"Tapi aku juga takut kehilanganmu," ujar Lila jujur, suaranya nyaris pecah.
"Dan aku juga takut kehilanganmu," jawab Raka. "Tapi cinta yang sebenarnya tidak bisa dipaksa atau dibatasi. Jika kamu pergi untuk mengejar mimpimu, aku akan tetap mendukungmu. Aku akan menunggu, karena jika ini cinta yang sejati, kita akan menemukan jalan kembali."
Air mata mulai menggenang di mata Lila. Kata-kata Raka begitu tulus dan menyentuh. Dia tahu bahwa Raka adalah seseorang yang tidak akan pernah menghalangi jalannya, tapi juga seseorang yang akan terus mencintainya apa pun yang terjadi.
Malam itu, Lila akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran Adrian, tapi bukan karena tekanan atau godaan karier semata. Dia memilih untuk meraih mimpinya, bukan dengan mengabaikan cinta, tetapi dengan keyakinan bahwa cinta bisa bertahan meski dihadapkan pada jarak dan waktu.
---
Beberapa Bulan Kemudian
Lila kini berada di kota besar, memimpin proyek buku internasional yang mendunia. Sementara itu, Raka tetap di tanah kelahirannya, menulis buku yang baru, dengan inspirasi yang ia dapatkan dari hubungan mereka.
Meskipun terpisah ribuan kilometer, mereka terus berkomunikasi. Setiap percakapan, setiap pesan, selalu dipenuhi dengan perasaan yang sama: harapan. Mereka tahu bahwa meski fisik mereka berjauhan, hati mereka masih tetap saling terikat.
Dan pada suatu hari, ketika Lila menyelesaikan proyeknya dan kembali pulang, Raka sudah menunggunya. Tidak ada keraguan lagi di antara mereka, hanya cinta yang semakin kuat setelah semua ujian.
"Apakah kamu masih menungguku?" tanya Lila, ketika mereka akhirnya bertemu kembali di tempat yang dulu menjadi saksi percakapan pertama mereka.
Raka tersenyum. "Aku tidak pernah berhenti."