika ini cinta yang sejati, kita akan menemukan jalan kembali."

Air mata mulai menggenang di mata Lila. Kata-kata Raka begitu tulus dan menyentuh. Dia tahu bahwa Raka adalah seseorang yang tidak akan pernah menghalangi jalannya, tapi juga seseorang yang akan terus mencintainya apa pun yang terjadi.

Malam itu, Lila akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran Adrian, tapi bukan karena tekanan atau godaan karier semata. Dia memilih untuk meraih mimpinya, bukan dengan mengabaikan cinta, tetapi dengan keyakinan bahwa cinta bisa bertahan meski dihadapkan pada jarak dan waktu.

---

Beberapa Bulan Kemudian

Lila kini berada di kota besar, memimpin proyek buku internasional yang mendunia. Sementara itu, Raka tetap di tanah kelahirannya, menulis buku yang baru, dengan inspirasi yang ia dapatkan dari hubungan mereka.

Meskipun terpisah ribuan kilometer, mereka terus berkomunikasi. Setiap percakapan, setiap pesan, selalu dipenuhi dengan perasaan yang sama: harapan. Mereka tahu bahwa meski fisik mereka berjauhan, hati mereka masih tetap saling terikat.

Dan pada suatu hari, ketika Lila menyelesaikan proyeknya dan kembali pulang, Raka sudah menunggunya. Tidak ada keraguan lagi di antara mereka, hanya cinta yang semakin kuat setelah semua ujian.

"Apakah kamu masih menungguku?" tanya Lila, ketika mereka akhirnya bertemu kembali di tempat yang dulu menjadi saksi percakapan pertama mereka.

Raka tersenyum. "Aku tidak pernah berhenti."

Mereka saling memandang, dengan senyum yang penuh kepastian. Terkadang, cinta harus melalui jarak dan waktu untuk benar-benar menemukan kekuatan sejatinya. Dan bagi Raka dan Lila, perjalanan itu baru saja dimulai.

---

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun